Setelah tiba di Gedung Asosiasi Puisi Naga, Harsa melihat adik iparnya itu duduk di kursi juri. Dia pun merasa sangat malu karena harus dinilai oleh Wira.Di sisi lain, Banyu langsung memucat. Dia menggumamkan puisi itu, lalu berkomentar, “Meskipun puisi ini cukup bagus, isinya penuh dengan kekecewaan dan ketidakpuasan. Itu masih nggak sesuai dengan te ....”“Rasa malu dari zaman dulu masih menghantuiku, kapan kebencian ini akan sirna? Aku ingin menunggangi kuda melintasi perbatasan musuh, memukul mundur musuh, dan mendapatkan kembali tanah yang hilang. Setelah meraih kemenangan, aku akan kembali untuk mengabdi kepada Raja!” Wira melafalkan lanjutan puisi itu dengan penuh semangat.Ini adalah puisi yang pernah Wira baca sebelumnya. Dia hanya mengubah beberapa konteks sesuai dengan situasi saat ini.Seluruh ruangan pun menjadi hening. Pada detik berikutnya, para sarjana provinsi menyerbu ke arah Wira. Mereka semua sudah tidak merasa malu untuk meminta bimbingan pada Wira meskipun dia ma
Wira juga tidak membuang-buang waktu lagi. Dia menghunuskan Pedang Treksha, lalu memberikannya kepada Danu agar Danu bisa langsung menunjukkannya.Danu menebas dua kali, lalu golok prajurit itu langsung terbelah dua dan 60 lapis baju zirah beserta mejanya juga terbelah.Setelah menyaksikan adegan ini, semua orang langsung tercengang.Wira mengambil kembali Pedang Treksha itu, lalu menunjukkan bilah pedang yang masih mulus. Kemudian, Danu memungut golok dan baju zirah yang terbelah untuk menunjukkan belahan yang rapi.“Pedang itu mampu menembus 60 lapis baju zirah? Hebat sekali! Pedang itu bahkan bisa dijuluki sebagai senjata ajaib!”Sebagian besar orang yang hadir adalah sastrawan. Mereka pada dasarnya tidak tertarik pada pedang. Namun, saat ini, mereka juga terpukau.Di sisi lain, gadis berpakaian ungu dan Chandika tidak bisa memalingkan pandangan mereka dari Pedang Treksha, seolah-olah jiwa mereka sudah direbut Pedang Treksha tersebut.Harsa juga sangat tercengang karena tidak tahu d
Beberapa sarjana provinsi yang berasal dari keluarga besar juga menyatakan ketertarikan mereka. Baik dijadikan warisan keluarga ataupun hadiah, pedang setajam ini sangatlah bernilai. Bahkan Banyu yang sangat membenci Wira juga memberi isyarat pada seorang sarjana provinsi untuk maju dan menunjukkan minatnya. Dalam sekejap, orang yang ingin membeli Pedang Treksha sudah melebihi 10 orang.“Terima kasih atas minatnya. Tapi, orang yang tertarik pada pedang ini sangat banyak, sedangkan jumlah pedang sangat terbatas. Aku hanya bisa menjualnya kepada penawar tertinggi!” Wira sangat puas melihat reaksi orang-orang. Ternyata menjual pedang memang harus di tempat yang tepat.Ada seorang sarjana provinsi yang terlebih dahulu bersuara, “Seratus juta gabak!”Di pasaran, pedang biasa tidak bernilai. Namun, harga pedang yang istimewa bisa mencapai satu juta dan bahkan sepuluh juta gabak. Senjata ajaib ini paling tidak bernilai 10 kali lipat dari tinggi dari pedang-pedang itu.“Seratus lima puluh jut
