Raditya menepuk-nepuk bahu Raharja, lalu berkata, “Entah apa yang dipikirkan Raja Tanuwi saat ini. Saat berjaga malam nanti, kamu harus lebih waspada. Jangan sampai pria licik itu punya kesempatan untuk menyerang!”“Wakil Komandan tenang saja. Kalau terjadi sedikit pun kesalahan, aku akan membayarnya dengan nyawaku!” ujar Raharja dengan suara lantang.Raditya mengangguk, lalu berbalik sambil berkata, “Emm, aku sudah te .... Ah!” Bruk! Sebelum Raditya selesai berbicara, Raharja sudah menghunuskan pedangnya dan menikam perut Raditya.“Beraninya sekali kamu!” Kedelapan pengawal pribadi Raditya langsung murka dan hendak menghunuskan pedang mereka. Namun, sebelum mereka sempat melakukannya, dada mereka sudah ditembus pedang.Adegan ini tidak menarik perhatian banyak orang. Sebab, semua yang ada di atas tembok kota itu adalah prajurit Raharja.“Ah! Ka ... kamu .... Kenapa?” Raharja menarik pedangnya, lalu Raditya pun terjatuh ke lantai dengan lemas.Raharja menyeka bekas darah dari pedangny
Raja Tanuwi menunduk untuk menatap jenderal itu, lalu bertanya dengan datar, “Seberapa tinggi jabatanmu di Nuala?”Raharja menjawab dengan hormat, “Lapor Raja, aku merupakan seorang jenderal tingkat kelima atas.”Raja Tanuwi berkata dengan suara berat, “Kamu sudah berjasa karena mempersembahkan kota ini kepadaku. Aku akan mengangkatmu menjadi komandan tingkat ketiga atas di Kerajaan Agrel Selatan. Selain itu, aku akan memberimu sebidang tanah luas, gelar bangsawan rendah, dan pendapatan 3.000 penduduk yang bisa kamu wariskan secara turun-menurun!”Kerajaan Agrel terbagi menjadi dua, yaitu bagian utara dan selatan. Kerajaan Agrel Utara memimpin para bangsawan tinggi bangsa Agrel, sedangkan Kerajaan Agrel selatan memerintah rakyat jelata wilayah Nuala.“Terima kasih, Raja. Aku bersedia mempersembahkan hidupku untuk melayani Kerajaan Agrel!” ujar Raharja dengan gembira sambil bersujud. Dia merasa pengkhianatan yang dilakukannya kali ini sudah mendapatkan hasil yang sangat sepadan.Di Nual
Mendengar berita yang menggemparkan itu, Wira merasa sangat terkejut, tetapi tidak menunjukkannya. Bangsa Agrel baru menyerang Perbatasan Loko tidak sampai tiga hari, tetapi sudah berhasil melumpuhkannya. Bukankah Perbatasan Loko memiliki pertahanan yang kuat? Apa semua prajurit di sana begitu tidak berguna?Melihat ekspresi Wira yang tidak berubah, para pemuda dari Dusun Darmadi merasa sangat kagum. Mereka semua memuji dalam hati, ‘Kak Wira memang hebat! Setelah mendengar berita yang begitu menggemparkan, dia tetap mampu bersikap tenang!’“Saat ini, para prajurit yang tersisa dari Perbatasan Loko dan rakyat jelata dari wilayah utara sedang melakukan perjalanan kemari! Sebagian besar keluarga besar di kota ini sudah nggak berpikir untuk berkemas lagi dan akan langsung meninggalkan kota. Ada banyak orang yang bilang kalau Kota Pusat Pemerintahan Jagabu nggak akan bertahan. Apa kita juga harus kembali sekarang?” tanya Dian.Wira pun mengerutkan keningnya. Perbatasan Loko sudah jatuh ke t
