Wira tampak ragu untuk sesaat. Meskipun memiliki obat pemberian Arifin, tidak bisa dipastikan bahwa semuanya akan aman-aman saja.Bagaimana jika dirinya keracunan dan tewas di desa ini? Bukankah berarti segala usahanya akan sia-sia?Namun, jika tidak menyetujuinya, orang-orang ini akan mencurigainya. Wira pun tidak akan bisa memasuki desa ini dan mencari tahu informasi tentang Ahmad.Selain itu, para penduduk ini tidak mungkin melepaskannya begitu saja. Dia bisa dibunuh! Lantaran tidak ada pilihan yang lebih baik, Wira memilih untuk mencobanya!Setelah ragu-ragu sesaat, Wira maju sedikit dan diam-diam menelan obat dari Arifin. Kemudian, dia bertanya dengan lantang, "Kenapa harus takut?""Oke!" Kaswara langsung mengeluarkan rumput beracun dari sakunya, lalu menyerahkannya kepada Wira dan berkata, "Ini adalah rumput patah hati. Penduduk kami sekalipun akan tersiksa sebelum makan penawar racunnya. Karena kamu begitu percaya diri, makanlah rumput itu."Para penduduk yang berada di belakang
Wira menggeleng sambil menyahut, "Ya, aku baik-baik saja."Kaswara segera meraih tangan Wira untuk memeriksa denyut nadinya. Orang yang paham tentang racun tentu tahu cara menetralisasi racun. Kaswara memiliki pemahaman tertentu terhadap ilmu medis.Setelah memeriksa secara sederhana, Kaswara mengangguk dan berujar, "Dia nggak menipu kita. Fisiknya memang berbeda dari manusia biasa. Rumput patah hati nggak berefek apa pun padanya. Sepertinya, dia memang kebal terhadap racun."Orang-orang merasa takjub mendengarnya. Ini pertama kalinya mereka bertemu orang sehebat Wira."Nggak boleh! Dia tetap nggak boleh masuk ke desa kita! Orang yang kebal terhadap racun lebih sulit dihadapi!""Benar! Kalau dia berniat jahat pada kita, kita nggak akan punya cara untuk melawannya! Lebih baik kita tuntun dia keluar!"Orang-orang sibuk bersuara karena tidak ingin Wira memasuki desa. Desa Damaro adalah desa yang sangat damai. Semua orang yang tinggal di sini tidak suka diganggu. Namun, kemunculan Wira tel
"Kak, kamu yakin ingin mengizinkannya masuk ke desa kita? Asal-usul pemuda ini nggak jelas. Kita nggak boleh memercayainya begitu saja!" Orang-orang memperingatkan dengan cemas.Kaswara menggeleng dan menyahut, "Kita harus menepati janji. Dia sudah mempertaruhkan nyawa dengan makan rumput patah hati, masa kita ingkar janji begitu saja?""Karena kita sudah membuat kesepakatan, kita harus menurutinya. Dia akan mengikutiku malam ini. Dia akan istirahat di rumahku. Kalau terjadi masalah, aku yang akan bertanggung jawab."Orang-orang hanya bisa mengangguk melihat Kaswara yang begitu yakin. Segera, Wira mengikuti Kaswara ke rumahnya.Wira akhirnya berhasil memasuki desa ini. Dia benar-benar senang karena usahanya tidak sia-sia.Sementara itu, di luar hutan, Lucy dan lainnya masih menunggu dengan tenang. Sejak tadi, mereka telah mengutus cukup banyak orang. Beberapa selamat, beberapa tidak. Mereka juga masih belum menemukan jejak Wira. Tentunya, kerugian yang mereka derita cukup besar.Setela
Memang benar bahwa Wira sudah tidak makan seharian! Wira makan dengan sangat lahap.Istri Kaswara, Rara, tersenyum sambil menuangkan air untuk Wira. Dia berkata, "Dik, pelan sedikit. Nggak ada yang berebutan denganmu."Wira berujar, "Aku benar-benar lapar, makanya makan selahap ini. Tolong maklumi aku ya."Kaswara dan Rara bertatapan sambil tersenyum. Mereka bisa memahaminya. Akan tetapi, Kaswara merasa lebih tenang sekarang. Ini membuktikan bahwa Wira tidak menipunya."Kamu benaran datang kemari untuk memetik bahan obat demi istrimu?" tanya Kaswara.Setelah Wira meletakkan peralatan makannya, Rara merapikan meja makan sehingga hanya tersisa Kaswara dan Wira di ruang tamu.Wira ragu-ragu sejenak, lalu menjilat bibirnya dan menyahut, "Paman, aku tahu kalian berdua orang baik. Aku nggak akan merahasiakan apa pun dari kalian berdua.""Aku kemari karena ada urusan penting. Aku ingin mencari orang. Orang ini punya dendam kesumat denganku. Dia membunuh banyak sahabatku. Aku harus segera mene