Wira pun merasa lucu. Ternyata Putro sedang membantunya untuk menaikkan harga dan berhasil menaikkan harga pedang Treksha hingga 400 juta.Setelah dua bilah pedang terjual, semua orang melirik sebilah Pedang Treksha yang tersisa di punggung Danu. Bahkan Chandika dan Farrel yang sudah mendapatkan pedang itu juga tidak terkecuali. Keluarga bangsawan, keluarga terhormat, dan keluarga pejabat kaya memiliki sangat banyak uang, tetapi tidak memiliki banyak pusaka keluarga.Berhubung sudah mengalah dua kali, ada banyak sarjana provinsi yang tidak sungkan lagi dan berusaha keras untuk mendapatkan pedang terakhir. Harga pedang ketiga pun meningkat pesat. Pada akhirnya, Farrel yang mendapatkannya dengan harga 1,5 miliar.Total penjualan tiga bilah Pedang Treksha adalah 3,7 miliar.Farrel yang berhasil mendapatkan dua bilah Pedang Treksha merasa sangat bangga, sedangkan Chandika yang hanya berhasil mendapatkan sebilah pedang merasa agak sedih. Di sisi lain, orang-orang lain yang tidak mendapatkan
Chandika yang tadinya masih merasa senang karena berhasil mendapatkan Pedang Treksha langsung memucat dan tanpa sadar melangkah mundur.Sinardi juga tersandung dan menabrak meja kopi di samping sebelum mendapatkan kembali keseimbangannya.Ekspresi Putro, Iswanto, Gading, dan Kuswanto langsung menjadi suram. Sementara itu, para sarjana provinsi langsung ketakutan.“Akhirnya benar-benar terjadi juga.” Ekspresi Farrel juga menjadi serius. Di sisi lain, gadis berpakaian ungu mengerutkan keningnya.“Bangsa Agrel sudah menyerang!”Pada detik berikutnya, rakyat jelata yang sedang berjualan di luar Gedung Asosiasi Puisi Naga buru-buru menyimpan barang dagangan mereka dan melarikan diri. Situasinya pun menjadi sangat kacau.“Kampret!” maki Wira. Dia sudah menyelesaikan masalah garam dan menghasilkan tiga miliaran gabak. Seharusnya, dia sudah bisa pulang ke rumah untuk melewati hidup yang baik. Tak disangka, bangsa Agrel yang kejam malah datang menyerang. Memangnya dia tidak bisa diizinkan melew
Dalam sekejap, yang tertinggal di Gedung Asosiasi Puisi Naga hanya Wira, Putro, Farrel, Harsa, Dian, Danu, dan gadis berpakaian ungu.Wira bertanya, “Kak Putro, dari informasi yang kamu dapatkan, menurutmu apa Nuala mampu menghadapi serangan bangsa Agrel kali ini?”Chandika adalah komandan tertinggi di Perbatasan Loko. Begitu mendengar Nuala diserang, dia langsung menjadi begitu panik. Hal ini membuat Wira sangat khawatir.Putro menjawab dengan serius, “Dari segi cuaca dan wilayah, Nuala punya keunggulan karena musim dingin sudah akan tiba dan ada benteng pertahanan di Perbatasan Loko. Sekarang, Nuala hanya membutuhkan panglima yang kompeten. Dengan begitu, mengalahkan musuh bukanlah hal yang sulit.”Wira berdesah, “Panglima yang kompeten.”Farrel mengibaskan kipasnya sambil turun dari panggung dan berkata, “Kita punya panglima perang yang baik kok. Semuanya hanya tergantung kerajaan mau mengutusnya atau nggak.”“Siapa?” Wira bertanya dengan heran. Situasi saat ini sangat berbahaya, ap
Di kejauhan, seorang pemimpin pasukan bangsa Agrel yang bersenjatakan pedang berteriak, “Kalian itu bekas penduduk Nuala. Asalkan kalian berhasil mencapai puncak tembok kota, Raja kami akan mengakui kalian sebagai bangsa Agrel, lalu memberikan kalian wilayah dan wanita.”Begitu mendengar ucapan itu, para prajurit yang sedang menyerang kota langsung bersemangat dan lanjut menyerang dengan garang.Di atas tembok kota, Raditya Luandi, wakil komandan militer Perbatasan Loko melihat pemandangan ini dengan ekspresi sedih.Para prajurit yang sedang menyerang tembok kota bukanlah orang dari bangsa Agrel, melainkan penduduk Provinsi Cindera. Sayangnya, sejak Provinsi Cindera jatuh ke tangan bangsa Agrel, mereka pun menjadi alat perang bangsa Agrel dan menyerang Nuala.Prajurit bangsa Agrel yang sebenarnya sedang berkemah di kejauhan. Mereka sama sekali tidak turun tangan sendiri. Bahkan Raja Tanuwi yang garang itu juga tidak terlihat sosoknya.Namun, hanya prajurit yang sedang menyerang ini jug
