Wira belum sempat menikmati pemandangan di Provinsi Yonggu, tetapi sudah mau pergi? Setelah Wira dan lainnya pergi, Danu akan sendirian ....Danu tidak peduli pada gaji ataupun reputasi. Dia lebih mementingkan persahabatannya. Jika bukan karena Wira begitu memercayainya, mana mungkin dia bersedia tinggal di tempat ini? Lebih baik dia pulang ke Dusun Darmadi dan bersenang-senang.Wira mengangguk sambil berkata, "Ya, aku masih punya urusan lain. Jangan lupa, aku bukan cuma ingin membalaskan dendam Biantara, tapi juga memberimu keadilan. Bhurek sudah ditangkap, tapi biang keroknya masih berkeliaran di luar sana."Danu segera memahaminya. Dia bertanya, "Maksudmu Ahmad?""Benar." Ekspresi Wira langsung menjadi dingin membahas tentang Ahmad. Dia meneruskan, "Yang menyerangmu waktu itu adalah Ahmad. Pria ini sangat kejam dan ambisius.""Kita sudah membunuh majikannya, juga sudah menghancurkan jalan mundurnya. Dia pasti sangat terdesak sekarang. Kalau nggak segera ditemukan, dia bisa menjadi b
"Takutnya akan terjadi banyak hal di luar dugaan kalau masuk secara gegabah. Bukan cuma para bawahan yang bakal mati, tapi musuh juga akan menjadi waspada.""Ahmad ini seperti ular beracun yang sembunyi di kegelapan. Begitu menyadari keanehan, dia pasti akan langsung kabur. Kemudian, kita harus mencarinya lagi," jelas Lucy yang terdengar sangat percaya diri.Faktanya, Lucy bisa menemukan Ahmad tidak peduli dia bersembunyi di mana. Yang merepotkan adalah Ahmad menguasai banyak metode licik.Wira berpikir sejenak, lalu membalas, "Kalau begitu, aku bakal ikut dengan kalian. Aku ingin lihat, seperti apa tempat tinggal Ahmad."Tentunya, Wira juga memiliki tujuan lain. Ahmad menguasai ilmu sihir dan racun. Orang-orang di sekitarnya pasti sama dengannya. Jika bisa direkrut, orang-orang itu akan berguna untuk Wira.Namun, jika orang-orang itu sama busuknya dengan Ahmad yang mengganggu ketentraman dunia, Wira akan menghabisi mereka semua agar tidak terjadi masalah di kemudian hari."Tuan, statu
Lucy tidak mengatakan apa pun. Dia lebih memilih untuk diam.Wira berkata, "Kalau begitu, kamu sudah boleh pulang. Titip salam untuk yang lainnya. Beri tahu mereka, aku ada urusan, jadi nggak bisa pulang untuk sementara waktu. Suruh mereka istirahat di rumah dulu. Jangan ada yang berkeliaran."Kemudian, Wira mengelus kepala Thalia seperti sedang membujuk anak kecil. Wajah Thalia sontak memerah. Tidak masalah kalau bermesra-mesraan di kamar, tetapi mereka sedang di depan publik. Wira malah memperlakukannya seperti anak kecil. Memalukan sekali!"Nggak boleh! Aku mau ikut denganmu! Kamu selalu bertemu bahaya setiap kali keluar! Aku bisa membantumu kalau ikut! Aku nggak peduli kamu setuju atau nggak! Pokoknya aku harus ikut!" seru Thalia."Kali ini nggak boleh. Pulang sana atau aku bakal marah," timpal Wira. Ketika melihat Wira seperti serius dengan ucapannya, Thalia tidak berani membantah lagi dan hanya bisa pulang. Segera, Wira dan Lucy pun berangkat.Di perjalanan, Jonathan dan Klause
Untuk sekarang, mereka ingin memastikan situasi di dalam dulu.Sesaat kemudian, tidak terdengar suara apa pun dari dalam. Ekspresi Wira mulai berubah."Apa mungkin ... terjadi sesuatu pada mereka di dalam sana? Aku harus masuk untuk melihat," ujar Wira.Ketika melihat Wira bangkit dan hendak berjalan masuk, semua orang sontak terkesiap. Wira punya status tinggi dan merupakan majikan mereka. Kalaupun harus ada yang masuk untuk memeriksa situasi, orang itu jelas bukan Wira.Sekarang, Wira malah mengambil inisiatif untuk mempertaruhkan nyawanya. Lelucon macam apa ini?Jonathan dan Klause segera maju untuk menghalangi jalan Wira. Mereka menasihati, "Tuan, kamu punya status tinggi. Kamu nggak boleh mengambil risiko seperti ini.""Tuan, biar aku mengatur bawahan lain untuk masuk. Kita suruh mereka periksa situasi di dalam."Wira melambaikan tangan sambil berucap, "Dua orang sebelumnya masih belum berkabar sampai sekarang. Cuma aku kandidat terbaik. Kalian tenang saja, aku membawa barang heba
