Wira berbalik dan berkata, "Jamadi, tugas ini kuserahkan padamu.""Terima kasih, Tuan Wira!" ucap Jamadi sambil membungkukkan badan.Tatapan Budi tampak tidak rela. Padahal, ini adalah uangnya. Namun, Jamadi bahkan tidak meliriknya sama sekali. Pecundang ini benar-benar tahu bagaimana memanfaatkan orang dan licik. Budi harus memperingatkan anggota keluarganya untuk jangan berurusan dengan orang ini.Mereka semua pergi ke pengadilan daerah, sementara Wira, Gandi, Lianam, dan Liteja tetap tinggal di luar.Buk!Gandi bersujud dengan mata berkaca-kaca. "Tuan Wira, padahal kami bertiga telah mencuri barangmu. Tapi, kamu malah memperlakukan kami sebaik ini, kami sangat malu. Aku berutang nyawa padamu. Kalau kamu butuh bantuan, silakan utus orang untuk memberi tahu kami."Lianam dan Liteja mendengarkan ucapannya dengan ketakutan. Apakah orang ini bersedia mengorbankan nyawanya demi Wira?"Sebagai lelaki sejati, kamu tidak pantas bersujud pada siapa pun selain orang tuamu."Wira memapah Gandi
Darius memicingkan matanya sambil berkata, "Boris akan bangkit lagi di dalam istana."Boris Linardi adalah Kepala Keluarga Linardi, sekaligus ayah Wulan.Keluarga Silali dan Linardi adalah teman dekat selama bertahun-tahun, sampai ketika Keluarga Linardi mengalami kesulitan."Pengamatan Ayah memang jeli!"Mahendra mengangguk sambil tersenyum tipis, "Baru-baru ini, ada surat dari istana. Paman Boris telah menjadi teman dekat dengan tokoh terkemuka di istana dan sekarang telah menjabat sebagai Menteri Kiri. Kaisar mendukung adu kekuasaan antara Menteri Kiri dan Menteri Kanan, yang menunjukkan kemungkinan pergantian kekuasaan.""Kalau Menteri Kiri berhasil mengalahkan Menteri Kanan, Paman Boris pasti akan naik pangkat. Kalau aku menjadi menantu Keluarga Linardi, status Keluarga Silali juga akan ikut naik. Kita akan menjadi keluarga terhormat, bahkan keluarga terkemuka.""Apa informasi ini akurat?"Darius berjalan ke sana kemari dengan tangan di belakang punggungnya, "Boris telah mengalami
Di gerbang kota, Wira, Doddy, dan penduduk desa penjual ikan Dusun Darmadi berkumpul."Kak Wira, hari ini kita berhasil menjual ikan seharga 30.000 gabak. Memang benar, semakin banyak orang, kemampuan kita juga akan semakin besar!" kata Sony dengan semangat.Selain mendapatkan uangnya kembali, Sony bahkan bertemu dengan pemimpin kabupaten dan menginap di sini. Kalau Sony menceritakan hal ini setelah kembali ke Dusun Darmadi nanti, kepala desa mereka, Agus, juga pasti akan berubah pikiran terhadapnya. Istrinya juga pasti akan lebih hormat padanya lagi.Tidak akan ada yang memanggilnya Sony lagi. Mereka semua pasti akan memanggilnya Kak Sony. Saat ini, Sony sedang memimpin tim penjual ikan dengan penuh semangat.Tim penjual ikan terdiri dari 30 orang. Ketika panen besar, mereka bisa menangkap 500 kilogram ikan dalam sehari. Bahkan di saat kurang beruntung pun, mereka bisa mendapat 250 sampai 300 kilogram. Sebagian kecil hasil tangkapan mereka dijual di pasar, sementara sebagian besar lai
