"Pak, jadi sekarang apa yang harus kita lakukan? Apa kita cuma akan berdiri di sini dan menonton?" tanya Lucy yang berdiri di belakang Wira sambil memandang ke arah bawah gunung.Kalau mereka hanya menonton dari sini, tentu itu akan lebih mudah. Mereka bisa mendapatkan keuntungan di akhir tanpa harus terlibat.Namun jika Jazali sampai nekat menghancurkan semua barang di vila, mereka akan rugi karena perjalanan ini menjadi sia-sia.Wira ragu sejenak sebelum membalas sambil tersenyum, "Apa ada jalan untuk kita masuk ke dalam Vila Larimas?"Lucy memikirkannya sejenak, lalu berucap seraya mengangguk, "Di belakang vila, ada sebuah pintu belakang. Aku sudah menyelidiki struktur pertahanan vila ini.""Di sini, cuma ada puluhan orang. Sepertinya sebagian besar dari mereka sedang bersama Jazali sekarang. Kita bisa menyelinap masuk tanpa ketahuan!" tambah Lucy.Wira tersenyum puas. Dia merasa bahwa membawa Lucy bersamanya adalah langkah yang tepat. Dia berujar, "Oke. Kita manfaatkan konflik di a
Wira berucap, "Tapi, sekarang aku malah punya pemikiran lain. Aku mau mengajak Jazali bergabung. Dia termasuk orang berbakat dan juga memiliki integritas. Dia berbeda dengan Bhurek dan orang-orang lainnya."Wira menambahkan, "Dulu, kami juga nggak pernah memiliki konflik besar. Kalau nggak, aku pasti sudah mengenalnya lebih baik. Kalau orang seperti dia mati di sini, rasanya terlalu disayangkan ...."Wira menggeleng dan merasa sedikit kecewa. Walaupun dia sudah memiliki banyak orang berbakat di sekitarnya, apabila dia benar-benar ingin menjadi penguasa sembilan provinsi di masa depan, jumlah orang-orang itu tidak akan cukup.Untuk membuat dunia ini benar-benar stabil dan memastikan rakyat bisa hidup damai, Wira membutuhkan pejabat daerah yang benar-benar mampu bekerja dengan baik.Sayangnya, melaksanakannya sangat sulit meskipun pemikiran seperti itu terkesan mudah. Wira sangat jelas akan hal ini.Itu sebabnya, Wira terus berusaha merekrut orang-orang berbakat untuk bergabung dengannya
Setelah mengalahkan dua pengawal di depan pintu, Wira memberi isyarat pada Agha untuk segera maju dan langsung membuka pintu. Mereka hanya bisa menghancurkan pintu itu dengan paksa karena terdapat gembok besar di pintu itu, tetapi tidak ada kunci di tubuh kedua pengawal itu. Namun, setelah Agha mencoba beberapa kali, pintunya tetap tidak terbuka dan gemboknya sama sekali tidak bergerak.Wira mengernyitkan alis. "Apa yang terjadi?"Agha dikenal sebagai orang terkuat di dunia dan tidak ada yang bisa menghalangi jalannya. Jangan hanya sebuah gembok, dia bahkan bisa memindahkannya jika ada gunung di depannya. Meskipun terdengar agak berlebihan, dia memang memiliki kemampuan seperti ini.Lucy pun maju dua langkah dan Agha mundur ke samping. Setelah memeriksa sebentar, ekspresinya menjadi serius. "Sepertinya memang ada harta karun yang tersimpan di sini. Pintu ini terbuat dari besi hitam yang berusia ribuan tahun, begitu juga dengan gemboknya. Semua ini terbuat dari bahan yang sama. Kalau in
Ekspresi Agha terlihat bingung, sedangkan Wira dan yang lainnya tidak berbicara.Dalam sekejap, Ihatra sudah berjalan ke depan pintu yang terbuat dari besi hitam yang berusia seribu tahun dan langsung memasukkan jarum peraknya ke dalam lubang kunci. Dia terus memutar-mutar jarumnya dan menutup matanya, seolah-olah sedang mendengarkan sesuatu."Orang ini ternyata tahu cara membuka kunci?" Agha langsung menyadari dan segera berkata.Sementara itu, Mahart yang berdiri di samping maju dengan menyilangkan tangan dan berkata sambil tersenyum, "Sebelum bergabung dengan Gedung Nomor Satu, kami semua adalah orang-orang yang berkelana di dunia persilatan. Jadi, kami tentu saja punya beberapa keterampilan. Membuka kunci ini mungkin hal yang menarik bagi Tuan Muda, tapi ini hanya hal biasa bagi kami."Agha segera bertanya, "Kalau begitu, kenapa kamu nggak bisa?"Uhuk uhuk.Ekspresi Mahart langsung menjadi canggung dan berpikir seharusnya Agha ini menjaga perasaannya.Wira hanya menggelengkan kepal