“Kenapa kamu masih bengong? Apa kamu nggak dengar bangsa Agrel sudah berhasil mendapatkan Perbatasan Loko?” Tepat pada saat ini, Harsa berjalan masuk dan berkata, “Dari kecepatan penyerangan bangsa Agrel, mereka pasti akan tiba di luar Kota Pusat Pemerintahan Jagabu besok. Kita harus segera pergi. Kalau nggak, kita nggak bakal bisa kabur lagi!”Wira bertanya dengan heran, “Memangnya kita mau ke mana? Raja Tanuwi bahkan mampu mendapatkan Perbatasan Loko yang begitu kokoh. Berdasarkan kecepatan penyerangan mereka, Kota Pusat Pemerintahan Jagabu nggak akan bertahan lama!”“Nggak peduli seberapa lama kota ini bisa bertahan, kita masih sempat meninggalkan tempat ini. Sebaiknya kita kembali ke Kabupaten Uswal untuk menjemput Wulan, lalu pergi ke kota provinsi. Kalau kota provinsi nggak aman, kita pergi ke ibu kota,” jawab Harsa dengan terburu-buru.Wira bertanya, “Bagaimana kalau bangsa Agrel menyerang sampai ibu kota?”Harsa berteriak marah, “Nggak mungkin! Nggak mungkin!”“Kenapa nggak mun
Yudha langsung berbalik dan menjawab, “Aku akan menunduk pada Chandika dan membiarkannya memerintahku. Asalkan dia bersedia menerima usulku, kita pasti bisa melindungi Kota Pusat Pemerintahan Jagabu!”“Yudha, kamu nggak tahu seberapa mengerikannya persaingan di istana!” Putro adalah orang yang berpengalaman, dia pun menasihati, “Kamu kira dia akan menerima usulmu biarpun kamu tunduk? Nggak mungkin. Dia hanya akan memanfaatkanmu. Kalau kota ini berhasil dilindungi, dia yang akan berjasa. Kalau gagal, dia akan langsung kabur dan menyalahkanmu atas semuanya!”Sebelum pergi, Yudha berkata, “Asalkan bisa melindungi Kota Pusat Pemerintahan Jagabu, aku rela mengorbankan hidupku!”Putro menggeleng dan berdesah, “Haih. Anak itu sama saja seperti ayahnya. Mereka hanya berpikir untuk setia pada kerajaan dan berkorban demi rakyat tanpa tahu seberapa kejamnya hati manusia.”“Kak, belum tentu dia nggak ngerti. Aku rasa, dia hanya ingin berpegang teguh pada keyakinannya. Orang baik sepertinya sudah s
Wira memang sudah memberi Wisnu dan yang lainnya sedikit uang. Namun, dengan harga barang yang melonjak tinggi, mereka pasti akan kelaparan setiap hari....“Apa? Raharja berkhianat dan membunuh Raditya sehingga Perbatasan Loko jatuh ke tangan musuh?”Chandika yang bersenang-senang semalaman baru bangun. Begitu mendengar berita ini, dia langsung tercengang dan terjatuh kembali ke tempat tidur. Kemudian, dia buru-buru berdiri dan berteriak, “Ce ... cepat bereskan semua barang! Kita harus segera kembali ke ibu kota! Kota Pusat Pemerintahan Jagabu sudah nggak aman!”“Tuan, nggak bisa begitu!” Seorang pengawal pribadinya buru-buru membujuk, “Kamu itu komandan pertahanan yang ditunjuk kerajaan. Dengan jatuhnya Perbatasan Loko ke tangan musuh, kamu sudah melakukan pelanggaran besar. Kalau kamu melarikan diri lagi, itu artinya kamu melalaikan tugas dan pasti akan diadili. Pada saat itu, bahkan ayahmu juga nggak akan bisa menolongmu!”Chandika memaki, “Sialan! Untuk apa aku peduli? Sekarang, P
Chandika melambaikan tangannya dan berkata, “Raja Tanuwi membawa pasukan besar yang jumlahnya mencapai 100 ribu prajurit, sedangkan kita hanya punya 20-30 ribu bawahan. Memangnya berapa banyak orang yang bisa kamu pilih? Melakukan serangan diam-diam nggak ada bedanya dengan menggali lubang kubur sendiri. Aku nggak akan setuju. Sebaiknya kamu pulang saja!”Buk!Yudha tidak rela untuk pergi. Setelah keluar dari kediaman Chandika, dia pun meninju dinding rumah. Apa yang terpenting saat berperang adalah moral prajurit. Jika moral prajurit rendah, memiliki seberapa banyak prajurit juga tidak akan berguna. Ini adalah kesempatan yang sangat bagus, tetapi Chandika malah tidak berani mengambil risiko.Tepat pada saat ini, kereta kuda Keluarga Barus melaju mendekat. Farrel yang memegang kipas turun dari kereta kuda diikuti gadis berpakaian ungu yang menggenggam Pedang Treksha.Farrel mengedipkan matanya dan berkata, “Panglima Yudha, kalau aku nggak salah tebak, kamu seharusnya datang untuk membe