Dimas berkata, “Pak Kemal, apa maksudmu? Pak Ardi ingin berdamai juga demi Nuala. Kalau kamu mau berperang, boleh saja. Carilah seorang panglima utama yang bisa mengalahkan Raja Tanuwi. Kalau ketemu, aku akan segera menyetujuinya!”Raja Bakir merenung sejenak, lalu bersuara, “Apa yang dibilang Pak Dimas benar. Kalau benar-benar mau perang, kita harus menemukan panglima utama yang bisa mengalahkan Raja Tanuwi. Kalau hanya mengandalkan Chandika dan Raditya, aku rasa kita hanya bisa terus bertahan.”“Memangnya Raja Tanuwi begitu sulit dikalahkan? Apa Yang Mulia sudah lupa? Ada orang yang sudah kita siapkan di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu untuk melawan bangsa Agrel.”Suhendra dan Tirta Gumilang, menteri ritus berkata secara bersamaan, “Yang Mulia, utuslah Yudha untuk mengalahkan Raja Tanuwi agar Nuala bisa kembali berjaya!”Yudha Wutari adalah putra Dirga, dan merupakan panglima muda Pasukan Zirah Hitam. Saat berumur 13 tahun, dia sudah mengikuti Dirga untuk terjun ke dunia militer. Dia
"Selain itu, pemikiran Raja Ararya dan Raja Kresna juga nggak sama denganmu. Kenapa Ratu masih membiarkan mereka pergi? Sekarang hanya ada mereka bertiga saja, kita bisa langsung menyingkirkan mereka," kata kepala kasim itu.Berhubung karena tidak ada asisten yang bisa diandalkan Senia lagi, kepala kasim pun naik jabatan. Sekarang, dia selalu berada di sisi Senia kapan pun. Namun, ide-ide yang diberikannya semuanya adalah ide buruk karena dia hanya seorang kasim biasa yang tidak memiliki pandangan jauh ke depan. Untungnya, dia pandai berbicara, sehingga dia lebih disukai dan bisa tetap berada di sisi Senia.Senia berkata, "Kamu pikir aku nggak ingin menyingkirkan mereka? Sejak aku naik takhta, mereka selalu menjadi masalah besar bagiku. Aku sudah lama ingin menyingkirkan mereka. Tapi, mereka punya kekuasaan militer dan sekarang juga adalah saat yang penting untuk merekrut orang. Kalau terjadi pemberontakan internal, situasinya akan makin nggak terkendali dan itu nggak menguntungkanku."
Senia berkata dengan nada yang tetap tegas, "Sudahlah, aku ini juga nggak makan manusia. Aku hanya ingin melihat, apa aku bisa memberikan jabatan yang bagus untuk putramu ini. Perang akan terjadi sebentar lagi. Setelah Dahlan kembali nanti, dia akan membawa kabar dari Kerajaan Beluana. Kalau Kerajaan Beluana bersedia kerja sama dengan kita, kita bisa langsung berperang dengan Wira.""Pada saat itu, nggak peduli seberapa hebat pun Wira, dia nggak akan bisa menghadapi kerja sama kedua kerajaan ini."Setelah mengatakan itu, Senia kembali duduk di takhta dan menuangkan teh untuk dirinya sendiri dengan tatapan yang sangat tajam.Ararya dan Kresna saling memandang dengan ekspresi terkejut. Pantas saja mereka tidak melihat Dahlan setelah mereka kembali ke istana, ternyata dia sudah menuju ke Kerajaan Beluana. Senia jelas berencana untuk bekerja sama dengan Kerajaan Beluana dalam melawan Wira.Sayangnya, Wira memiliki hubungan yang baik dengan Kerajaan Nuala juga, bahkan bersahabat dengan berb
