"Seharusnya bukan begitu." Luna menggeleng dan melanjutkan, "Aku punya mata-mata di istana Kerajaan Beluana. Kata mereka, Ciputra nggak bisa tidur dan terus marah-marah belakangan ini. Orang-orang di sekitar sampai nggak berani mendekatinya.""Intinya, Ciputra yang sekarang menjadi sangat berbeda. Semalam, Harraz memberinya sebuah ide. Harraz menyuruhnya tinggal di kuil untuk sementara waktu. Mungkin Ciputra ingin menenangkan dirinya?"Yang dikatakan Luna benar. Di berbagai tempat di Kerajaan Beluana, ada banyak mata-matanya. Hanya saja, mereka bukan dibina oleh Luna seorang diri, melainkan diatur oleh Biantara.Itu sebabnya, pekerjaan Luna menjadi jauh lebih mudah. Meskipun Biantara telah meninggal, dia tetap memberi bantuan besar untuk jaringan mata-mata."Rupanya begitu." Wira tersenyum sambil menggeleng, lalu menatap Osmaro dan berucap, "Menurutmu? Kalau ada momok di hati seseorang, apa orang itu bisa hidup dengan baik? Konyol sekali!"Osmaro tertawa dan menyahut, "Tuan benar! Momo
Osmaro tahu ini bukan hanya keputusan Doddy, tetapi juga keputusan Wira. Makanya, dia tidak berani terlalu ikut campur dalam hal ini dan hanya bisa mengamati dari samping.Wira berkata, "Aku mengerti maksudmu. Tapi, kalau membunuh Bhurek sekarang, keinginanku nggak bisa tercapai.""Aku cuma ingin mengorek beberapa rahasia tentang Kerajaan Beluana. Sebagai Jenderal Besar Kerajaan Beluana, dia pasti tahu beberapa hal yang nggak kita ketahui. Aku yakin jaringan mata-mata juga nggak bisa mendapat petunjuk tentang rahasia seperti itu."Jaringan mata-mata memang organisasi intelijen. Namun, rahasia besar kerajaan pasti ditutup rapat-rapat dan hanya diketahui oleh beberapa anggota inti.Sebelumnya, Wira tidak menaruh harapan lagi pada Bhurek. Dia tahu Bhurek bukan setia terhadap Ciputra, melainkan ingin melindungi keluarganya.Namun, kini yang memegang kekuasaan adalah Harraz. Kemungkinan besar, Bhurek akan kesulitan menerima hasil ini. Sementara itu, Wira bisa memprovokasi Bhurek dan mengore
"Apa yang sebenarnya ingin kamu katakan?" kata Bhurek dengan dingin. Dia akan terbatuk-batuk setiap kali berbicara, seolah-olah sudah berusaha dengan napas terakhirnya. Terlihat sangat kasihan.Wira melanjutkan, "Aku hanya ingin memberitahumu. Kamu melakukan semua ini untuk melindungi keluargamu, tapi malah jadi membantu orang naik pangkat. Apa kamu benar-benar yakin bisa melindungi keluargamu itu? Satu-satunya orang yang bisa kamu percaya sekarang ini adalah aku. Apa kamu lupa tentang Harraz?"Harraz adalah perdana menteri kanan Kerajaan Beluana yang dahulu, sekarang malah sudah menjadi salah satu pemimpin di kubu Wira dan juga orang kepercayaan Wira. Bhurek juga menyaksikan semua hal itu.Meskipun dahulu Harraz adalah orang dari Kerajaan Beluana, dia tetap bisa menjadi orang kepercayaan Wira dan memiliki posisi penting. Dia bahkan memiliki status yang kuat di Provinsi Lowala, semua ini karena belas kasihan Wira. Bisa mengikuti tuan seperti Wira, kehidupannya jauh lebih baik berkali-k
Sekarang Bhurek sudah menjadi seorang tahanan, situasinya makin sulit dan terus menerima hukuman setiap harinya. Ini sudah menjadi hal yang sangat menderita, sehingga dia tidak berani berbicara lebih banyak lagi. Hanya satu keinginannya sekarang yaitu bisa mati dengan tenang. Siapa pun yang bisa memenuhi keinginannya, dia bersedia membayar dengan harga yang besar.Untuk masalah Kerajaan Beluana, Bhurek sudah lama tidak peduli lagi. Dia tahu jelas meskipun dia memberi tahu hal yang ingin diketahui Wira, Wira juga tidak akan melepaskannya. Pada akhirnya, hasilnya tetap akan sama. Lebih baik dia tetap santai dan sekalian juga melindungi keluarganya.Lagi pula, Bhurek berbeda dengan Harraz. Dia sudah membunuh Biantara dan memiliki dendam kesumat dengan Wira, dendam ini tidak akan dibiarkan berlalu begitu saja. Bukan hanya dia yang tidak bisa menerima hal ini, begitu juga dengan Wira. Sekarang satu-satunya hal yang bisa dilakukannya adalah menjadi pria sejati.Saat Bhurek sedang memikirkan