Tim penjual ikan telah kembali ke desa!Anak-anak langsung melarikan diri ketika melihat Wira, beberapa bahkan langsung menangis ketakutan. Para wanita muda yang melihat Wira langsung wajahnya memerah dan berusaha menahan tawa.Warga desa melihat Wira dengan penuh kagum, sekaligus ketakutan dalam pandangan mereka. Di sisi lain, Agus langsung pergi begitu saja ketika melihat Wira. Dia tidak lagi mencemoohnya seperti sebelumnya.Setelah makan, tim penangkap ikan langsung mengadakan pertemuan. Tanpa kursi, meja, atau ruang rapat, sekelompok orang itu hanya berdesakan di halaman Wira. Sebagian besar berjongkok, sementara beberapa orang lainnya langsung duduk di tanah. Wira duduk di depan pintu. Di kedua sisi, duduk empat anggota tim utama, yaitu Hasan, Sony, Danu, dan Doddy. Di posisi yang lebih jauh lagi, ada Sofyan, Said, Surya, Herman, Hamid, dan beberapa paman dari Keluarga Darmadi.Semakin dekat hubungan mereka, semakin dekat posisi duduknya dengan Wira. Para warga desa tahu sendiri
Sambil memegang koin perunggu yang berat di tangan mereka, banyak penduduk desa terduduk di tanah sambil berlinang air mata.Sebagai petani, bahkan setelah bekerja keras sepanjang tahun sekalipun, mereka tidak bisa menghasilkan banyak uang. Kalaupun ingin mencari pekerjaan di kabupaten, mereka tetap kesulitan menemukan pekerjaan yang cocok.Jika bekerja di rumah bos yang kaya, sering kali mereka hanya diberi makanan tanpa upah. Pekerjaan di kantor pemerintahan setempat bahkan lebih mirip seperti kerja paksa. Bukan hanya tidak mendapatkan upah, mereka bahkan harus membawa makanan sendiri.Namun sekarang, setelah bekerja beberapa hari untuk Wira, mereka bisa menghasilkan sejumlah besar koin perunggu."Ini memang kelalaianku, untung saja ada Paman Hasan yang mengingatkan!"Wira tersenyum saat berbicara, "Kalau bukan karena Paman Hasan mengingatkan, malam ini kita pasti tidak jadi membagikan gaji. Oleh karena itu, kalau ada masalah, semua orang harus mengemukakannya agar kita bisa mencari
Wira berkata dengan serius, "Kita harus cukup makan kalau mau kerja berat. Kalau tidak, tubuh tidak akan kuat! Aku mengerti situasi kalian, kalaupun aku memberikan gaji lebih banyak, kalian tetap tidak akan tega untuk membelanjakannya."Semua warga desa tersenyum canggung.Hal seperti ini sangat sering terjadi di desa. Meskipun menghasilkan pendapatan lebih dalam sebulan, mereka tetap saja akan hidup hemat. Bahkan di rumah bos kaya sekalipun, mereka hanya makan secukupnya, tidak ada yang makan makanan mewah setiap hari!Semua uang yang dihasilkan mereka juga akan ditabung.Wira mulai memikirkan cara, "Jadi, gaji dan bonus kalian akan tetap sama, kalian juga tetap akan menerima ikan. Tim penangkap ikan akan mengeluarkan uang untuk mendirikan sebuah kantin. Kantin ini akan menyediakan makanan tiga kali sehari. Dijamin kalian akan makan sampai kenyang setiap hari. Saat makan siang akan ada jatah daging untuk setiap orang."Warga desa terkejut! Disediakan makanan tiga kali sehari, dijamin
Melihat Wira mendukungnya, Doddy membusungkan dada dengan bangga.Prok prok prok ....Kembali terdengar suara tepuk tangan dari warga desa.Sebenarnya, warga desa tidak setuju dengan usulan tersebut. Bukan karena mereka tidak ingin menikmati hidup, tetapi karena mereka merasa tidak berhak. Selama bisa menghasilkan uang, apa artinya kaki terluka? Bahkan kaki mereka patah pun, mereka tidak akan mengeluh sama sekali.Wira berpikir sejenak, "Begini saja, tim penjualan akan ditambah menjadi 30 orang dan dibagi menjadi tiga tim. Setiap hari, satu tim pergi ke kabupaten, satu tim pergi ke pasar, dan satu tim beristirahat di rumah. Dengan begini, mereka pergi ke kabupaten hanya tiga hari sekali.""Selain itu, jumlah kereta keledai akan ditambah menjadi tiga, dua di antaranya digunakan untuk mengangkut ikan, dan satu kereta akan digunakan bergantian oleh semua orang ketika kembali. Dengan cara ini, perjalanan pulang dapat diperpendek menjadi 15 km, sehingga tidak akan terlalu melelahkan bagi se