Setelah membaca surat itu secara bergantian, semua orang pun mengerutkan keningnya.Jika Perbatasan Loko yang memiliki pertahanan kuat jatuh ke tangan musuh hanya dalam waktu tiga hari, berapa lama Kota Pusat Pemerintahan Jagabu sanggup bertahan? Raja Tanuwi memiliki kekuatan tempur yang sangat hebat. Siapa orang di Nuala yang mampu menghalanginya?Setelah terdiam beberapa saat, Kemal langsung berlutut dan berkata, “Yang Mulia, tolong segera keluarkan dekrit untuk mengangkat Yudha sebagai panglima tertinggi, lalu kerahkanlah seluruh prajurit di kota provinsi untuk menjaga pintu masuk kota agar mereka bisa menahan serangan pasukan Raja Tanuwi!”Setelah merenung sejenak, Raja Bakir bertanya, “Pak Ardi, bagaimana menurutmu?”“Yang Mulia, kemampuan Yudha memimpin pasukan memang jauh lebih hebat dari Chandika. Tapi, dia masih muda dan keras kepala, juga meremehkan bangsa Agrel. Kalau membiarkannya memimpin pasukan, dia pasti akan memilih untuk bertarung dengan bangsa Agrel.”Ardi melanjutka
"Tapi, aku sangat penasaran, gimana kamu bisa terluka? Siapa yang melukaimu sampai separah ini?" tanya Wira.Lucy termasuk ahli bela diri. Wira tahu kemampuannya. Apalagi, ada banyak orang yang mengikuti Lucy. Orang-orang itu tidak mungkin membiarkan Lucy terjebak dalam bahaya dan berakhir seperti ini."Sebentar, aku periksa denyut nadinya dulu." Sebelum Lucy berbicara, Arifin mengangkat tangannya dan menyuruh Wira bergeser. Dia maju untuk menggenggam pergelangan tangan Lucy.Sesaat kemudian, Arifin mengangguk dengan puas. Dia juga menyunggingkan senyuman.Wira lantas maju dan bertanya, "Paman, dari ekspresimu, sepertinya kondisi Lucy membaik ya?"Arifin terkekeh-kekeh dan menimpali, "Aku juga nggak nyangka tekadnya akan begitu kuat. Dia baru makan obat beberapa kali, tapi kondisinya sudah berkembang pesat. Kalau memberinya sedikit waktu lagi, dengan tekadnya yang kuat itu, aku rasa luka luarnya juga akan sembuh dengan cepat."Orang yang sakit bukan hanya cuma membutuhkan dokter yang a
"Ya sudah kalau begitu." Arifin tidak menolak. Sebagai seorang dokter, dia tentu tahu kondisi tubuh sendiri. Jika terus memaksakan diri di sini, takutnya tubuhnya tidak tahan.Lagi pula, Wira masih muda. Bergadang beberapa malam bukan masalah besar baginya.Setelah menyuapi Lucy obat, Arifin berpamitan dengan Wira dan menuju ke kamarnya. Wira pun berjaga di samping ranjang.Sepanjang malam, Wira sama sekali tidak memejamkan mata. Dia terus memantau kondisi Lucy karena takut kondisinya memburuk. Untungnya, malam berlalu tanpa masalah.Keesokan pagi, Arifin dan Agha memasuki kamar Lucy. Agha membawakan sarapan untuk Wira."Kak Wira, jangan bilang kamu nggak tidur semalaman?" tanya Agha saat melihat kantung mata Wira yang hitam. Dia merasa tidak tega melihatnya."Kalau tahu begini, aku pasti menemanimu semalam. Jadi, kamu nggak usah begitu susah payah," ujar Agha sambil menaruh makanan ke atas meja.Wira duduk di depan meja. Sambil menyantap makanannya, dia menggeleng dan menyahut, "Tidur
