"Oke, jangan sampai kamu membuatku kecewa," ujar Abyas.Wira menggeleng dan menikmati anggurnya dengan santai. Dia tidak menanggapi lagi. Setelah anak ini melihat wilayahnya, Wira yakin Abyas tidak akan bersedia kembali ke Desa Damaro lagi.Sebenarnya bukan hanya Abyas yang seperti ini, tetapi semua orang yang pernah datang ke Dusun Darmadi. Siapa yang ingin menjadi katak di dalam tempurung?Abyas memang masih kecil, tetapi dia memiliki impian sendiri. Ini adalah hal yang sangat wajar."Omong-omong, aku belum tahu kamu dan Ahmad punya dendam apa. Kamu sampai jauh-jauh ke Desa Damaro cuma untuk mencarinya.""Demi dia, kamu bahkan hampir mati dan membawa begitu banyak orang. Pasti dendam di antara kalian sangat besar, 'kan? Kalau nggak, untuk apa kamu susah payah begini?" tanya Abyas menatap Wira dengan bingung.Abyas merasa bosan karena perjalanan mereka cukup panjang. Jadi, dia mengajak Wira mengobrol dan mencoba mengorek informasi darinya.Wira tidak menyembunyikan apa pun dan langsun
"Sepertinya kamu sangat paham tentang raja. Kamu pasti seorang raja, 'kan?" tanya Abyas dengan tatapan penuh hormat."Aku bukan raja, tapi aku hampir setara dengan raja. Hanya saja, orang-orang nggak perlu bersujud memberi hormat kepadaku. Di wilayahku, semua orang sangat menghormatiku," sahut Wira sambil melambaikan tangannya.Wira tidak bercanda tentang ini. Di seluruh Atrana, siapa yang tidak ingin menjadi rakyat Wira? Ini bukan karena Wira memiliki prestise tinggi, tetapi karena dia pernah menolong banyak orang. Wira telah membantu mereka menghentikan peperangan. Itu sebabnya, orang-orang tunduk padanya.Sayangnya, wilayah Wira tidak terlalu besar sehingga tidak banyak orang yang bisa diterimanya. Ini tergantung bagaimana perkembangan wilayahnya di kemudian hari.Hanya saja, Wira tidak terlalu berminat menjadi penguasa dunia. Dia ingin menemani para istrinya melewati hari-hari yang bahagia. Mereka bisa mencari tempat sepi untuk hidup santai.Mungkin karena mengobrol terlalu lama, A
"Bukannya kalian sangat percaya diri dan ingin menggantikan posisi Biantara? Sekarang aku memberi kalian kesempatan untuk berpendapat. Kenapa malah diam?" tanya Wira yang menatap beberapa orang itu dengan heran. Ini tidak seperti sikap mereka yang biasanya, terutama Luna.Luna adalah orang pertama yang mencarinya, juga satu-satunya orang yang mengatakan ingin menggantikan posisi Biantara.Harus diakui bahwa Wira sangat mengagumi keberanian Luna saat itu. Bahkan, dia berniat untuk membina Luna supaya bisa menjadi orang kepercayaannya.Bagaimanapun, kesetiaan wanita lebih besar daripada pria. Makanya, Wira menaruh harapan besar pada Luna. Lantas, kenapa situasi malah menjadi seperti ini?"Tuan, kami benar-benar nggak tahu harus mengatakan apa." Jonathan menghela napas dan berujar, "Kami bekerja sama untuk menangkap Ahmad, tapi nggak berhasil membantu apa pun. Kalau bukan karena kamu, mana mungkin Ahmad tertangkap? Mana mungkin kami berani meminta pujian darimu."Luna dan Klause menganggu
"Pada misi kali ini, aku bisa melihat bahwa Jonathan sangat kompeten. Pantas saja, Tuan Biantara begitu memercayainya dulu. Jonathan bisa menjadi orang kepercayaan Tuan Biantara tentu karena punya kemampuan.""Kalau dibandingkan dengannya, aku merasa aku masih kalah jauh. Aku nggak sanggup memikul tanggung jawab sebesar itu," tolak Luna."Kamu sudah kehilangan kepercayaan dirimu ya?" tanya Wira sambil tersenyum. Dia tidak mengerti apa yang terjadi, sampai-sampai sikap Luna berubah secepat itu? Apa mungkin terjadi sesuatu di antara ketiga orang ini saat dirinya berada di Desa Damaro?"Karena Tuan Wira sudah bicara begitu, kamu jangan menolak lagi. Kami pasti akan membantumu. Selain itu, waktu sebulan ini cuma masa percobaan kok. Kalau dalam sebulan ini, kamu nggak bisa menunjukkan kinerja sebaik Tuan Biantara, aku pasti akan melaporkannya kepada Tuan Wira," ujar Jonathan.Klause mengangguk menyetujuinya. Faktanya, semua orang tahu bahwa yang paling kompeten di jaringan mata-mata tidak l