"Tuan Muda, bagaimana kalau kita juga pergi sekarang?"Sebelum datang ke sini, Wira sudah memberi tahu semua orang untuk tidak memanggilnya tuan, melainkan tuan muda selama perjalanan ini untuk menghindari masalah. Ini dilakukan agar tidak menimbulkan kecurigaan orang lain.Tepat saat Wira dan Lucy hendak pergi, tiba-tiba terdengar suara jeritan dari belakang. "Siapa kalian? Kenapa kalian bisa masuk ke dalam gudang ini?"Wira secara refleks menoleh dan melihat orang yang datang itu ternyata adalah Jazali."Ternyata Tuan Jazali yang datang. Bukankah kamu sedang berhadapan dengan Bakti di luar sana? Kenapa bisa tiba-tiba datang ke sini? Apa kamu sudah bersiap untuk menyerah dan memberikan semua barang di sini pada Bakti?" tanya Wira sambil tersenyum. Dia tentu saja sedang mengulur waktu untuk orang-orang di dalam terowongan rahasia itu.Sementara itu, Lucy juga diam-diam berdiri ke belakang Wira dan menutup pintu masuk terowongan itu. Jazali tidak boleh tahu ada terowongan di sini, merek
Jazali diam-diam menebak identitas Wira, tetapi dia tidak memiliki banyak kesan tentang Wira. Namun, dia berpikir orang yang bisa mengatakan hal seperti ini tidak mungkin orang yang tak terkenal, pasti memiliki latar belakang yang besar.Saat dahulu berada di medan perang, Jazali tidak pernah bertemu dengan Wira. Bagaimanapun juga, dia hanya salah seorang jenderal di bawah komando Bhurek yang tidak mendapat kepercayaan besar, apalagi turun ke medan perang untuk bertempur. Sebagian besar tugasnya adalah mengawal perbekalan, sehingga dia merasa tidak dihargai."Kalau kamu nggak menjelaskan situasinya, percaya nggak aku akan membunuhmu sekarang juga?" kata Jazali dengan marah.Wira mengeluarkan senapan dari sakunya dan langsung membidik tepat pada Jazali.Dalam sekejap, ekspresi Jazali langsung menjadi dingin dan secara refleks mundur dua langkah. Setelah menatap senapan itu sejenak, dia menyipitkan mata dan langsung menyadari identitas Wira. Dia menunjuk pada Wira dan berkata, "Kamu ini
Vila Larimas sudah dikepung oleh pasukan dari Kerajaan Beluana, saat ini Jazali yang berada di dalam juga tidak memiliki jalan keluar.Bakti tentu saja berharap bisa membujuk Jazali, sehingga dia bisa mendapatkan barang-barang itu tanpa perlu bertempur. Jika benar-benar terjadi pertempuran, masalahnya mungkin akan makin memburuk. Barang masih berada di tangan Jazali, pada akhirnya semua akan sia-sia jika Jazali memutuskan untuk menghancurkan tempat itu.Justru karena hal inilah, Jazali bisa kembali ke dalam Vila Larimas dan bertemu dengan Wira."Aku nggak akan membunuhmu. Tapi, semua dokumen di sini sudah dibawa pergi oleh orang-orangku. Pikirkan baik-baik, apa kamu bersedia ikut denganku? Kamu nggak perlu mengorbankan nyawamu sia-sia di sini. Meskipun saat itu Bhurek nggak melihat potensimu dan nggak memberimu posisi penting, aku tahu kamu memang adalah seseorang yang berbakat.""Kalau nggak, tadi aku sudah menembakmu. Aku membutuhkan orang-orang yang berbakat. Kalau kamu bersedia per
"Semuanya tentu saja bisa dilakukan dengan diam-diam. Kalau kamu ingin ikut aku pergi, aku akan membawamu pergi melalui terowongan bawah tanah. Bagaimana menurutmu?" kata Wira.Wira makin suka pada Jazali. Terutama saat melihat penampilan Jazali, dia bisa melihat Jazali adalah seseorang yang setia pada negaranya dan memiliki ambisi besar dalam hati.Dia kebetulan dikelilingi orang seperti ini, contohnya Osmaro dan yang lainnya. Mereka awalnya datang karena reputasinya dan tinggal di Dusun Darmadi, tetapi mereka juga peduli dengan nasib rakyat. Jika bukan karena dukungan dari rakyat di sembilan provinsi, dia tentu saja tidak akan berada di posisinya saat ini dan dikelilingi begitu banyak orang berbakat."Kamu pikirkan baik-baik dulu, sekarang kita masih punya waktu," kata Wira sambil tersenyum. Dia berdiri di samping dan menunggu dengan sabar, sedangkan senapannya sudah disimpan kembali.Dibandingkan dengan Wira, Lucy terlihat lebih cemas dan tetap menatap Jazali dengan tajam. Meskipun
Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi
Sepanjang perjalanan, Trenggi terus berpikir apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan Wira dari Provinsi Lowala. Namun, setelah bertemu Wira, dia merasa sangat terharu. Dia benar-benar tidak menyangka Wira begitu tampan dan karismatik, pantas saja banyak orang di sembilan provinsi yang merasa Wira sangat bisa diandalkan. Hari ini, dia membuktikan sendiri kabar itu memang benar.Setelah semua pasukan besar dari Kerajaan Nuala memasuki kota, Wira langsung memerintahkan bawahannya untuk menutup gerbang kota.....Di dalam kediaman wali kota, Wira menatap Trenggi dan para jenderalnya yang masuk. Latif dan Agha yang sebelumnya pergi untuk membujuk orang-orang di kota juga sudah kembali. Saat melihat Trenggi dan Hayam, semua orang basa-basi terlebih dahulu.Setelah itu, Wira menarik Latif dan berkata, "Ayo, aku perkenalkan kamu dulu. Ini adalah saudara baru kami. Kalau bukan karena dia, mungkin nyawa kami sudah tiada saat sedang bersembunyi di hutan. Untung saja dia bersedia membantu
Wira menatap Nafis dan berkata, "Tinggalkan satu mata-mata untuk memandu pasukan besar Jenderal Trenggi, yang lainnya kembali ke sini. Kirim mereka ke utara dan minta mereka untuk terus memantau gerakan di sana. Kalau mereka menemukan pasukan utara, segera laporkan ke sini.""Baik," jawab Nafis.Setelah keduanya pergi, Wira baru mencari peta. Setelah melihat bagian atas peta itu, dia berkata dengan tenang, "Sekarang kita belum tahu pasukan utara itu ada di mana. Tapi, kalau mereka bergerak dengan cepat dan menurut waktu yang diberi tahu Kunaf tadi, sekarang mereka harusnya sedang melintasi Pulau Hulu."Mengingat jenderal tangguh dari pihak musuh adalah Zaki yang merupakan tangan kanan Bimala, Wira berpikir apakah dia bisa menggunakan Zaki ini untuk mengancam Bimala agar menyerahkan Bobby. Meskipun sekarang dia belum mengetahui kabar tentang Bobby, Zaki sebagai tangan kanan Bimala ini seharusnya tahu. Jika bahkan hal ini pun tidak tahu, Zaki ini benar-benar tidak berguna.Saat sedang me
Semua orang tertegun sejenak saat mendengar perkataan Latif. Menurut mereka, sepuluh orang memang terlalu sedikit.Saat Latif hendak menjelaskan maksudnya, saat itu Wira malah berkata, "Benar, sepuluh orang memang terlalu sedikit. Lebih baik mengikuti saran Adjie, bawa 100 orang bersamamu saja. Kalau terjadi masalah, kalian juga bisa saling membantu."Latif yang merasa terharu oleh kata-kata Wira segera memberi hormat pada Wira, lalu berdiri dan berkata, "Tuan, kalian sudah salah paham, aku nggak ingin bertindak secara besar-besaran. Kalau bukan karena takut kamu akan khawatir atau nggak ada yang melaporkan padamu, aku bisa pergi ke sana sendirian.""Para prajurit ini nggak penting, yang perlu ditangani adalah wakil jenderal yang memimpin mereka. Dia adalah orang kepercayaan Kunaf. Sekarang Kunaf sudah ditangkap, mereka pasti nggak akan menyerah pada kita. Karena Kunaf ini memegang kekuasaan besar, jadi wakil jenderal ini lebih seperti boneka. Justru karena itulah, aku yakin bisa menan
Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah
Bukan hanya Adjie dan yang lainnya, bahkan Wira yang berdiri di depan Kunaf pun tertegun setelah mendengar perkataan itu. Dia benar-benar tidak menyangka Bimala malah mengerahkan pasukan besar hanya untuk menangkapnya, benar-benar menghargainya.Agha yang mudah emosi pun langsung menendang Kunaf dan memarahi, "Katakan dengan jelas, kali ini ada berapa banyak pasukan utara yang dikirim?"Kunaf meludah ke tanah, lalu tertawa dingin dan berkata, "Hehe. Semuanya ada 100 ribu pasukan untuk menjaga perbatasan. Begitu pasukan besar itu tiba, kalian semua nggak akan bisa kabur lagi. Kalau kalian melepasku sekarang ...."Namun, sebelum Kunaf selesai berbicara, Nafis langsung menendang tubuh Kunaf untuk memaksanya menahan kata-kata berikutnya. "Melepaskanmu? Kamu bermimpi. Sayangnya, kamu nggak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup lagi."Tak disangka, ekspresi Kunaf malah tetap datar saat mendengar perkataan Nafis. Sebaliknya, dia malah tertawa dan berkata, "Hehe. Nggak masalah. Lagi pula, kal
Adjie menganggukkan kepalanya karena sangat setuju dengan pengaturan Agha. Jika terjadi sesuatu yang tak terduga pada saat seperti ini, semua usaha mereka sebelumnya akan sia-sia.Saat ini, di gerbang kota. Wira yang sedang memimpin sekelompok orang pun memandang ke langit di kejauhan, lalu memanggil Nafis dan bertanya dengan nada pelan, "Ada kabar dari para mata-mata?"Begitu menguasai kota, Wira langsung mengirim banyak mata-mata untuk menyambut 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala.Nafis memberi hormat dan menjawab, "Belum ada kabar. Tapi, berdasarkan informasi sebelumnya dari para mata-mata, mereka harusnya sudah dekat."Wira menganggukkan kepala. Tidak boleh ada kesalahan sedikit pun pada saat seperti ini.Tepat pada saat itu, ada seorang prajurit yang berlari mendekat. Setelah melihat keduanya, dia langsung memberi hormat dan berkata, "Tuan, Kak Nafis, Kak Adjie dan yang lainnya sudah kembali. Mereka bahkan berhasil menangkap Kunaf."Mendengar laporan itu, Nafis merasa sangat sen
Mendengar Latif berkata demikian, Adjie merasa agak ragu karena saat ini situasinya sangat mendesak. Jika dia melepaskan mereka begitu saja, dia akan kesulitan.Menyadari Adjie sepertinya merasa agak kesulitan, Latif yang berdiri di depan pintu tersenyum dan berkata sambil memberi hormat, "Kalau Kak Adjie merasa agak kesulitan, kamu bisa menahan kami di halaman ini dulu. Selama nyawa kami nggak terancam, kami bisa menerima cara lainnya."Melihat Latif yang begitu pengertian, Adjie membalas hormat itu dengan tersenyum. Setelah ragu sejenak, dia berkata perlahan-lahan, "Melihat Jenderal Latif begitu sungkan, aku akan terus terang saja. Saat fajar nanti, 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala akan langsung masuk ke kota.""Sekarang kami sudah menguasai gerbang kota dan kediaman wali kota juga. Begitu pasukan tiba mereka bisa langsung menerobos masuk tanpa hambatan."Kata-kata Adjie ini membuat Latif sangat bersemangat karena tidak ada satu pun dari mereka yang ingin menjadi seorang penjaga
Tanpa basa-basi, Agha langsung menampar kedua selir Kunaf. Mereka pun langsung diam, tak berani berteriak lagi.Namun, saat itu juga, Agha mencium bau pesing yang menyengat dan sontak mengumpat pelan, "Sialan!"Setelah beberapa saat, Kunaf sudah diikat erat. Adjie lalu menoleh ke arah Agha dan bertanya, "Apa kita perlu mengabari Tuan Wira? Sekarang situasi di dalam kota sudah terkendali, tinggal menunggu pasukan Kerajaan Nuala tiba."Mendengar nama Kerajaan Nuala, Kunaf yang tergeletak di lantai langsung mengeluarkan suara dari mulutnya yang disumpal dengan kain. Tubuhnya meronta-ronta.Adjie tidak berkata apa-apa dan hanya menendang tubuh Kunaf agar tetap diam. Setelah itu, dia duduk perlahan di kursi dan berkata dengan tenang, "Aku sudah mengutus orang untuk memberi tahu Wira. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang perlu kita lakukan.""Apa itu?""Dengan menggunakan perintah Kunaf, kita panggil semua kepala penjaga gerbang ke sini dengan alasan rapat mendadak. Begitu mereka masuk ke hala