"Aku sudah tahu kamu nggak akan melepaskanku begitu saja, tapi aku nggak menyangka kamu akan menemukanku begitu cepat. Sepertinya kamu memang hebat," kata Ahmad sambil mengernyitkan alis."Kamu terluka ya?" tanya Wira setelah mengamati Ahmad dari atas ke bawah, tanpa menanggapi perkataan Ahmad.Saat ini, Ahmad berjalan dengan terpincang-pincang, jelas terluka parah. Jika tidak, wajahnya juga tidak akan pucat seperti ini.Namun, hal ini yang membuat Wira merasa aneh dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya telah terjadi. Ahmad ahli dalam hal racun dan sangat kejam, siapa yang bisa melukainya sampai seperti ini?Jika orang-orang dari Desa Damaro yang melakukannya, mereka pasti tidak akan membiarkan Ahmad hidup. Mereka pasti akan langsung membunuhnya agar kelak tidak menjadi ancaman bagi mereka. Bukan hanya Wira yang mengerti prinsip ini, begitu juga dengan orang lain. Ini berarti Ahmad pasti sudah menghadapi masalah besar.Ahmad tersenyum pahit dan berkata, "Bukankah semua ini karena kamu?
Hal ini membuktikan selama ada sedikit jejak ataupun pernah muncul di suatu tempat, tidak ada yang bisa lepas dari pengawasan jaringan mata-mata. Inilah akibatnya menyinggung Wira."Yang menang yang menjadi rajanya, aku nggak bisa mengatakan apa-apa lagi. Sekarang kamu sudah menemukanku, aku hanya berharap bisa segera mati agar bisa lepas dari semua ini. Aku nggak ingin dibawa kembali olehmu seperti yang lainnya, itu benar-benar sangat menderita ...," gumam Ahmad, lalu langsung beberapa jarum perak dari sakunya dan melemparkannya saat Wira sedang lengah.Wira juga tidak menyangka Ahmad masih berusaha untuk membunuhnya. Ternyata, orang jahat yang tiba-tiba berubah menjadi baik memang tetap harus diwaspadai.Ting ting ting!Terdengar suara yang nyaring.Wira tidak menghindari serangan Ahmad dan tetap berdiri di tempatnya. Meskipun jarum-jarum perak itu mengenai tubuhnya, dia sama sekali tidak terluka sedikit pun. Pada akhirnya, jarum itu satu per satu jatuh ke tanah."Apa yang telah terj
"Tinggal satu langkah lagi, kamu malah sudah kebal terhadap semua racun. Kamu ini memang hebat, pantas saja rakyat di seluruh negeri ini mendukungmu," kata Ahmad.Ahmad merasa tidak puas karena rencana besarnya masih belum terwujud, tetapi sekarang dia sudah harus kalah dengan begitu menyedihkan di tangan Wira. Bahkan taruhannya adalah nyawanya sendiri. Jika dia bisa kembali memilih, dia tidak akan menjadi musuh Wira. Musuh seperti Wira ini terlalu menakutkan sampai dia tidak berani melihatnya lagi.Pada detik berikutnya, Ahmad kembali mengeluarkan jarum peraknya yang sudah dilapisi racun. Dia tidak pernah menyangka dia harus menggunakan racun ini pada dirinya sendiri.Tepat saat Ahmad hendak meracuni dirinya sendiri, Wira segera bergerak ke hadapan Ahmad dan langsung menahan tangan Ahmad. Setelah itu, dia menendang lutut Ahmad, sehingga Ahmad kehilangan keseimbangan karena kesakitan dan berlutut di tanah dengan satu kaki."Apa yang kamu lakukan?" teriak Ahmad dengan marah sambil berlu
"Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk segera kembali ke Desa Damaro? Kenapa kamu masih mengikutiku ke sini?" tanya Wira.Saat ini, Wira tidak memiliki banyak kekhawatiran lagi, sehingga tidak terdengar maksud untuk menyalahkan Abyas dari nada bicaranya. Lagi pula, dia sudah membereskan Ahmad, sekarang juga tidak ada masalah apa pun lagi. Meskipun berlari sembarangan, Abyas juga tidak akan kehilangan nyawanya. Oleh karena itu, dia tentu saja tidak perlu khawatir.Abyas berkata, "Aku sudah bilang padamu, aku suka melihat keramaian. Sekarang akhirnya ada seseorang yang datang dari luar, aku tentu saja harus datang melihat keramaian. Meskipun kamu nggak membiarkanku ikut, aku juga akan diam-diam mengikutimu. Tapi, kamu memang nggak membohongi Paman Kaswara dan semalam Paman Kaswara juga jelas ingin membantumu.""Sepertinya kamu memang punya kemampuan yang luar biasa, benar-benar kebal terhadap segala jenis racun. Hebat, sungguh luar biasa!"Abyas terus bertepuk tangan dan segera melompat me