"Sebelum kalian berangkat, aku sudah bisa menebak hasilnya akan seperti ini. Kalau Wira bisa disingkirkan dengan begitu mudah, saat itu aku juga nggak perlu begitu repot-repot dan akhirnya sia-sia begitu saja. Mungkin langit nggak ingin Wira mati di tangan orang lain," gumam Senia.Senia tiba-tiba berdiri setelah mengatakan itu dan mendekati Kresna, Ararya, dan Dwipangga. Dia menatap mereka dengan tatapan yang sangat dingin, bahkan Ararya dan Kresna pun merinding.Sementara itu, Dwipangga yang selalu berdiri di samping juga terus menatap Senia dengan tatapan yang penuh dengan niat membunuh. Semua hal ini dimulai dari wanita di depannya ini. Jika tidak, mereka juga tidak akan berakhir begitu menyedihkan. Selama dia bisa membunuh wanita di depannya ini, semua masalah akan selesai.Ararya secara refleks menoleh dan menatap Dwipangga. Ayah dan anak ini memiliki ikatan yang sangat kuat dan saling memahami pemikiran masing-masing. Hanya dengan melihat tatapan Dwipangga, dia sudah tahu apa ya
"Selain itu, ini sudah termasuk hasil yang cukup bagus. Wira bukan orang biasa, mana mungkin kita bisa membunuhnya dengan mudah. Saat itu Ratu juga sudah berkali-kali mencoba membunuh Wira, tapi pada akhirnya Wira tetap berhasil melarikan diri. Dia bahkan rugi sendiri. Dia sendiri juga nggak bisa menyelesaikan tugas ini, mana mungkin kita bisa menyelesaikannya," kata Kresna.Kresna sudah berhubungan dengan Senia jauh lebih lama daripada Ararya. Selain itu, Ararya juga biasanya tidak peduli dengan urusan pemerintahan. Dibandingkan dengan Ararya, dia tentu saja jauh lebih memahami Senia.Ararya perlahan-lahan berkata, "Benar. Kalau memang itu sudah takdirnya, kita juga nggak bisa menghindar. Selama kita bisa menghindari masalah hari ini, kelak nggak akan ada begitu banyak masalah lagi.""Kita hanya perlu menunggu saatnya bertemu dengan Tuan Wira dengan sabar saja, lalu merencanakan strategi yang sempurna dan mengatasi semua ini. Setelah itu, kita bisa meninggalkan wilayah tandus di utara
Semua orang itu memahami kepribadian Wira, makanya mereka bersedia berada di sisi Wira dan melayaninya. Meskipun Wira adalah pemimpin yang menyerahkan semua tanggung jawab pada mereka, mereka juga tidak pernah mengeluh. Mereka hanya ingin melakukan tugas mereka dengan baik untuk membantu meringankan beban Wira dan menjaga kestabilan sembilan provinsi.Kresna berkata dengan tegas, "Nggak perlu. Kalau kamu adalah Senia, aku tentu saja akan curiga dia ingin menggunakan Gina untuk mengancamku. Senia memang bisa melakukan hal seperti itu. Tapi, sekarang orang yang ada di depanku adalah kamu, aku tahu sikap dan juga kepribadianmu. Lagi pula, Gina nggak aman di sisiku karena semua orang mengira dia sudah mati.""Kalau dia muncul di hadapan mereka lagi, mungkin itu akan membawa masalah yang nggak perlu bagi Gina. Aku takut bukan hanya nggak membantunya kalau sudah seperti itu, malahan akan membahayakannya ...."Selama tahu Gina masih hidup, itu saja sudah cukup bagi Kresna. Soal kapan mereka a
Wira berkata, "Baiklah. Kalau kalian berdua tulus ingin bergabung denganku dan bertobat, aku akan melupakan semua hal yang terjadi sebelumnya. Aku akan mengatur langkah selanjutnya. Kalau ingin bersandiwara, kita harus berakting dengan sungguh-sungguh agar kalian juga bisa menjelaskannya saat kembali nanti.""Aku akan bersiap-siap dulu, lalu pergi ke utara untuk bertemu dengan kalian dan melawan Senia bersama-sama."Setelah mengatakan itu, Wira tersenyum yang menunjukkan kerja sama mereka sudah tercapai. Jika bisa mengalahkan Senia tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga, ini juga termasuk hal luar biasa dan dunia ini juga bisa damai untuk sementara waktu. Ini adalah hasil yang selalu diharapkannya. Pada saat itu, dia tidak perlu mengkhawatirkan nasib para rakyat di sembilan provinsi lagi."Terima kasih banyak, Tuan Wira," kata Kresna dan Ararya sambil memberi hormat setelah saling memandang. Mendapatkan pemimpin yang bijaksana adalah sebuah anugerah besar.Setelah semua sudah selesai d
