Lucy duduk di salah satu sudut dengan wajah pucat dan ada beberapa wanita yang berdiri di belakangnya. Para wanita itu adalah pengawal pribadinya dan ahli yang telah dilatihnya selama bertahun-tahun. Dia adalah seorang wanita, tentu saja nyaman jika ada beberapa wanita yang mengikutinya.Sementara itu, orang yang berdiri di depannya adalah Jonathan dan Klause. Meskipun jaringan mata-mata terbagi menjadi delapan tim, hanya anggota dari tim langit dan tim bumi adalah anggota inti. Jonathan adalah kapten tim bumi, sedangkan Klause berasal dari tim angin. Keduanya pernah menjadi orang kepercayaan Biantara dan orang berbakat yang sangat dihargai Biantara.Selain itu, kedua orang itu juga pernah bertemu dengan Wira. Saat berada di pinggiran hutan di wilayah suku utara, Jonathan yang memimpin jalannya. Oleh karena itu, Jonathan cukup familier dengannya.Jonathan berkata dengan marah, "Lucy, tugas tim langit dan tim bumi hampir sama. Semua orang juga tahu kedua tim ini nggak punya perbedaan ya
"Baiklah, ayo kita pergi!" Setelah merespons, Jonathan bersiap untuk memimpin rombongannya pergi.Uhuk uhuk.Saat semua orang baru saja berbalik, terdengar suara yang familier dan mereka semua pun melihat ke arah suara itu. Dalam sekejap, mereka semua tercengang, lalu langsung memberi hormat dan berkata secara serentak, "Tuan!"Bahkan Lucy pun berdiri dan tidak duduk di tempatnya lagi.Wira pun melambaikan tangan pada semua orang dan memasuki kuil itu. Setelah berdiri di depan semua orang, dia tersenyum dan berkata, "Tadi aku sudah dengar apa yang kalian bicarakan, tapi aku nggak menyalahkan kalian. Aku juga sudah memperkirakan perasaan kalian."Setelah mengatakan itu, Wira menatap Lucy. "Setelah semalam bertemu denganmu, aku tahu situasinya akan seperti ini. Kalian semua adalah orang yang memiliki kebanggaan tersendiri dan juga kemampuan untuk menanggungnya. Tapi, justru karena inilah, kalian nggak akan tunduk pada siapa pun. Jadi, bagaimana mungkin akan ada orang yang bisa menggantik
Wira berkata, "Kalau ingin menjadi penerus Biantara, kalian tentu harus punya kemampuan. Begini saja, kebetulan aku punya tugas untuk kalian. Anggap ini ujian untuk kalian. Siapa pun yang bisa melacak lokasi Ahmad dalam 3 hari akan menjadi penerus Biantara. Gimana?"Semua orang bertatapan sesaat, lalu mengangguk. Pengaturan seperti ini termasuk adil.Wira tersenyum puas dan berujar, "Karena kalian semua setuju, kita jalankan sesuai rencanaku. Aku nggak akan ingkar janji. Semua tergantung pada kemampuan kalian. Setelah hasilnya keluar, kuharap kalian bisa mendengar instruksi orang yang terpilih. Kalau nggak, jangan salahkan aku bertindak lancang."Orang-orang mengangguk mengiakan. Setelah mengatur semuanya, Wira berpamitan dan pergi ke Kota Besira.Sementara itu, orang lainnya juga mulai bergerak. Tugas semacam ini sangat sulit bagi orang biasa. Bagaimana mungkin mereka bisa menemukan seseorang di dunia yang begitu luas?Namun, orang-orang ini adalah bawahan elite Biantara. Bawahan mere
Wira belum sempat menikmati pemandangan di Provinsi Yonggu, tetapi sudah mau pergi? Setelah Wira dan lainnya pergi, Danu akan sendirian ....Danu tidak peduli pada gaji ataupun reputasi. Dia lebih mementingkan persahabatannya. Jika bukan karena Wira begitu memercayainya, mana mungkin dia bersedia tinggal di tempat ini? Lebih baik dia pulang ke Dusun Darmadi dan bersenang-senang.Wira mengangguk sambil berkata, "Ya, aku masih punya urusan lain. Jangan lupa, aku bukan cuma ingin membalaskan dendam Biantara, tapi juga memberimu keadilan. Bhurek sudah ditangkap, tapi biang keroknya masih berkeliaran di luar sana."Danu segera memahaminya. Dia bertanya, "Maksudmu Ahmad?""Benar." Ekspresi Wira langsung menjadi dingin membahas tentang Ahmad. Dia meneruskan, "Yang menyerangmu waktu itu adalah Ahmad. Pria ini sangat kejam dan ambisius.""Kita sudah membunuh majikannya, juga sudah menghancurkan jalan mundurnya. Dia pasti sangat terdesak sekarang. Kalau nggak segera ditemukan, dia bisa menjadi b