Di sisi lain, setelah Wira mengantar Agha ke kamar, dia menuju ke kamar Lucy lagi.Begitu tiba di depan pintu, Wira langsung mencium aroma obat tradisional yang kuat. Setelah buka pintu, dia melihat Arifin sedang sibuk memasak obat untuk Lucy.Cedera Lucy terlalu parah. Meskipun sudah membaik sedikit, seseorang masih harus terus menjaga dan merawatnya agar kondisinya tidak memburuk."Dokter Arifin, kamu sudah makan belum? Aku baru dari perjamuan makan malam. Tadi aku ingin mengajakmu, tapi kamu tidurnya sangat nyenyak. Aku merasa nggak enak hati mengganggumu," ujar Wira. Setelah menutup pintu, dia menghampiri Arifin.Arifin tersenyum dan melambaikan tangannya. "Tadi sudah ada yang mengantarkan makanan untukku. Aku sudah makan kok. Kamu nggak usah mengkhawatirkanku.""Selain itu, kita sudah sangat akrab. Kamu nggak usah memanggilku dokter lagi. Panggilan ini terdengar aneh sekali. Panggil saja aku paman."Wira mengangguk. Ada bagusnya juga. Dengan begini, hubungannya dengan Arifin akan
Osman mengangkat gelas anggurnya dan bersulang dengan sopan. Siapa pun bisa melihat bahwa suasana hati Osman sedang tidak baik.Bagaimanapun, jika masalah banjir tidak diselesaikan, masalah ini akan merembet ke mana-mana. Akibatnya akan sangat fatal. Dia tidak ingin melihat hasil seperti itu. Faktanya, masalah yang sedang dihadapi oleh Osman juga adalah masalah yang sedang dihadapi oleh Wira.Untuk menuntaskan bencana banjir ini, mereka membutuhkan sejumlah besar uang. Namun, jika menggunakan kas negara, mereka akan kehabisan uang saat perang terjadi. Pada akhirnya, mereka akan kalah telak.Bagaimanapun, tanpa persediaan makanan dan perlengkapan yang tidak lengkap, bagaimana pasukan bisa berperang? Ketika saat itu tiba, bukankah mereka hanya bisa menyerah?Makan malam berakhir. Suasana hati Osman sangat tidak baik. Dalam perjalanan kembali ke kamarnya, dia terus mencari solusi.Trenggi terus menemani. Osman bisa naik takhta berkat Trenggi. Itu sebabnya, Trenggi adalah orang kepercayaan
"Seluruh tempat sedang dilanda bencana banjir. Aku saja pusing memikirkan masalah ini. Meskipun punya banyak pejabat hebat, nggak ada yang bisa menemukan solusi terbaik.""Tapi, kamu malah berhasil mendapat 5 miliar gabak dari Senia. Bukan cuma reputasi yang terselamatkan, kamu juga nggak perlu keluar sepeser pun untuk mengumpulkan dana bantuan bencana.""Strategimu ini memang luar biasa! Patut kita pelajari!" puji Osman.Osman mengatakan semua ini bukan sekadar untuk memuji, tetapi dia memang berpikir begitu.Seperti yang dikatakan tadi, masalah banjir memang belum sepenuhnya terselesaikan. Sampai sekarang, masalah ini masih menjadi beban pikirannya.Jika tidak segera ditangani, takutnya akan memicu pemberontakan rakyat. Hanya saja, semua orang tahu cara penyelesaiannya adalah memberikan uang kepada rakyat.Kedengarannya sangat sederhana, tetapi sulit untuk merealisasikannya karena dana bantuan bukan nominal yang kecil!Apalagi, Kerajaan Nuala baru saja berdiri kembali dan sebelumnya
Beberapa saat kemudian, Wira dan Trenggi tiba di depan kamar Lucy. Begitu pintu kamar dibuka, Wira hendak bertanya tentang kondisi Lucy. Namun, dia tiba-tiba mendengar dengkuran ringan.Wira mengalihkan pandangannya. Dia baru mendapati bahwa Arifin berbaring di kursi samping untuk tidur.Bahkan, suara pintu sama sekali tidak membangunkan Arifin. Bisa dilihat bahwa Arifin sangat lelah.Bagaimanapun, Arifin sudah berusia lebih dari 50 tahun. Dia bukan hanya menempuh perjalanan panjang, tetapi juga langsung merawat Lucy. Siapa yang bisa tahan tanpa beristirahat?Wira segera memberikan isyarat agar diam. Trenggi pun berjaga di luar dan tidak ikut masuk. Dengan hati-hati, Wira mendekati tempat tidur.Setelah melihat wajah Lucy, Wira tak kuasa tersenyum tipis. Seperti yang dikatakan Trenggi, rona wajah Lucy memang sudah membaik.Meskipun Wira tidak bisa memastikan seperti apa kondisi Lucy sekarang, dari rona wajahnya, dia yakin bahwa kondisi Lucy tidak memburuk.Setelah berpikir demikian, su