Lucy menghela napas dan menyahut, "Entahlah, kita cuma bisa mengamati situasi untuk sekarang. Kalau tahu hasilnya akan seperti ini, lebih baik aku nggak memberi tahu Tuan tentang lokasi Ahmad."Lucy mulai merasa menyesal. Sayangnya, waktu tidak bisa diputar kembali.Pada saat yang sama, Wira telah memasuki hutan. Jarak pandang di sini sangat rendah karena ada banyak kabut beracun!Ini pertama kalinya Wira datang ke tempat berbahaya seperti ini. Ekspresinya tampak masam. Dia mencoba memanggil, "Halo, apa ada orang di sini? Apa ada yang bisa mendengar suaraku?"Alhasil, tidak ada respons apa pun. Jelas sekali, dua orang yang masuk sebelumnya telah kehilangan kesadaran.Wira hanya bisa mencoba berjalan maju. Dia terus menghitung waktu karena khasiat obatnya hanya bisa bertahan selama sejam. Setelah itu, dia tidak akan kebal terhadap racun lagi dan berada dalam bahaya.Begitu memikirkan ini, Wira mempercepat langkah kakinya dan mulai mencari di sekitar."Sialan!" Wira telah mencari ke mana
"Oke. Karena kalian semua telah bertekad, kita masuk bersama!" ucap Jonathan sambil menggertakkan gigi.Ketika mereka hendak masuk, Lucy tiba-tiba menghalangi mereka. Klause bertanya dengan jengkel, "Apa maksudmu? Kalau kamu takut mati, tunggu saja di sini.""Mereka akan mengikutiku masuk. Kami pasti bisa menemukan Tuan Wira dan membawanya keluar dalam keadaan selamat. Kamu tunggu saja di sini!""Heh." Lucy terkekeh-kekeh sinis, lalu membalas, "Aku memang cuma wanita, tapi aku nggak takut mati seperti yang kalian kira.""Kalian terlalu meremehkanku. Tapi, kalian harus memikirkan situasi keseluruhan. Kalau Tuan Wira baik-baik saja dan kita semua mati di sini, gimana Tuan Wira akan memberi penjelasan? Gimana dengan tugas selanjutnya?"Jonathan dan Klause bertatapan tanpa berbicara. Yang dikatakan Lucy tidak salah. Ternyata Lucy memang bijaksana.Klause bertanya, "Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan sekarang? Menunggu saja?"Klause merasa sangat dilema. Mereka hanya punya dua piliha
Mata Wira tampak berbinar-binar. Dengan mengandalkan usahanya, dia berhasil meninggalkan hutan berbahaya itu.Namun, obatnya hanya tersisa 5 butir. Dengan kata lain, dia hanya bisa berada di tempat ini selama 4 jam. Jika terlambat, dia mungkin akan mati.Wira mengamati situasi di depan. Tempat ini terlihat sangat indah. Ada banyak ladang di sekitar. Di depannya adalah sebuah jalan kecil.Setelah mengamati dengan saksama, Wira memutuskan sebuah rute. Dia bergumam, "Sepertinya hanya bisa lewat jalan ini."Segera, Wira menyusuri jalan kecil itu. Entah berapa lama kemudian, terlihat sebuah desa kecil di depan. Begitu mendekat, Wira langsung mendengar gonggongan anjing.Kemudian, beberapa ekor anjing sontak menyerbu ke arahnya. Wira bahkan tidak sempat melihat dengan jelas dari mana anjing-anjing ini berasal.Wira buru-buru mengambil kerikil dan melemparkannya ke perut salah satu anjing itu. Anjing itu menggonggong sesaat, tetapi tidak berani mendekat lagi. Sementara itu, anjing lainnya ber
Anak laki-laki itu melipat lengannya di depan dada dan berkata, "Sekeliling desa ini adalah hutan. Cuma penduduk desa kami yang bisa melewati hutan itu. Kalau orang luar yang masuk, mereka akan langsung mati!""Aku nggak tahu gimana kamu bisa sampai di sini. Tapi, dari pakaianmu, kamu jelas bukan penduduk desa biasa, apalagi cuma datang untuk menebang pohon! Jangan harap kamu bisa menipuku!"Ternyata anak yang cerdas. Wira cukup takjub dengan penilaian anak ini. Dia mengira anak sekecil ini mudah untuk dikelabui, tetapi ternyata tidak seperti yang dibayangkannya.Bahkan, anak ini tidak memercayainya sedikit pun dan menemukan semua kejanggalan dari kalimat Wira.Ketika Wira tidak tahu harus mengatakan apa, tiba-tiba terlihat sekelompok orang memegang obor sambil menghampiri anak laki-laki itu."Abyas, apa yang kamu lakukan di sini malam-malam begini?" tanya seorang pria yang berdiri paling depan sambil menatap anak laki-laki itu.Anak laki-laki itu menunjuk Wira dan menyahut, "Paman, li