Kresna pun menghela napas panjang. "Tuan Wira, kamu pasti masih ingat dengan peristiwa yang terjadi di Provinsi Yonggu saat itu, 'kan? Sebenarnya aku juga nggak berniat melakukannya, tapi Senia sudah menyandera seluruh keluargaku. Meskipun enggan, aku juga terpaksa harus melakukannya. Kalau nggak, seluruh keluargaku akan mati dan akhirnya memilih untuk nggak kerja sama denganmu."Setelah mengatakan itu, Kresna menundukkan kepala dan terdiam cukup lama. Saat di Provinsi Yonggu, dia sudah kehilangan salah satu orang kepercayaannya yang paling andal dan sekaligus kekasihnya yaitu Gina. Saat itu, Wira sudah memberinya jalan, tetapi dia tidak memilihnya. Oleh karena itu, sekarang menyesal pun sudah tidak ada gunanya.Ararya yang berada di samping juga segera menambahkan, "Tuan Wira, kami juga punya beberapa kartu truf di tangan kami. Selama bertahun-tahun ini, kami terus merekrut pasukan. Kalau nggak dalam situasi mendesak, kami juga nggak ingin memberontak. Nggak ada orang yang ingin menya
Di dalam penginapan.Karena penginapan ini terletak di tempat yang terpencil, biasanya tidak banyak tamu yang datang ke sana. Hari ini juga hanya Wira dan rombongannya yang menginap di sana.Setelah sempat keluar, pemilik penginapan yang tidak menyangka Wira dan rombongannya akan kembali lagi terlihat sangat senang dan segera menyiapkan hidangan terbaik lagi. Bagaimanapun juga, mereka sangat murah hati. Hanya menginap satu hari saja, pemilik penginapan sudah menerima penghasilan yang cukup banyak."Kalau semua makanannya sudah dihidangkan, kamu pergi dulu saja. Nggak ada kabar dari kami, kalian jangan masuk ke sini lagi," kata Wira sambil mengeluarkan seratus ribu gabak dan melemparkannya pada pemilik penginapan itu.Mata pemilik penginapan itu langsung bersinar, lalu segera menganggukkan kepala dan pergi dari sana. Penginapan yang begitu luas itu hanya tersisa Wira dan yang lainnya.Wira tidak bernafsu makan karena baru saja selesai makan, bahkan tidak ingin minum. Dia menatap Ararya
Ekspresi Lucy yang selalu berdiri di belakang Wira juga menjadi dingin."Tuan Wira, kami sama sekali nggak punya niat buruk. Kedatangan kami kali ini hanya untuk membahas sesuatu denganmu. Sejujurnya, kami berdua juga terpaksa bertemu dengan Tuan Wira dengan cara seperti ini," kata Kresna.Ararya dan Kresna segera turun dari kuda mereka dan memerintah pasukan di belakang mereka untuk berhenti, lalu mendekati Wira. Dwipangga juga segera mengikut di belakang mereka."Ada urusan apa kalian mencariku?" tanya Wira. Selama ini, hubungannya dengan kedua orang di depannya ini tidak begitu dekat, meskipun sebelumnya mereka sempat berinteraksi. Namun, sejak hubungannya dengan Senia makin memburuk, hubungan mereka juga makin merenggang.Lagi pula, orang yang berbeda suku pasti memiliki pemikiran yang berbeda. Apalagi kedua raja di depannya ini juga berasal dari wilayah tandus di utara, Wira tentu saja tidak memiliki kesan baik terhadap mereka."Nggak perlu berpura-pura di depan kami. Kamu sudah l