Jazali membalas, "Aku juga nggak sangka ternyata yang datang kamu. Sepertinya sekarang kamu sudah menemukan majikan baru ya?"Wajah Jazali memerah karena marah. Sebagai seorang pria sejati, dia tak akan tunduk pada dua majikan. Kalau tidak, dulu dia pasti sudah bergabung dengan Alzam.Dengan kemampuannya, tidak sulit baginya untuk mendapatkan posisi penting di bawah Alzam. Namun sebagai pria sejati, mana mungkin dia rela hidup di bawah bayang-bayang orang lain? Dia berbeda dari Bakti, dirinya bukanlah seorang pengecut!"Jazali, nggak perlu kamu pikirkan situasiku saat ini. Aku datang ke sini cuma untuk mendapatkan sesuatu dari Vila Larimas. Aku tahu kamu sekarang sudah jadi ketua sendiri. Aku nggak mau mempersulitmu. Bagaimanapun, kita dulu pernah menjadi saudara seperjuangan," ujar Bakti.Bakti menambahkan, "Kalau kamu bersedia menyerahkan harta di Vila Larimas, aku nggak akan mengusikmu. Bahkan, aku akan memujimu di hadapan Pak Alzam.""Mungkin kamu akan mendapatkan jalan kembali unt
Demi bertahan hidup, Jazali juga tidak akan hidup dengan memalukan. Dia justru merupakan seseorang yang pantas dikagumi.Lucy segera menjelaskan, "Dia adalah Ketua Vila Larimas, Jazali. Dia dulu adalah bawahan Bhurek. Tapi hubungannya dengan Bhurek nggak terlalu baik, jadi nggak mendapatkan kepercayaan penuh dari Bhurek."Wira mengangguk. Meski ini pertama kalinya dia bertemu Jazali, dari cara Jazali berbicara, dia bisa melihat bahwa Jazali memang bukanlah orang yang sejalan dengan Bhurek. Mungkin demi kejayaan Kerajaan Beluana, dia terpaksa harus mengikuti Bhurek.Lucy berbicara dengan nada penuh kebencian, "Pak, aku sudah mengutus orang untuk menyelidiki. Ada ribuan prajurit di sekitar sini, semuanya dari Kerajaan Beluana.""Pemimpin mereka adalah Bakti, antek Alzam. Orang ini memang punya kemampuan. Sebelumnya, dia yang memandu Alzam masuk ke rumah jenderal agung. Yang paling menjijikkan, dia juga pernah menjadi bawahan Bhurek," jelas Lucy.Sebagai wanita, Lucy tak suka dengan pengk
"Pak, jadi sekarang apa yang harus kita lakukan? Apa kita cuma akan berdiri di sini dan menonton?" tanya Lucy yang berdiri di belakang Wira sambil memandang ke arah bawah gunung.Kalau mereka hanya menonton dari sini, tentu itu akan lebih mudah. Mereka bisa mendapatkan keuntungan di akhir tanpa harus terlibat.Namun jika Jazali sampai nekat menghancurkan semua barang di vila, mereka akan rugi karena perjalanan ini menjadi sia-sia.Wira ragu sejenak sebelum membalas sambil tersenyum, "Apa ada jalan untuk kita masuk ke dalam Vila Larimas?"Lucy memikirkannya sejenak, lalu berucap seraya mengangguk, "Di belakang vila, ada sebuah pintu belakang. Aku sudah menyelidiki struktur pertahanan vila ini.""Di sini, cuma ada puluhan orang. Sepertinya sebagian besar dari mereka sedang bersama Jazali sekarang. Kita bisa menyelinap masuk tanpa ketahuan!" tambah Lucy.Wira tersenyum puas. Dia merasa bahwa membawa Lucy bersamanya adalah langkah yang tepat. Dia berujar, "Oke. Kita manfaatkan konflik di a
Wira berucap, "Tapi, sekarang aku malah punya pemikiran lain. Aku mau mengajak Jazali bergabung. Dia termasuk orang berbakat dan juga memiliki integritas. Dia berbeda dengan Bhurek dan orang-orang lainnya."Wira menambahkan, "Dulu, kami juga nggak pernah memiliki konflik besar. Kalau nggak, aku pasti sudah mengenalnya lebih baik. Kalau orang seperti dia mati di sini, rasanya terlalu disayangkan ...."Wira menggeleng dan merasa sedikit kecewa. Walaupun dia sudah memiliki banyak orang berbakat di sekitarnya, apabila dia benar-benar ingin menjadi penguasa sembilan provinsi di masa depan, jumlah orang-orang itu tidak akan cukup.Untuk membuat dunia ini benar-benar stabil dan memastikan rakyat bisa hidup damai, Wira membutuhkan pejabat daerah yang benar-benar mampu bekerja dengan baik.Sayangnya, melaksanakannya sangat sulit meskipun pemikiran seperti itu terkesan mudah. Wira sangat jelas akan hal ini.Itu sebabnya, Wira terus berusaha merekrut orang-orang berbakat untuk bergabung dengannya