"Aku ... nggak boleh melibatkan keluargaku," kata Bhurek.Pikiran Bhurek tiba-tiba muncul wajah anak-anaknya di mana putra sulungnya baru berusia dua belas tahun , sedangkan putrinya baru berusia delapan tahun. Dia tidak ingin anak-anaknya dibunuh orang lain ataupun hidup dalam penderitaan. Namun, kata-kata Wira mengenai hatinya dan Wira juga tidak sedang bercanda, kenyataannya memang seperti itu. Apa yang harus dilakukannya?"Wira, bagaimana kalau kita membuat sebuah kesepakatan?" kata Bhurek langsung setelah tiba-tiba menatap Wira."Kesepakatan seperti apa?" Wira merasa sangat senang karena rencananya memang berhasil. Dia tahu Bhurek pasti akan menyerah.Bhurek melanjutkan, "Aku harap Tuan Wira bisa melindungi keluargaku, lebih baiknya lagi membawa mereka ke Dusun Darmadi. Selama kamu bisa melakukannya, aku akan menahan semua siksaan dari orang-orangmu kelak. Aku juga nggak akan dendam padamu lagi. Mengenai hal-hal yang ingin kamu tahu, aku juga akan memberitahumu segalanya.""Percay
Wira terus mengingatkan berulang-ulang kali untuk memastikan tidak terus terjadi masalah. Semua orang sudah tahu fakta bahwa Bhurek yang membunuh Biantara, sekarang dia malah tiba-tiba mencari keluarga Bhurek dan melindungi mereka. Siapa pun yang mendengar hal ini mungkin tidak akan bisa menerimanya.Namun, Lucy memahami keseluruhan situasinya, tentu saja mengerti niat baik Wira. Oleh karena itu, Lucy adalah pilihan terbaik untuk menangani urusan ini."Tuan, tenang saja. Beri aku waktu setengah bulan, aku pasti akan memberikan penjelasan yang memuaskan pada Tuan," kata Lucy sambil memberi hormat."Baiklah, kamu bisa pergi sekarang," kata Wira sambil melambaikan tangan pada Lucy, lalu tetap tinggal di jembatan batu sendirian dan melihat aliran sungai di depannya dengan tenang.Saat ini, Wira merasa sangat menderita. Dia bertanya-tanya apakah tindakannya ini akan mengecewakan Biantara. Dia dan Biantara memiliki ikatan persaudaraan, tetapi sekarang keadaannya mendesak. Dia harus menemukan
"Mana mungkin aku bisa tidur sekarang?" kata Alzam dengan kesal sambil mengelus keningnya."Suamiku, ada masalah apa yang mengganggu pikiranmu?" kata istri Alzam yang segera mendekati Alzam dan meletakkan perhiasan di tangannya, lalu menatap Alzam dengan bingung.Bagi istrinya, Alzam adalah sumber kekayaannya. Alzam hanya seorang sarjana biasa saat dahulu dia mengikutinya, tetapi sekarang Alzam benar-benar jauh berbeda dari sebelumnya. Sepertinya, pilihannya memang tepat.Selain itu, Alzam juga tidak tertarik pada wanita dan hanya ada satu istri saja selama bertahun-tahun ini. Alzam tidak berniat mencari selir, padahal para pejabat tinggi biasanya memiliki banyak istri. Apalagi usia istri Alzam sudah tidak muda lagi, sehingga Alzam tidak tertarik padanya lagi. Jika memiliki selir, istrinya ini pasti akan kehilangan kedudukannya.Untungnya, Alzam tidak melakukan semua itu."Kamu ini seorang wanita, tentu saja nggak mengerti apa yang kupikirkan. Meskipun aku memberitahumu kegelisahanku,
Salah seorang pengawal bertanya, "Sudah larut malam, apa Pak Alzam masih ada urusan penting?""Ikuti saja aku, jangan banyak omong!" jawab Alzam dengan tidak sabar. Pikirannya sudah tidak bisa tenang. Dia terus membayangkan sosok istri Bhurek.Istri Bhurek bernama Puput. Meski berasal dari keluarga sederhana, dia dikenal sebagai wanita berbudi dan berpendidikan. Keluarganya mengelola usaha kecil.Sayangnya setelah kejatuhan Bhurek, keluarganya mulai mengalami kemerosotan. Banyak orang di rumah itu mulai pergi satu per satu.Kini, rumah jenderal agung terasa sangat sepi. Hanya Puput yang masih bertahan dan menjaga keluarga itu tetap utuh.Meski begitu, Puput masih mampu merawat kedua anaknya dan menjaga martabat keluarga. Rumah besar itu tetap terlihat terhormat berkat usaha keras Puput.Siapa yang tak tertarik pada wanita seperti itu? Tak lama kemudian, mereka tiba di rumah jenderal agung."Kalian semua ikut denganku. Aku ada urusan, kalian cuma perlu mendampingiku. Kalau ada yang meng