"Takutnya akan terjadi banyak hal di luar dugaan kalau masuk secara gegabah. Bukan cuma para bawahan yang bakal mati, tapi musuh juga akan menjadi waspada.""Ahmad ini seperti ular beracun yang sembunyi di kegelapan. Begitu menyadari keanehan, dia pasti akan langsung kabur. Kemudian, kita harus mencarinya lagi," jelas Lucy yang terdengar sangat percaya diri.Faktanya, Lucy bisa menemukan Ahmad tidak peduli dia bersembunyi di mana. Yang merepotkan adalah Ahmad menguasai banyak metode licik.Wira berpikir sejenak, lalu membalas, "Kalau begitu, aku bakal ikut dengan kalian. Aku ingin lihat, seperti apa tempat tinggal Ahmad."Tentunya, Wira juga memiliki tujuan lain. Ahmad menguasai ilmu sihir dan racun. Orang-orang di sekitarnya pasti sama dengannya. Jika bisa direkrut, orang-orang itu akan berguna untuk Wira.Namun, jika orang-orang itu sama busuknya dengan Ahmad yang mengganggu ketentraman dunia, Wira akan menghabisi mereka semua agar tidak terjadi masalah di kemudian hari."Tuan, statu
Lucy tidak mengatakan apa pun. Dia lebih memilih untuk diam.Wira berkata, "Kalau begitu, kamu sudah boleh pulang. Titip salam untuk yang lainnya. Beri tahu mereka, aku ada urusan, jadi nggak bisa pulang untuk sementara waktu. Suruh mereka istirahat di rumah dulu. Jangan ada yang berkeliaran."Kemudian, Wira mengelus kepala Thalia seperti sedang membujuk anak kecil. Wajah Thalia sontak memerah. Tidak masalah kalau bermesra-mesraan di kamar, tetapi mereka sedang di depan publik. Wira malah memperlakukannya seperti anak kecil. Memalukan sekali!"Nggak boleh! Aku mau ikut denganmu! Kamu selalu bertemu bahaya setiap kali keluar! Aku bisa membantumu kalau ikut! Aku nggak peduli kamu setuju atau nggak! Pokoknya aku harus ikut!" seru Thalia."Kali ini nggak boleh. Pulang sana atau aku bakal marah," timpal Wira. Ketika melihat Wira seperti serius dengan ucapannya, Thalia tidak berani membantah lagi dan hanya bisa pulang. Segera, Wira dan Lucy pun berangkat.Di perjalanan, Jonathan dan Klause
Untuk sekarang, mereka ingin memastikan situasi di dalam dulu.Sesaat kemudian, tidak terdengar suara apa pun dari dalam. Ekspresi Wira mulai berubah."Apa mungkin ... terjadi sesuatu pada mereka di dalam sana? Aku harus masuk untuk melihat," ujar Wira.Ketika melihat Wira bangkit dan hendak berjalan masuk, semua orang sontak terkesiap. Wira punya status tinggi dan merupakan majikan mereka. Kalaupun harus ada yang masuk untuk memeriksa situasi, orang itu jelas bukan Wira.Sekarang, Wira malah mengambil inisiatif untuk mempertaruhkan nyawanya. Lelucon macam apa ini?Jonathan dan Klause segera maju untuk menghalangi jalan Wira. Mereka menasihati, "Tuan, kamu punya status tinggi. Kamu nggak boleh mengambil risiko seperti ini.""Tuan, biar aku mengatur bawahan lain untuk masuk. Kita suruh mereka periksa situasi di dalam."Wira melambaikan tangan sambil berucap, "Dua orang sebelumnya masih belum berkabar sampai sekarang. Cuma aku kandidat terbaik. Kalian tenang saja, aku membawa barang heba
Lucy menghela napas dan menyahut, "Entahlah, kita cuma bisa mengamati situasi untuk sekarang. Kalau tahu hasilnya akan seperti ini, lebih baik aku nggak memberi tahu Tuan tentang lokasi Ahmad."Lucy mulai merasa menyesal. Sayangnya, waktu tidak bisa diputar kembali.Pada saat yang sama, Wira telah memasuki hutan. Jarak pandang di sini sangat rendah karena ada banyak kabut beracun!Ini pertama kalinya Wira datang ke tempat berbahaya seperti ini. Ekspresinya tampak masam. Dia mencoba memanggil, "Halo, apa ada orang di sini? Apa ada yang bisa mendengar suaraku?"Alhasil, tidak ada respons apa pun. Jelas sekali, dua orang yang masuk sebelumnya telah kehilangan kesadaran.Wira hanya bisa mencoba berjalan maju. Dia terus menghitung waktu karena khasiat obatnya hanya bisa bertahan selama sejam. Setelah itu, dia tidak akan kebal terhadap racun lagi dan berada dalam bahaya.Begitu memikirkan ini, Wira mempercepat langkah kakinya dan mulai mencari di sekitar."Sialan!" Wira telah mencari ke mana