Setelah mengalahkan dua pengawal di depan pintu, Wira memberi isyarat pada Agha untuk segera maju dan langsung membuka pintu. Mereka hanya bisa menghancurkan pintu itu dengan paksa karena terdapat gembok besar di pintu itu, tetapi tidak ada kunci di tubuh kedua pengawal itu. Namun, setelah Agha mencoba beberapa kali, pintunya tetap tidak terbuka dan gemboknya sama sekali tidak bergerak.Wira mengernyitkan alis. "Apa yang terjadi?"Agha dikenal sebagai orang terkuat di dunia dan tidak ada yang bisa menghalangi jalannya. Jangan hanya sebuah gembok, dia bahkan bisa memindahkannya jika ada gunung di depannya. Meskipun terdengar agak berlebihan, dia memang memiliki kemampuan seperti ini.Lucy pun maju dua langkah dan Agha mundur ke samping. Setelah memeriksa sebentar, ekspresinya menjadi serius. "Sepertinya memang ada harta karun yang tersimpan di sini. Pintu ini terbuat dari besi hitam yang berusia ribuan tahun, begitu juga dengan gemboknya. Semua ini terbuat dari bahan yang sama. Kalau in
Ekspresi Agha terlihat bingung, sedangkan Wira dan yang lainnya tidak berbicara.Dalam sekejap, Ihatra sudah berjalan ke depan pintu yang terbuat dari besi hitam yang berusia seribu tahun dan langsung memasukkan jarum peraknya ke dalam lubang kunci. Dia terus memutar-mutar jarumnya dan menutup matanya, seolah-olah sedang mendengarkan sesuatu."Orang ini ternyata tahu cara membuka kunci?" Agha langsung menyadari dan segera berkata.Sementara itu, Mahart yang berdiri di samping maju dengan menyilangkan tangan dan berkata sambil tersenyum, "Sebelum bergabung dengan Gedung Nomor Satu, kami semua adalah orang-orang yang berkelana di dunia persilatan. Jadi, kami tentu saja punya beberapa keterampilan. Membuka kunci ini mungkin hal yang menarik bagi Tuan Muda, tapi ini hanya hal biasa bagi kami."Agha segera bertanya, "Kalau begitu, kenapa kamu nggak bisa?"Uhuk uhuk.Ekspresi Mahart langsung menjadi canggung dan berpikir seharusnya Agha ini menjaga perasaannya.Wira hanya menggelengkan kepal
"Tuan Muda, bagaimana kalau kita juga pergi sekarang?"Sebelum datang ke sini, Wira sudah memberi tahu semua orang untuk tidak memanggilnya tuan, melainkan tuan muda selama perjalanan ini untuk menghindari masalah. Ini dilakukan agar tidak menimbulkan kecurigaan orang lain.Tepat saat Wira dan Lucy hendak pergi, tiba-tiba terdengar suara jeritan dari belakang. "Siapa kalian? Kenapa kalian bisa masuk ke dalam gudang ini?"Wira secara refleks menoleh dan melihat orang yang datang itu ternyata adalah Jazali."Ternyata Tuan Jazali yang datang. Bukankah kamu sedang berhadapan dengan Bakti di luar sana? Kenapa bisa tiba-tiba datang ke sini? Apa kamu sudah bersiap untuk menyerah dan memberikan semua barang di sini pada Bakti?" tanya Wira sambil tersenyum. Dia tentu saja sedang mengulur waktu untuk orang-orang di dalam terowongan rahasia itu.Sementara itu, Lucy juga diam-diam berdiri ke belakang Wira dan menutup pintu masuk terowongan itu. Jazali tidak boleh tahu ada terowongan di sini, merek
Jazali diam-diam menebak identitas Wira, tetapi dia tidak memiliki banyak kesan tentang Wira. Namun, dia berpikir orang yang bisa mengatakan hal seperti ini tidak mungkin orang yang tak terkenal, pasti memiliki latar belakang yang besar.Saat dahulu berada di medan perang, Jazali tidak pernah bertemu dengan Wira. Bagaimanapun juga, dia hanya salah seorang jenderal di bawah komando Bhurek yang tidak mendapat kepercayaan besar, apalagi turun ke medan perang untuk bertempur. Sebagian besar tugasnya adalah mengawal perbekalan, sehingga dia merasa tidak dihargai."Kalau kamu nggak menjelaskan situasinya, percaya nggak aku akan membunuhmu sekarang juga?" kata Jazali dengan marah.Wira mengeluarkan senapan dari sakunya dan langsung membidik tepat pada Jazali.Dalam sekejap, ekspresi Jazali langsung menjadi dingin dan secara refleks mundur dua langkah. Setelah menatap senapan itu sejenak, dia menyipitkan mata dan langsung menyadari identitas Wira. Dia menunjuk pada Wira dan berkata, "Kamu ini