Dua hari kemudian, Wira dan lainnya kembali ke Dusun Darmadi. Suasana di sini terlihat suram. Banyak kain putih berkibar."Apa yang terjadi?" tanya Wira kepada seorang penduduk.Penduduk itu menjawab, "Para jenderal menggantung kain putih demi pemakaman Tuan Biantara. Semua ini untuk mengantar kepergian beliau."Ketika di Kota Besira, Wira telah mengatur pemakaman untuk Biantara. Biantara memang sudah dimakamkan.Meskipun Kota Besira bukan kampung halaman Biantara, Wira bisa menaklukkan kota ini berkat Biantara. Biantara memberi kontribusi besar dalam keberhasilannya ini.Selain itu, Wira telah menempatkan Danu di Kota Besira. Bisa dibilang Danu yang akan menemani Biantara di sana. Biantara tidak akan merasa kesepian.Siapa sangka, orang-orang di Dusun Darmadi akan menunjukkan rasa duka mereka dengan cara ini. Bisa dilihat bahwa jerih payah Biantara selama bertahun-tahun ini tidaklah sia-sia. Semua orang mengingat kebaikan Biantara."Kalau Biantara melihat semua ini dari surga, dia pas
Ahmad telah menyinggung Danu, jadi Danu akan memberinya pelajaran. Luna mengiakan, lalu segera membawa orang-orangnya pergi.Saat ini, penduduk desa itu menatap Ahmad dan bertanya, "Dia yang menyebarkan racun di Dusun Darmadi ya?"Wira mengangguk sambil membalas, "Ya, dia sudah kutangkap. Setelah Danu pulang, dia akan mendapat ganjaran yang setimpal."Kabar kepulangan Wira segera tersebar. Wulan dan lainnya telah menunggu Wira di rumah. Karena perjalanan kali ini sangat berbahaya, Wira tidak membawa mereka pergi.Dewina dan Thalia sekalipun tidak berani diam-diam mengikuti karena takut Wira marah. Makanya, semua menunggu dengan patuh di rumah.Untungnya, Wira hanya pergi beberapa hari dan tidak membuat mereka menunggu terlalu lama. Namun, Wira tidak langsung pulang untuk menjumpai para wanita cantik itu, melainkan pergi ke penjara dulu.Setibanya di sana, penjaga mengizinkan Wira masuk. Begitu melangkah masuk, Wira langsung mendengar teriakan yang menyayat hati."Doddy! Berengsek kamu!
"Berhenti. Kalau kamu terus mencambuknya, dia bisa mati. Lagian, memangnya kamu nggak capek?"Suara yang tiba-tiba terdengar ini membuat Doddy termangu. Kemudian, dia segera menoleh dan mendapati Wira berdiri di belakangnya."Tuan, kapan kamu pulang? Kenapa aku nggak dapat kabar apa pun?" tanya Doddy yang langsung melempar cambuknya dan menghampiri Wira. Seketika, sikapnya menjadi lebih ramah.Wira terkekeh-kekeh dan menyahut, "Itu karena kamu sibuk menyiksanya. Aku juga mendapat kabar kalau kamu di sini, makanya kemari. Aku nggak nyangka kamu akan menyiksanya sampai setragis ini."Wira tidak melirik Bhurek. Dia tidak bersimpati karena Bhurek memang pantas mendapatkannya. Biantara bisa mati karena Bhurek. Parahnya, Bhurek sempat menggantung jasad Biantara di tembok kota. Ini akibat dari perbuatan Bhurek sendiri."Aku marah sekali. Biantara sahabatku. Gara-gara dia, kita kehilangan Biantara. Mana mungkin aku bisa menerimanya. Kalau kamu nggak pulang-pulang, mungkin aku sudah membunuhnya
Setiap kali teringat jenazah sahabatnya digantung di tembok kota selama beberapa hari, Wira sungguh tidak bisa menerimanya. Hatinya terasa sangat sakit.Biantara jelas-jelas sudah tiada. Untuk apa Bhurek menyiksanya dengan cara seperti itu? Ini bukan hanya penghinaan untuk Biantara, tetapi juga untuk Wira."Apa ada yang memberimu ide itu, makanya kamu berani melakukannya?" tanya Wira.Bhurek tidak bodoh. Dia jelas memahami maksud Wira. Dia tergelak, lalu menggeleng dan berkata, "Pantas saja, kamu belum membunuhku. Ternyata kamu ingin mengorek informasi dariku untuk menyulitkan Ciputra."Ciputra mencampakkannya. Bhurek tidak menaruh harapan apa pun padanya lagi. Itu sebabnya, dia tidak memanggil Ciputra sebagai rajanya lagi."Ternyata kamu jauh lebih cerdas dari yang kubayangkan." Wira terkekeh-kekeh. "Kamu benar, aku ingin memanfaatkan kematian Biantara untuk menjatuhkan Ciputra.""Kamu juga tahu para rakyat kurang menyukai Ciputra. Kali ini aku menyatakan perang. Meskipun perang nggak