Setelah masuk ke kamarnya, Wira mandi air panas dengan cepat. Kemudian, dia langsung berbaring di ranjangnya. Dia berguling-guling, tetapi tidak bisa tidur. Begitu matanya terpejam, wajah Lucy langsung muncul di benaknya.Wira merasa sangat tertekan. Lucy adalah tangan kanannya. Selain Lucy, tidak ada yang sanggup menggantikan posisi Biantara lagi.Selama beberapa waktu ini, Wira melihat sebagus apa kinerja Lucy. Kemampuannya memang setara dengan Biantara, bahkan sedikit melampaui Biantara.Meskipun seorang wanita, metode Lucy berhasil mendapatkan kepercayaan dari seluruh jaringan mata-mata. Dia menyatukan seluruh jaringan.Lucy tidak berbelit-belit dalam bertindak. Hal ini pun membuat jaringan mata-mata Wira semakin berkembang. Jika sesuatu terjadi pada Lucy, Wira benar-benar tidak tahu siapa yang bisa menggantikan posisinya.Wira terus memikirkan hal ini dan akhirnya tertidur lelap. Ketika dia bangun lagi, hari sudah mulai gelap.Wira keluar dari kamarnya. Trenggi yang sedang berjaga
"Baik. Terima kasih banyak." Wira tidak berbasa-basi dengan Arifin. Hubungan mereka sudah cukup dekat sehingga tidak perlu terlalu formal.Sejak Arifin bergabung dengan pihaknya, dia sudah banyak membantu Wira. Wira tidak pernah melupakan jasanya.Wira bukan orang yang melupakan budi seseorang. Itu sebabnya, dia mengangkat Arifin menjadi dokter nomor satu di dunia.Setelah menulis resep obat, Arifin menyerahkannya kepada Leli. Leli segera keluar untuk mencari obat."Aku bisa menjaganya sendiri di sini. Setelah dia minum obat, aku tetap akan berjaga di sini. Sebaiknya kamu istirahat. Perjalanan kali ini sangat melelahkan," ucap Arifin melirik Wira.Sejujurnya, Wira memang lelah. Namun, dia tidak menunjukkan kelelahannya sedikit pun. Kondisi fisiknya jauh lebih baik daripada Arifin. Arifin saja tahan, mana mungkin Wira menunjukkan kelemahannya? Apalagi, tujuan mereka adalah menyelamatkan nyawa seseorang."Aku akan menemanimu di sini. Fisikku nggak seburuk yang kamu kira. Aku masih kuat k
Osman membawa banyak orang untuk menunggu di depan gerbang kota demi menyambut Wira. Ini adalah bentuk penghormatan besar darinya untuk Wira.Di seluruh Kerajaan Nuala, siapa yang bisa mendapatkan perlakuan seistimewa ini? Bagaimanapun, sekarang Osman adalah penguasa. Statusnya tinggi dan tidak bisa dibandingkan dengan orang biasa. Tindakannya ini sudah cukup untuk menunjukkan betapa dia menghargai Wira.Wira perlahan-lahan mendekat. Tatapannya tertuju pada Osman. Dia menyapa dengan pelan, "Tuan Osman, lama nggak ketemu.""Ya. Setelah pertemuan terakhir itu, aku nggak pernah melihat Kak Wira lagi. Jujur saja, aku sangat merindukanmu!"Setelah berbasa-basi sesaat, Wira langsung menuju intinya. Dia bertanya, "Di mana Lucy? Aku ingin melihatnya sekarang juga."Di samping Wira, Arifin mengangguk setuju. Perjalanan mereka sangat melelahkan karena tanpa istirahat, tetapi menyelamatkan seseorang adalah hal yang tidak bisa ditunda.Apalagi, kondisi Lucy sangat kritis. Mereka tentu tidak bisa m