Seluruh warga desa menjadi hening. Ada hanya dua tempat untuk menjual ikan, yaitu pasar dan kabupaten.Di Kabupaten Uswal ada 13 desa. Setiap desa mengadakan pasar selama dua hari sekali. Jumlah pembeli ikan sangat sedikit di pasar tersebut. Lebih baik menjual ikan di kabupaten.Jika ada masalah dengan penjualan ikan di kabupaten, mereka tidak akan bisa menjual semua ikan yang mereka tangkap.Wira mengerutkan kening, "Iwan cari gara-gara lagi?"Sony menggelengkan kepala, "Iwan telah digulingkan. Ada seorang pemimpin baru di pasar ikan yang bernama Handoko. Tiga hari yang lalu, dia mematahkan kaki Iwan di pasar ikan dan mengambil semua anak buahnya. Dia kembali memungut komisi di Pasar Timur. Dia mengatakan tidak akan memungut komisi dari kita, tetapi meminta kita untuk tidak menyebarkannya.""Handoko!"Wira tertawa sinis, "Hanya ganti kedok saja, tapi tetap trik lama!""Sepertinya begitu!"Setelah melalui kejadian dalam beberapa hari terakhir, Sony menjadi lebih berpengalaman. "Meskipun
"Terima kasih, Nona Wendi. Kamu ini memang sangat hebat. Kalau obat penyembuh luka ini dijual, pasti akan ada banyak orang dari wilayah barat sampai ke Provinsi Yonggu yang ingin membelinya," kata Dwija dengan segera.Sebelum bergabung dengan Gedung Nomor Satu, Dwija selalu berkelana di dunia persilatan dan sudah melihat banyak obat yang luar biasa. Namun, ini pertama kalinya dia merasakan obat yang memiliki efek yang begitu luar biasa. Sungguh luar biasa!Namun, Wendi tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya mengiakan perkataan Dwija dengan tenang dan terus mengamati Agha yang sedang bertarung.Saat Wira dan yang lainnya sedang berbicara, Agha tetap terus bertarung dengan Saka. Mereka saling menyerang dan bertahan dengan sengit. Untungnya, dia juga bukan orang biasa, kekuatannya tentu saja tidak boleh diremehkan. Meskipun senjatanya tidak begitu cocok, dia tetap melawan musuhnya dengan luar biasa.Sebaliknya, Saka memang masih bisa menahan serangan Agha, tetapi dia tahu jelas kekuatannya m
"Kita tetap harus membuat mereka tunduk dulu. Lagi pula, aku juga sudah lama nggak berduel dengan orang lain. Hari ini adalah kesempatan yang baik untuk meregangkan otot-ototku," jawab Saka sambil tersenyum sinis dan langsung berada di hadapan Agha.Tak lama kemudian, dia menarik pedangnya dan langsung menyerang kepala Agha. Jika terkena serangan itu, Agha pasti akan mati atau terluka parah.Agha segera mengangkat kedua paling ke atas kepala dan bersiap menahan serangan Saka.Terdengar suara yang nyaring saat kedua senjata berbenturan dan keduanya juga langsung mundur dua langkah."Jenderal Saka ini memang hebat, bahkan Agha pun terpaksa mundur beberapa langkah. Sepertinya, gelar orang terkuat di wilayah barat ini memang bukan omong kosong. Kalau dia nggak kuat, mungkin sekarang tubuhnya sudah hancur berkeping-keping," kata Wira dengan tenang.Wira tadi terus mengamati pertarungan kedua pria itu, sehingga dia tahu Agha tidak menahan dirinya dan langsung mengeluarkan serangan mematikan.
Jika terkena serangan itu, Dwija pasti akan langsung mati. Namun, karena pertarungan sebelumnya, lengannya sudah tidak bisa diangkat lagi dan kecepatannya juga berkurang banyak. Selain itu, pedangnya juga terlempar agak jauh, mustahil baginya untuk menahan serangan ini.Saat pedangnya hampir mengenai tenggorokan Dwija, Saka malah menghentikan langkahnya. Dia menatap Wira dengan dingin dan berkata dengan tenang, "Kemampuan anak buahmu ternyata hanya begitu. Awalnya aku pikir dia sangat hebat. Ternyata sudah menyergap pun, dia tetap nggak bisa melukaiku.""Sepertinya, kalian hanya bisa menindas orang seperti kakakku saja. Kalau melawan kami, hasil akhirnya kalian juga tetap sama."Melihat ekspresi Saka yang meremehkan, Wira sangat ingin mengeluarkan pistolnya dan langsung menembak Saka. Saka sudah bersekongkol dengan orang seperti Yasa, berarti Saka ini juga bukan orang baik dan tentu saja tidak boleh dibiarkan hidup lebih lama. Namun, jika dia membunuh Saka, mereka akan kehilangan pelin
"Bagus sekali. Sepertinya kamu cukup hebat. Kalau begitu, biar aku lihat seberapa hebat kemampuanmu," kata Saka yang tertawa, bukannya marah. Dia menghunus pedangnya dan segera bertarung dengan Dwija."Aku juga ingin melihat seberapa hebat kemampuan kalian," kata Dwija.Para prajurit tetap mengelilingi Wira dan kelompoknya, sama sekali tidak memedulikan Dwija. Bahkan para wakil jenderal yang berdiri di belakang Dwija juga tidak bergerak. Terdengar beberapa komentar dari kerumunan itu."Anak ini ternyata ingin menantang Jenderal. Kalau tahu begitu, kita nggak perlu repot-repot menggunakan begitu banyak trik.""Jenderal tentu saja akan memberinya kesempatan itu.""Kekuatan Jenderal nggak tertandingi. Bahkan di seluruh wilayah barat ini, nggak ada yang bisa menandinginya.""Orang ini benar-benar nggak tahu diri. Cari masalah sendiri.""Mereka sudah menyakiti kakaknya, mana mungkin Jenderal akan melepaskan mereka begitu saja. Sekarang kebetulan dia bisa memberi mereka pelajaran."Namun, Wi
Sejak Wira membawa mereka ke wilayah barat, Agha dan Dwija sudah tahu perjalanan ini akan sangat berbahaya. Jika tidak memiliki tekad yang kuat, mereka tidak mungkin mengikuti Wira sampai sejauh ini. Begitu juga dengan Wendi."Kamu memang berani dan cerdik, hampir saja berhasil menipuku. Tapi, apa benar kita nggak punya dendam? Kamu mungkin nggak mengenalku, tapi aku kenal kamu. Kamu nggak mungkin sudah melupakan Tuan Yasa yang baru saja mati di tanganmu secepat ini, 'kan? Kelihatannya kamu masih muda, harusnya ingatanmu nggak seburuk itu," kata Saka sambil perlahan-lahan mendekati Wira.Sementara itu, wakil jenderal itu juga sudah kembali berdiri di belakang Saka.Wira akhirnya mengerti apa yang sudah terjadi, ternyata semua ini karena dia sudah menyinggung Yasa. Sebelumnya, dia masih tidak mengerti mengapa Yasa yang begitu tidak berlogika itu bisa berkuasa di tempat itu begitu lama. Apakah tidak ada orang di Provinsi Tengah yang sanggup melawan Yasa? Mengapa pejabat di sana juga tida
"Api unggun ini masih hangat, berarti mereka masih belum pergi terlalu lama. Kita juga datang dengan menunggang kuda, mereka mungkin sudah menyadari kedatangan kita. Tapi, meskipun mereka hebat, mereka juga nggak mungkin bisa berlari secepat itu. Mana mungkin nggak ada jejak mereka di sekitar sini," kata pria itu.Pria itu terus berjalan mondar-mandir dan sesekali mengetuk kepalanya sendiri, entah apa yang sedang dipikirkannya.Semua orang berdiri dengan rapi di belakang pria itu. Kelihatan jelas, mereka sudah dilatih secara profesional dan pasti adalah pasukan elite di wilayah barat. Namun, alasan mereka tiba-tiba datang ke sini masih menjadi misteri dan ini juga yang masih dipikirkan Wira.Namun, Wira merasa sekarang bukan saatnya untuk memikirkan hal ini. Prioritas mereka sekarang adalah mencari cara untuk melarikan diri dari sana secepat mungkin. Ini adalah keputusan terbaik."Jenderal, kami menemukan beberapa mayat di sini dan pakaian mereka sudah dilepas. Sepertinya mereka adalah
Sementara itu, Dwija yang berdiri di samping menyilangkan tangannya dan berkata, "Masih perlu dipikirkan lagi? Ini pasti ulah guru agung di samping Senia itu. Sekarang kita sudah datang ke wilayah barat ini, ini adalah wilayah kekuasaannya. Setelah tiba di sini, kita tentu saja selalu berada di bawah kendalinya. Kalau benar-benar dia yang bersembunyi di balik ini, situasi kita benar-benar buruk."Wira tidak mengatakan apa-apa, tetapi apa yang dikatakan Dwija memang benar. Jika keadaannya memang demikian, situasi mereka benar-benar buruk. Setiap langkah mereka selanjutnya akan penuh dengan hambatan dan berada di bawah kendali Panji.Agha tiba-tiba berkata, "Kak Wira, sekarang bukan saatnya untuk memikirkan hal itu. Bukankah kita sebaiknya memikirkan cara untuk keluar dari situasi ini? Orang-orang ini dilengkapi dengan senjata dan mengenakan zirah juga. Kalau kita melawan mereka, takutnya ...."Meskipun biasanya Agha adalah pria tangguh yang suka langsung berkelahi dengan orang lain, buk
"Kak Wira, sepertinya ada orang yang datang," kata Agha yang berdiri terlebih dahulu dan menatap ke kejauhan."Kenapa tiba-tiba ada begitu banyak orang yang datang ke tempat terpencil seperti ini? Dilihat dari cara mereka, sepertinya mereka mau berkelahi. Jangan-jangan di wilayah barat ini juga sering terjadi perang?" kata Wira dengan ekspresi serius, lalu segera bangkit dan menatap orang-orang yang terus mendekat itu.Sulit untuk melihat dengan jelas berapa banyak orang yang datang karena jaraknya masih cukup jauh. Namun, didengar dari suara langkah kuda, bisa ditebak jumlah orang yang datang pasti banyak.Melihat semua itu, ekspresi Wira langsung berubah dan secara refleks mundur beberapa langkah. Dia melihat orang-orang di sampingnya dan segera berkata, "Sekarang kita masih nggak tahu maksud kedatangan mereka, sebaiknya kita sembunyi dulu. Mungkin saja mereka bukan datang untuk mencari kita."Semua orang langsung menganggukkan kepala. Menghadapi kerumunan seperti itu, mereka tentu s
Menjelang fajar, Wira dan yang lainnya baru berhenti untuk beristirahat. Mereka membuat api unggun dan memanggang hasil buruan."Kak Wira, orang-orang ini benar-benar misterius. Mereka sampai tinggal di tempat terpencil seperti ini. Apa mereka sama sekali nggak berhubungan dengan orang luar? Bagaimana mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari?" tanya Agha sambil menikmati daging buruannya.Setahu Agha, orang yang biasanya memiliki kemampuan luar biasa tidak akan memilih tinggal di tempat seperti ini, orang itu pasti akan menunjukkan kehebatannya. Bukan hanya untuk membuktikan kemampuannya, tetapi untuk meningkatkan kualitas hidupnya juga.Agha tidak mengerti mengapa orang-orang dari Lembah Duka ini memilih untuk tinggal di sini. Dengan kemampuan mereka, mereka bisa berkuasa ke mana pun mereka pergi.Wira malah tersenyum dan berkata, "Orang yang benar-benar bijak biasanya memilih untuk tinggal di tempat terpencil seperti ini dan menenangkan diri. Reputasi dan kekayaan sudah nggak berarti ba