Setiap kali teringat jenazah sahabatnya digantung di tembok kota selama beberapa hari, Wira sungguh tidak bisa menerimanya. Hatinya terasa sangat sakit.Biantara jelas-jelas sudah tiada. Untuk apa Bhurek menyiksanya dengan cara seperti itu? Ini bukan hanya penghinaan untuk Biantara, tetapi juga untuk Wira."Apa ada yang memberimu ide itu, makanya kamu berani melakukannya?" tanya Wira.Bhurek tidak bodoh. Dia jelas memahami maksud Wira. Dia tergelak, lalu menggeleng dan berkata, "Pantas saja, kamu belum membunuhku. Ternyata kamu ingin mengorek informasi dariku untuk menyulitkan Ciputra."Ciputra mencampakkannya. Bhurek tidak menaruh harapan apa pun padanya lagi. Itu sebabnya, dia tidak memanggil Ciputra sebagai rajanya lagi."Ternyata kamu jauh lebih cerdas dari yang kubayangkan." Wira terkekeh-kekeh. "Kamu benar, aku ingin memanfaatkan kematian Biantara untuk menjatuhkan Ciputra.""Kamu juga tahu para rakyat kurang menyukai Ciputra. Kali ini aku menyatakan perang. Meskipun perang nggak
Bhurek tergelak. Jika bukan demi keluarganya, mana mungkin dia bertahan sampai sekarang?Segera, Wira dan Doddy meninggalkan penjara. Setelah keluar, Wira menepuk bahu Doddy sambil berkata, "Kamu harus bisa menahan amarahmu. Suruh orang lain yang menyiksa Bhurek. Masa Jenderal Doddy yang terhormat melakukan pekerjaan seperti itu?""Biantara juga sudah tiada. Aku tahu kamu merasa sedih. Tapi, kesedihanku jelas melampaui kalian semua. Hanya saja, aku mengerti orang yang sudah mati nggak akan bisa hidup lagi. Kita nggak perlu repot-repot begini. Kita hanya perlu selalu mengingatnya dalam hati."Wira menaruh harapan besar pada Danu dan Doddy. Kedua bersaudara ini telah lama mengikutinya. Wira tentu tahu pengorbanan mereka. Itu sebabnya, dia membina mereka dengan baik.Doddy mengangguk, lalu menangkupkan tangannya dan berkata, "Tuan tenang saja. Setelah selesai mengurus masalah Bhurek, aku nggak akan menunda tugasku yang lain. Tapi, aku punya permintaan. Kalau suatu hari kita benar-benar be
Tidak ada yang berbicara. Semua orang menunggu Wira berbicara. Mereka tahu Wira adalah orang yang setia kawan. Wira mengumpulkan mereka di sini pasti karena melihat situasi di Dusun Darmadi.Wira berucap, "Aku tahu hubungan kalian semua dengan Biantara sangat baik. Kalian pasti merasa sedih karena kepergiannya. Aku juga merasakan hal yang sama dengan kalian.""Tapi, kita harus melanjutkan kehidupan kita. Aku harap kalian bisa berhenti bersedih dan hidup dengan baik. Semua masalah pasti akan berlalu."Semua orang mengangguk mendengarnya. Wira meneruskan, "Selama ada aku, Dusun Darmadi akan selalu ada. Kelak, aku juga nggak akan membiarkan para saudaraku terjebak dalam situasi yang begitu berbahaya. Aku janji."Orang-orang mengangguk mengiakan. Sesaat kemudian, kerumunan bubar dan menyingkirkan kain putih yang digantung di depan rumah.Wira, Wulan, dan lainnya pulang ke rumah mereka. Wira duduk di halaman memandang suasana di Dusun Darmadi yang terlihat normal kembali. Namun, suasana hat
Di istana Kerajaan Beluana. Setelah Wira meninggalkan Provinsi Yonggu, Ciputra kesulitan tidur. Dia terus bermimpi buruk.Musuhnya ada di depan mata dan terus mengawasinya setiap saat. Bagaimana dia harus melewati hari-harinya? Ciputra merasa ada sepasang mata yang terus memantaunya. Perasaan itu sungguh mengerikan. Sayangnya, dia tidak punya cara untuk mengatasinya sekarang."Pelayan, cepat panggilkan Harraz kemari!" perintah Ciputra kepada pelayan dan kasim yang berdiri di sampingnya.Sejam kemudian, Harraz baru tiba. "Yang Mulia, apa terjadi sesuatu? Kenapa memanggilku larut malam begini?" Harraz menatap Ciputra dengan bingung. Kini, masalah telah teratasi dan situasi berkembang ke arah yang baik. Harraz tidak mengerti masalah apa lagi yang dipikirkan oleh Ciputra."Kalian semua keluar. Aku mau bicara berdua dengan Tuan Harraz," instruksi Ciputra sambil menenangkan suasana hatinya.Setelah semua orang pergi, Harraz duduk di samping Ciputra dan bertanya lagi, "Yang Mulia, apa ada ma