"Kalau begitu, apa kamu punya ide bagus?" tanya Wira.Jika bisa mendapat bantuan dari Kaswara, Wira tidak perlu mencemaskan banyak hal lagi. Dia bisa membawa Ahmad pergi dengan mudah tanpa perlu menunggu Lucy dan lainnya kemari.Bagaimanapun, Ahmad sangat berbahaya. Jika Ahmad tahu Wira dan pasukannya ada di sini, Wira sendiri yang akan kerepotan."Aku tentu nggak bisa ikut campur dalam masalah ini. Tapi, aku bisa memberitahumu lokasinya. Bisa menangkapnya atau nggak, semua tergantung nasibmu.""Tapi, aku percaya pada kemampuanmu. Karena kamu kebal terhadap berbagai racun, Ahmad pasti bakal kewalahan menghadapimu. Kalau kamu menguasai ilmu bela diri, mudah saja bagimu untuk menangkapnya!" sahut Kaswara sambil tersenyum.Bantuan ini sudah sangat berarti bagi Wira. Wira ragu-ragu sesaat, lalu mengangguk dan berucap, "Kalau begitu, tolong beri tahu aku lokasinya. Aku akan mencarinya nanti."Malam itu juga, Kaswara langsung menggambar peta untuk Wira. Meskipun terlihat agak jelek, Wira bis
"Gimana kamu bisa tahu?" tanya Wira sambil menatap Abyas dengan waspada."Kamu nggak perlu takut. Aku nggak akan beri tahu siapa pun. Jalan yang kamu tempuh ini khusus untuk ke gunung belakang. Selain itu, cuma ada paman aneh itu di gunung belakang. Mudah saja ditebak," sahut Abyas.Wira melirik Abyas. Anak ini memang cerdik. Masih kecil, tetapi sudah bisa berpikir secara rinci. Padahal, Wira tidak memberinya petunjuk apa pun. Anak ini memang tidak biasa.Abyas berkata lagi, "Aku berbaik hati memperingatkanmu, paman aneh itu sulit dihadapi. Selain itu, waktu dia pulang, orang tuaku langsung melarangku ke gunung belakang. Kata mereka, jangan membuat paman aneh itu marah atau aku bisa mati ...."Wira mengangguk dan menyahut, "Orang tuamu benar."Pantas saja, penilaian Kaswara terhadap Ahmad begitu buruk. Ternyata bukan cuma Kaswara, tetapi semua orang di desa ini. Seperti yang dikatakan Kaswara, mereka mengizinkan Ahmad tinggal di sini hanya karena Ahmad memang penduduk Desa Damaro.Mere
"Menurutmu, apa yang harus kita lakukan demi saudara dan Tuan kita?" tanya Jonathan dengan mengernyitkan alis setelah mendekati Lucy. Meskipun biasanya mereka saling bersaing, sekarang mereka harus memutuskan siapa yang akan menggantikan posisi Biantara. Namun, mereka sebenarnya masih satu organisasi dan sudah memiliki ikatan yang kuat seperti saudara.Mereka menyadari betapa berbahayanya hutan ini, tidak ada yang ingin melihat saudaranya mati sia-sia. Meskipun akan berkurang seorang pesaing, ini juga bukan pemandangan yang ingin mereka lihat.Setelah ragu sejenak, Lucy akhirnya berkata, "Saat ini aku juga merasa bingung karena kita nggak tahu situasi Tuan. Tapi, situasi di depan memang nggak begitu baik. Meskipun kita nggak ingin melakukan ini, seperti kita terpaksa harus melakukannya. Kita nggak mungkin membiarkan Tuan kehilangan kontak dengan kita begitu saja, kita nggak akan bisa menjelaskannya pada para nyonya nanti.""Lagi pula, Jenderal Danu dan yang lainnya juga masih menunggu
Jonathan dan Lucy sangat khawatir terhadap Klause, tetapi sekarang semuanya hanya bisa bergantung pada nasib Klause sendiri.Di sisi lain, di pegunungan di belakang Desa Damaro. Wira terus berjalan maju mengikuti petunjuk dari peta dan segera memasuki Desa Damaro. Setelah itu, dia melihat sebuah jalan setapak kecil di antara pepohonan di depannya. Sesuai dengan arah yang ditunjuk peta, dia hanya perlu terus mengikuti jalan setapak itu dan pasti akan menemukan sebuah gua di pertengahan gunung.Saat ini, Ahmad bersembunyi di dalam gua yang merupakan tujuan Wira, sehingga dia pun segera mempercepat langkahnya. Tak lama kemudian, dia sudah tiba di pertengahan gunung. Dia melihat memang ada sebuah gua di sekitar sana."Sepertinya Kaswara memang nggak membohongiku. Ternyata Ahmad benar-benar bersembunyi di sini," kata Wira sambil tersenyum dingin.Wira pun merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah pil, lalu langsung menelannya. Ahmad ahli dalam racun, kejam, dan metode yang digunakannya tidak