Wira beserta Adjie dan Nafis berjalan perlahan-lahan menuju kemah utama untuk kavaleri. Kemah untuk kavaleri dari Kerajaan Nuala letaknya berdampingan dengan kemah di tengah kota, sehingga saat ini mereka bisa melihat sudah ada banyak tali perangkap kuda yang terhampar di luar kemah tengah itu.Melihat begitu banyak tali perangkap kuda, Wira merasa agak bersemangat. Jika semua benda ini bisa diletakkan di Dataran Haloam, pasukan utara pasti akan kesulitan.Begitu memasuki kemah Pasukan Harimau, dua pria yang mengenakan zirah langsung menghentikan langkah Wira dan yang lainnya. Mereka membawa pedang militer di pinggang dan busur serta dua set anak panah di punggung mereka.Wira langsung mengeluarkan lencana dan berkata, "Aku ini Wira, aku ingin mengerahkan tiga ribu pasukan. Siapa yang memimpin di sini? Panggil dia ke sini untuk bertemu denganku."Orang yang membawa bendera biasanya adalah komandan utama pasukan. Di medan perang, dia akan bertarung mati-matian sambil mengangkat bendera.
Wira terlihat tertegun sejenak setelah mendengar laporan dari mata-mata, lalu dia tiba-tiba merasa sangat senang dan berkata, "Baiklah. Kalau begitu, kita jalankan sesuai rencana kita. Jenderal Trenggi, aku percayakan kota ini padamu."Trenggi menganggukkan kepala. Setelah itu, dia mengeluarkan sebuah lencana, lalu langsung menyerahkannya pada Wira dan berkata, "Tuan Wira, lencana ini bisa memungkinkanmu untuk langsung membawa pergi tiga ribu Pasukan Harimau. Untuk berjaga-jaga, aku serahkan wewenang untuk mengatur Pasukan Harimau ini padamu untuk sementara."Wira langsung tertegun sejenak saat mendengar perkataan Trenggi, jelas tidak menyangka Trenggi bisa begitu percaya padanya. Meskipun hubungannya dan Osman cukup baik, dia jarang berurusan dengan Trenggi sebelumnya.Namun, sekarang Trenggi malah langsung memberikan kesempatan besar ini pada Wira, sehingga dia benar-benar merasa sangat terharu. Meskipun lencana itu hanya bisa mengerahkan tiga ribu Pasukan Harimau, itu juga sudah ter
Tempat seperti Hutan Bambu Mayu memang sangat cocok untuk digunakan sebagai tempat penyergapan.Melihat tempat itu, Wira menganggukkan kepala dan berkata, "Kalau begitu, ini memang nggak bermasalah bagi kita. Tapi, aku penasaran, bagaimana kalau kita mengatur penyergapan di Hutan Bambu Mayu ini?"Mata Adjie langsung bersinar dan segera berkata, "Tuan, aku juga berpikir seperti itu. Kalau kita menyiapkan penyergapan di sini, pasukan musuh juga nggak akan bisa menemukan kita. Selama kita terus bertarung sambil melangkah mundur dan ditambah lagi adanya tali perangkap kuda, aku jamin mereka nggak akan selamat."Wira menganggukkan kepala. Jika memang seperti itu, rencana ini memang cukup baik. Namun, jika hanya sebatas itu saja, dia malah merasa ada sesuatu yang tidak beres. Setelah terdiam sejenak, dia sepertinya teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Aku merasa sepertinya ada yang kurang. Rencana ini akan berhasil kalau pasukan musuh mengejar kita.""Bagaimana kalau mereka memutusk