Melihat dirinya tidak bisa mengancam Wira, Abyas hanya bisa mengubah cara berbicaranya untuk berusaha menyentuh hati Wira. Mungkin dengan cara ini, dia baru bisa belajar kemampuan untuk kebal terhadap semua racun.Wira tersenyum dan berkata, "Kamu masih begitu muda, sebaiknya fokus pada belajar saja dan jangan terlalu memikirkan hal-hal seperti ini. Dunia luar sangat besar, kamu nggak seharusnya terus bersembunyi di desa ini. Saat aku bertemu keluargamu nanti, aku akan memberi tahu mereka untuk mengirimmu ke luar. Percayalah. Saat kamu melihat dunia luar, kamu nggak akan ingin kembali lagi."Dia berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan dan tidak mengungkit apa pun tentang kebal terhadap racun.Abyas yang masih anak-anak pun segera tertarik dan bertanya, "Kak, ceritakan padaku, apa yang seru di dunia luar sana?"Wira menjawab, "Tempat seru di luar sana terlalu banyak, nggak bisa diceritakan hanya dengan beberapa kata saja. Meskipun kita berbicara selama tiga hari tiga malam, hanya a
Orang-orang di Desa Damaro tentu saja ingin memiliki kemampuan kebal terhadap semua racun juga. Dengan begitu, hasilnya akan lebih maksimal saat kelak mereka meracik racun. Sudah banyak dari mereka yang telah meninggal selama proses meracik racun, tetapi ini sudah menjadi nasib mereka. Meskipun tahu jalan ini sangat berbahaya, mereka tetap tidak bisa mundur."Benar. Orang-orangku masih menungguku di luar hutan ini. Aku tetap nggak kembali, mereka pasti sangat khawatir. Aku juga nggak tahu apa yang akan mereka lakukan, jadi aku harus segera kembali untuk bertemu dengan mereka agar semuanya aman. Tapi, sekarang malah ada satu masalah ...," kata Wira sambil menghela napas, tetapi tidak melanjutkan ucapannya lagi.Kaswara malah langsung berkata, "Sepertinya kamu nggak tahu bagaimana caranya keluar dari hutan ini, jadi kamu merasa cemas, 'kan?"Tanpa berpikir panjang, Wira langsung menganggukkan kepala. "Memang nggak ada yang bisa luput dari penglihatanmu.""Kamu nggak lihat siapa aku, mere
Dua pil terakhir ini adalah pertahanan terakhir Wira. Dia harus mengandalkan kedua pil ini untuk keluar dari hutan dengan selamat, tetapi dia sendiri juga tidak yakin apakah pil itu akan cukup. Dia sangat sadar tubuhnya tidak kebal terhadap racun, berarti nyawanya akan terancam begitu dia masuk ke hutan tanpa bantuan pil itu. Konsekuensinya tak terbayangkan.Melihat Wira ragu, Kaswara dan yang lainnya malah tertawa terbahak-bahak."Apa maksud kalian?" tanya Wira sambil menatap semua orang dengan bingung.Kaswara tersenyum dan berkata, "Sebenarnya sangat mudah karena hutan ini adalah buatan kami. Semua rumput dan pohon di sini punya hubungan yang erat dengan kami, jadi kami tahu apa yang ada di dalam hutan. Kami tentu saja punya cara untuk membawamu keluar dari hutan dengan selamat.""Kalau hanya itu yang kamu khawatirkan, kamu boleh memberikan pil itu padaku dan aku akan membawamu keluar dari hutan dengan aman. Bisa dibilang, kamu juga nggak menyia-nyiakan dua pil ini."Wira mengangguk
Wira pun menganggukkan kepala karena Abyas memang memanggilnya seperti itu, jelas sangat akrab.Pria paruh baya itu pun tersenyum dan berkata, "Maafkan aku. Tadi Abyas sudah menceritakan apa yang terjadi di pegunungan belakang desa. Pertama-tama, aku harus berterima kasih karena kamu sudah menjaga Abyas dan nggak membiarkannya untuk ikut masuk ke pegunungan itu bersamamu.""Tapi, anak ini sangat nakal, malah diam-diam mengikutimu. Untung saja nggak terjadi apa-apa. Kalau nggak, aku dan ibunya benar-benar nggak tahu harus bagaimana lagi ...."Abyas adalah anak mereka satu-satunya dan mereka biasanya sangat memanjakannya. Selain itu, dia juga memiliki kepribadian yang ramah, sehingga sering membantu orang-orang di desa dengan hal-hal yang bisa dilakukannya. Meskipun masih muda, dia sudah dipuji semua orang dan kehidupannya di desa juga cukup baik. Ini juga yang membuat semua orang kagum."Aku nggak melakukan apa-apa dan Abyas sendiri adalah anak yang cerdas juga. Meskipun aku membawanya