"Mereka cuma rakyat jelata. Yang mulia, kamu nggak perlu merasa pusing untuk masalah seperti ini. Asalkan kita memperkuat pasukan dan selalu berwaspada dari Wira, kelak semuanya pasti akan baik-baik saja. Jangan cemas," sahut Harraz."Tapi, aku selalu merasa takut sekarang. Aku sendiri juga nggak mengerti kenapa aku merasa takut," gumam Ciputra. Kemudian, dia bertanya, "Beri aku ide. Gimana supaya aku bisa tidur nyenyak?"Setelah ragu-ragu sesaat, Harraz menimpali, "Gimana kalau kamu pergi ke kuil untuk beristirahat sementara waktu ini? Serahkan saja semua urusan di istana kepadaku. Setelah hatimu tenang, kamu baru kembali. Asalkan aku ada di sini, Kerajaan Beluana nggak akan kacau."Ciputra langsung mengangguk dan berkata, "Ide bagus! Suasana di kuil bisa membuat hati orang lebih tenang. Kamu memang cerdas. Hanya dalam waktu singkat, kamu langsung terpikir akan ide brilian ini."Ciputra juga ingin seperti Wira yang hidup santai tanpa mengurus masalah pemerintahan. Dia tahu Wira menyer
"Seharusnya bukan begitu." Luna menggeleng dan melanjutkan, "Aku punya mata-mata di istana Kerajaan Beluana. Kata mereka, Ciputra nggak bisa tidur dan terus marah-marah belakangan ini. Orang-orang di sekitar sampai nggak berani mendekatinya.""Intinya, Ciputra yang sekarang menjadi sangat berbeda. Semalam, Harraz memberinya sebuah ide. Harraz menyuruhnya tinggal di kuil untuk sementara waktu. Mungkin Ciputra ingin menenangkan dirinya?"Yang dikatakan Luna benar. Di berbagai tempat di Kerajaan Beluana, ada banyak mata-matanya. Hanya saja, mereka bukan dibina oleh Luna seorang diri, melainkan diatur oleh Biantara.Itu sebabnya, pekerjaan Luna menjadi jauh lebih mudah. Meskipun Biantara telah meninggal, dia tetap memberi bantuan besar untuk jaringan mata-mata."Rupanya begitu." Wira tersenyum sambil menggeleng, lalu menatap Osmaro dan berucap, "Menurutmu? Kalau ada momok di hati seseorang, apa orang itu bisa hidup dengan baik? Konyol sekali!"Osmaro tertawa dan menyahut, "Tuan benar! Momo
Osmaro tahu ini bukan hanya keputusan Doddy, tetapi juga keputusan Wira. Makanya, dia tidak berani terlalu ikut campur dalam hal ini dan hanya bisa mengamati dari samping.Wira berkata, "Aku mengerti maksudmu. Tapi, kalau membunuh Bhurek sekarang, keinginanku nggak bisa tercapai.""Aku cuma ingin mengorek beberapa rahasia tentang Kerajaan Beluana. Sebagai Jenderal Besar Kerajaan Beluana, dia pasti tahu beberapa hal yang nggak kita ketahui. Aku yakin jaringan mata-mata juga nggak bisa mendapat petunjuk tentang rahasia seperti itu."Jaringan mata-mata memang organisasi intelijen. Namun, rahasia besar kerajaan pasti ditutup rapat-rapat dan hanya diketahui oleh beberapa anggota inti.Sebelumnya, Wira tidak menaruh harapan lagi pada Bhurek. Dia tahu Bhurek bukan setia terhadap Ciputra, melainkan ingin melindungi keluarganya.Namun, kini yang memegang kekuasaan adalah Harraz. Kemungkinan besar, Bhurek akan kesulitan menerima hasil ini. Sementara itu, Wira bisa memprovokasi Bhurek dan mengore
"Apa yang sebenarnya ingin kamu katakan?" kata Bhurek dengan dingin. Dia akan terbatuk-batuk setiap kali berbicara, seolah-olah sudah berusaha dengan napas terakhirnya. Terlihat sangat kasihan.Wira melanjutkan, "Aku hanya ingin memberitahumu. Kamu melakukan semua ini untuk melindungi keluargamu, tapi malah jadi membantu orang naik pangkat. Apa kamu benar-benar yakin bisa melindungi keluargamu itu? Satu-satunya orang yang bisa kamu percaya sekarang ini adalah aku. Apa kamu lupa tentang Harraz?"Harraz adalah perdana menteri kanan Kerajaan Beluana yang dahulu, sekarang malah sudah menjadi salah satu pemimpin di kubu Wira dan juga orang kepercayaan Wira. Bhurek juga menyaksikan semua hal itu.Meskipun dahulu Harraz adalah orang dari Kerajaan Beluana, dia tetap bisa menjadi orang kepercayaan Wira dan memiliki posisi penting. Dia bahkan memiliki status yang kuat di Provinsi Lowala, semua ini karena belas kasihan Wira. Bisa mengikuti tuan seperti Wira, kehidupannya jauh lebih baik berkali-k