Mendengar perkataan itu, Agha yang di samping pun tersenyum dan berkata, "Tuan, tali untuk perangkap kuda ini ada. Saat aku dan Latif pergi membujuk orang-orang itu, kami menemukan banyak tali perangkap kuda di kemah utama di sana. Cukup untuk kita gunakan."Ekspresi Wira langsung terlihat senang, lalu menatap ke arah Latif.Latif pun tersenyum, lalu maju dan berkata, "Benar. Kami memang menemukan banyak tali perangkap kuda di sana, jadi ini bukan masalah lagi. Aku akan pergi menyuruh mereka untuk memindahkannya ke sini sekarang juga."Setelah berhasil membujuk para prajurit di dalam kita untuk menyerah, Latif memeriksa dan menemukan jumlah mereka tidak sampai sepuluh ribu orang. Meskipun jumlahnya masih kalah dibandingkan dengan pasukan Trenggi, jumlah ini juga tidak termasuk sedikit. Oleh karena itu, dia berniat menyerahkan tanggung jawab ini pada Agha untuk menghindari kesalahpahaman.Namun, setelah mendengar pemikiran itu, Wira langsung menyerahkan wewenang untuk memimpin para praj
Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi
Sepanjang perjalanan, Trenggi terus berpikir apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan Wira dari Provinsi Lowala. Namun, setelah bertemu Wira, dia merasa sangat terharu. Dia benar-benar tidak menyangka Wira begitu tampan dan karismatik, pantas saja banyak orang di sembilan provinsi yang merasa Wira sangat bisa diandalkan. Hari ini, dia membuktikan sendiri kabar itu memang benar.Setelah semua pasukan besar dari Kerajaan Nuala memasuki kota, Wira langsung memerintahkan bawahannya untuk menutup gerbang kota.....Di dalam kediaman wali kota, Wira menatap Trenggi dan para jenderalnya yang masuk. Latif dan Agha yang sebelumnya pergi untuk membujuk orang-orang di kota juga sudah kembali. Saat melihat Trenggi dan Hayam, semua orang basa-basi terlebih dahulu.Setelah itu, Wira menarik Latif dan berkata, "Ayo, aku perkenalkan kamu dulu. Ini adalah saudara baru kami. Kalau bukan karena dia, mungkin nyawa kami sudah tiada saat sedang bersembunyi di hutan. Untung saja dia bersedia membantu
Wira menatap Nafis dan berkata, "Tinggalkan satu mata-mata untuk memandu pasukan besar Jenderal Trenggi, yang lainnya kembali ke sini. Kirim mereka ke utara dan minta mereka untuk terus memantau gerakan di sana. Kalau mereka menemukan pasukan utara, segera laporkan ke sini.""Baik," jawab Nafis.Setelah keduanya pergi, Wira baru mencari peta. Setelah melihat bagian atas peta itu, dia berkata dengan tenang, "Sekarang kita belum tahu pasukan utara itu ada di mana. Tapi, kalau mereka bergerak dengan cepat dan menurut waktu yang diberi tahu Kunaf tadi, sekarang mereka harusnya sedang melintasi Pulau Hulu."Mengingat jenderal tangguh dari pihak musuh adalah Zaki yang merupakan tangan kanan Bimala, Wira berpikir apakah dia bisa menggunakan Zaki ini untuk mengancam Bimala agar menyerahkan Bobby. Meskipun sekarang dia belum mengetahui kabar tentang Bobby, Zaki sebagai tangan kanan Bimala ini seharusnya tahu. Jika bahkan hal ini pun tidak tahu, Zaki ini benar-benar tidak berguna.Saat sedang me
Semua orang tertegun sejenak saat mendengar perkataan Latif. Menurut mereka, sepuluh orang memang terlalu sedikit.Saat Latif hendak menjelaskan maksudnya, saat itu Wira malah berkata, "Benar, sepuluh orang memang terlalu sedikit. Lebih baik mengikuti saran Adjie, bawa 100 orang bersamamu saja. Kalau terjadi masalah, kalian juga bisa saling membantu."Latif yang merasa terharu oleh kata-kata Wira segera memberi hormat pada Wira, lalu berdiri dan berkata, "Tuan, kalian sudah salah paham, aku nggak ingin bertindak secara besar-besaran. Kalau bukan karena takut kamu akan khawatir atau nggak ada yang melaporkan padamu, aku bisa pergi ke sana sendirian.""Para prajurit ini nggak penting, yang perlu ditangani adalah wakil jenderal yang memimpin mereka. Dia adalah orang kepercayaan Kunaf. Sekarang Kunaf sudah ditangkap, mereka pasti nggak akan menyerah pada kita. Karena Kunaf ini memegang kekuasaan besar, jadi wakil jenderal ini lebih seperti boneka. Justru karena itulah, aku yakin bisa menan
Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah