Pemimpin bertopeng itu menggertakkan giginya dan bertanya, “Apa kamu punya cara untuk menghadapinya?”Andi mengamati sekelilingnya, lalu menjawab, “Padamkan dulu lenteranya. Habis itu, semua orang boleh menyebar. Kalau mereka nggak bisa lihat jelas, bidikannya juga nggak akan akurat.”“Kamu memang benar-benar orang yang pernah berperang, otakmu sangat encer! Semuanya, padamkan lenteranya!” Pemimpin bertopeng itu menebaskan pedangnya ke arah sebuah lentera. Kemudian, perampok bertopeng lainnya juga mengikuti tindakannya. Dalam sekejap, seluruh halaman sudah gelap gulita.“Mundur!” Meskipun tidak bisa membidik lagi, Gandi juga tidak panik. Dia melambaikan tangannya dan menyuruh semua orang untuk mundur.“Kejar!” Sekelompok perampok bertopeng mengejar ke halaman dalam dan bertemu dengan kelompok lainnya. Situasi kelompok itu jauh lebih tragis. Kelompok yang awalnya beranggotakan 30 orang itu hanya tinggal setengahnya. Kedua kelompok yang jumlahnya hanya tinggal 35 orang itu mengelilingi
Danu dan Doddy merasa orang ini sangat berbahaya. Aura membunuh yang dipancarkannya bahkan lebih menakutkan daripada ayah mereka.Andi buru-buru berkata, “Danu, Doddy, jangan nggak sopan! Dia itu Panglima Yudha, panglima muda Pasukan Zirah Hitam.”Yudha tersenyum pada Danu dan Doddy, lalu berjalan ke hadapan Wira. Kemudian, dia berkata sambil memberi hormat, “Aku Yudha, putra Dirga. Hormat, Tuan Wahyudi. Terima kasih sudah menciptakan puisi untuk mengenang ayahku di Kompetisi Puisi Naga!”Wira juga ikut memberi hormat dan menjawab, “Panglima Yudha, kamu nggak perlu memberi hormat kepadaku. Sejujurnya, aku memang sangat kagum pada Panglima Dirga. Tapi, puisi itu bukan diciptakan untuk mengenang Panglima Dirga.”Yudha menggeleng dan berkata dengan serius, “Tidak peduli siapa yang Tuan pikirkan saat menciptakan puisi itu, dengan judul ‘Mengenang Dirga’, orang-orang akan mengingat Ayah saat membaca puisi itu. Kamu pantas menerima penghormatan dariku!”Wira pun mengalihkan pembicaraan denga
Di tengah ruangan, ada sebuah bingkai besar. Di atasnya, ada tiga buah busur raksasa, berbagai jenis tali busur, tali, dan roda. Bentuknya terlihat sangat unik.Wira menjawab dengan jujur, “Namanya misil tiga busur. Ini adalah senjata yang kuciptakan untuk para prajurit di Perbatasan Loko dengan harapan bisa membantu mereka mengalahkan bangsa Agrel.”Yudha langsung bertanya dengan bersemangat, “Aku nggak nyangka Tuan juga mahir dalam menciptakan senjata. Berapa banyak orang yang diperlukan untuk mengoperasikan misil tiga busur ini? Seberapa jauh jangkauan tembakannya?”Wira berpikir sejenak, lalu menjawab, “Kira-kira satu kilometer. Alat ini cukup dioperasikan oleh satu orang!”Yudha pun terkejut dan bertanya, “Apa alat ini boleh dicoba?”Nuala juga memiliki busur raksasa yang bisa memanah satu anak panah besar. Jangkauan tembakannya sekitar 300 meter, tetapi harus ada 20 orang yang menarik busur. Setelah tiga kali, semua penarik busur akan kehilangan seluruh tenaga dan tidak mampu men
Yudha bertanya dengan heran, “Kesalahan informasi?”Wira menjawab, “Iya, ketidakseimbangan informasi. Aku mengerti soal kekuatan mereka, tapi mereka nggak tahu apa-apa tentang kemampuanku. Aku mengumpulkan seluruh tenagaku, sedangkan mereka menyebarkan kekuatan mereka.”“Ketidakseimbangan informasi. Aku sudah mengerti, Tuan. Maksudmu, saat berperang, kita nggak boleh membiarkan musuh mengetahui situasi kita. Saat kita kuat, kita bisa berpura-pura lemah untuk memancing musuh masuk ke jebakan kita. Saat lemah, kita boleh berpura-pura kuat dan mengintimidasi musuh agar mereka nggak berani bertindak sembarangan,” ujar Yudha dengan bersemangat.“Intinya, kita harus selalu mengumpulkan kekuatan dan menciptakan situasi yang menguntungkan diri sendiri. Selain itu, kita juga harus berusaha melenyapkan musuh sebanyak mungkin dan melindungi diri sendiri!”Wira tertegun sejenak, lalu menjawab sambil mengangguk, “Emm, benar!”Yudha menangkupkan tangannya dan berkata, “Terima kasih atas bimbingannya
Raditya menepuk-nepuk bahu Raharja, lalu berkata, “Entah apa yang dipikirkan Raja Tanuwi saat ini. Saat berjaga malam nanti, kamu harus lebih waspada. Jangan sampai pria licik itu punya kesempatan untuk menyerang!”“Wakil Komandan tenang saja. Kalau terjadi sedikit pun kesalahan, aku akan membayarnya dengan nyawaku!” ujar Raharja dengan suara lantang.Raditya mengangguk, lalu berbalik sambil berkata, “Emm, aku sudah te .... Ah!” Bruk! Sebelum Raditya selesai berbicara, Raharja sudah menghunuskan pedangnya dan menikam perut Raditya.“Beraninya sekali kamu!” Kedelapan pengawal pribadi Raditya langsung murka dan hendak menghunuskan pedang mereka. Namun, sebelum mereka sempat melakukannya, dada mereka sudah ditembus pedang.Adegan ini tidak menarik perhatian banyak orang. Sebab, semua yang ada di atas tembok kota itu adalah prajurit Raharja.“Ah! Ka ... kamu .... Kenapa?” Raharja menarik pedangnya, lalu Raditya pun terjatuh ke lantai dengan lemas.Raharja menyeka bekas darah dari pedangny
Raja Tanuwi menunduk untuk menatap jenderal itu, lalu bertanya dengan datar, “Seberapa tinggi jabatanmu di Nuala?”Raharja menjawab dengan hormat, “Lapor Raja, aku merupakan seorang jenderal tingkat kelima atas.”Raja Tanuwi berkata dengan suara berat, “Kamu sudah berjasa karena mempersembahkan kota ini kepadaku. Aku akan mengangkatmu menjadi komandan tingkat ketiga atas di Kerajaan Agrel Selatan. Selain itu, aku akan memberimu sebidang tanah luas, gelar bangsawan rendah, dan pendapatan 3.000 penduduk yang bisa kamu wariskan secara turun-menurun!”Kerajaan Agrel terbagi menjadi dua, yaitu bagian utara dan selatan. Kerajaan Agrel Utara memimpin para bangsawan tinggi bangsa Agrel, sedangkan Kerajaan Agrel selatan memerintah rakyat jelata wilayah Nuala.“Terima kasih, Raja. Aku bersedia mempersembahkan hidupku untuk melayani Kerajaan Agrel!” ujar Raharja dengan gembira sambil bersujud. Dia merasa pengkhianatan yang dilakukannya kali ini sudah mendapatkan hasil yang sangat sepadan.Di Nual
Mendengar berita yang menggemparkan itu, Wira merasa sangat terkejut, tetapi tidak menunjukkannya. Bangsa Agrel baru menyerang Perbatasan Loko tidak sampai tiga hari, tetapi sudah berhasil melumpuhkannya. Bukankah Perbatasan Loko memiliki pertahanan yang kuat? Apa semua prajurit di sana begitu tidak berguna?Melihat ekspresi Wira yang tidak berubah, para pemuda dari Dusun Darmadi merasa sangat kagum. Mereka semua memuji dalam hati, ‘Kak Wira memang hebat! Setelah mendengar berita yang begitu menggemparkan, dia tetap mampu bersikap tenang!’“Saat ini, para prajurit yang tersisa dari Perbatasan Loko dan rakyat jelata dari wilayah utara sedang melakukan perjalanan kemari! Sebagian besar keluarga besar di kota ini sudah nggak berpikir untuk berkemas lagi dan akan langsung meninggalkan kota. Ada banyak orang yang bilang kalau Kota Pusat Pemerintahan Jagabu nggak akan bertahan. Apa kita juga harus kembali sekarang?” tanya Dian.Wira pun mengerutkan keningnya. Perbatasan Loko sudah jatuh ke t
“Kenapa kamu masih bengong? Apa kamu nggak dengar bangsa Agrel sudah berhasil mendapatkan Perbatasan Loko?” Tepat pada saat ini, Harsa berjalan masuk dan berkata, “Dari kecepatan penyerangan bangsa Agrel, mereka pasti akan tiba di luar Kota Pusat Pemerintahan Jagabu besok. Kita harus segera pergi. Kalau nggak, kita nggak bakal bisa kabur lagi!”Wira bertanya dengan heran, “Memangnya kita mau ke mana? Raja Tanuwi bahkan mampu mendapatkan Perbatasan Loko yang begitu kokoh. Berdasarkan kecepatan penyerangan mereka, Kota Pusat Pemerintahan Jagabu nggak akan bertahan lama!”“Nggak peduli seberapa lama kota ini bisa bertahan, kita masih sempat meninggalkan tempat ini. Sebaiknya kita kembali ke Kabupaten Uswal untuk menjemput Wulan, lalu pergi ke kota provinsi. Kalau kota provinsi nggak aman, kita pergi ke ibu kota,” jawab Harsa dengan terburu-buru.Wira bertanya, “Bagaimana kalau bangsa Agrel menyerang sampai ibu kota?”Harsa berteriak marah, “Nggak mungkin! Nggak mungkin!”“Kenapa nggak mun