"Oke. Karena kalian semua telah bertekad, kita masuk bersama!" ucap Jonathan sambil menggertakkan gigi.Ketika mereka hendak masuk, Lucy tiba-tiba menghalangi mereka. Klause bertanya dengan jengkel, "Apa maksudmu? Kalau kamu takut mati, tunggu saja di sini.""Mereka akan mengikutiku masuk. Kami pasti bisa menemukan Tuan Wira dan membawanya keluar dalam keadaan selamat. Kamu tunggu saja di sini!""Heh." Lucy terkekeh-kekeh sinis, lalu membalas, "Aku memang cuma wanita, tapi aku nggak takut mati seperti yang kalian kira.""Kalian terlalu meremehkanku. Tapi, kalian harus memikirkan situasi keseluruhan. Kalau Tuan Wira baik-baik saja dan kita semua mati di sini, gimana Tuan Wira akan memberi penjelasan? Gimana dengan tugas selanjutnya?"Jonathan dan Klause bertatapan tanpa berbicara. Yang dikatakan Lucy tidak salah. Ternyata Lucy memang bijaksana.Klause bertanya, "Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan sekarang? Menunggu saja?"Klause merasa sangat dilema. Mereka hanya punya dua piliha
Mata Wira tampak berbinar-binar. Dengan mengandalkan usahanya, dia berhasil meninggalkan hutan berbahaya itu.Namun, obatnya hanya tersisa 5 butir. Dengan kata lain, dia hanya bisa berada di tempat ini selama 4 jam. Jika terlambat, dia mungkin akan mati.Wira mengamati situasi di depan. Tempat ini terlihat sangat indah. Ada banyak ladang di sekitar. Di depannya adalah sebuah jalan kecil.Setelah mengamati dengan saksama, Wira memutuskan sebuah rute. Dia bergumam, "Sepertinya hanya bisa lewat jalan ini."Segera, Wira menyusuri jalan kecil itu. Entah berapa lama kemudian, terlihat sebuah desa kecil di depan. Begitu mendekat, Wira langsung mendengar gonggongan anjing.Kemudian, beberapa ekor anjing sontak menyerbu ke arahnya. Wira bahkan tidak sempat melihat dengan jelas dari mana anjing-anjing ini berasal.Wira buru-buru mengambil kerikil dan melemparkannya ke perut salah satu anjing itu. Anjing itu menggonggong sesaat, tetapi tidak berani mendekat lagi. Sementara itu, anjing lainnya ber
Anak laki-laki itu melipat lengannya di depan dada dan berkata, "Sekeliling desa ini adalah hutan. Cuma penduduk desa kami yang bisa melewati hutan itu. Kalau orang luar yang masuk, mereka akan langsung mati!""Aku nggak tahu gimana kamu bisa sampai di sini. Tapi, dari pakaianmu, kamu jelas bukan penduduk desa biasa, apalagi cuma datang untuk menebang pohon! Jangan harap kamu bisa menipuku!"Ternyata anak yang cerdas. Wira cukup takjub dengan penilaian anak ini. Dia mengira anak sekecil ini mudah untuk dikelabui, tetapi ternyata tidak seperti yang dibayangkannya.Bahkan, anak ini tidak memercayainya sedikit pun dan menemukan semua kejanggalan dari kalimat Wira.Ketika Wira tidak tahu harus mengatakan apa, tiba-tiba terlihat sekelompok orang memegang obor sambil menghampiri anak laki-laki itu."Abyas, apa yang kamu lakukan di sini malam-malam begini?" tanya seorang pria yang berdiri paling depan sambil menatap anak laki-laki itu.Anak laki-laki itu menunjuk Wira dan menyahut, "Paman, li
Wira tampak ragu untuk sesaat. Meskipun memiliki obat pemberian Arifin, tidak bisa dipastikan bahwa semuanya akan aman-aman saja.Bagaimana jika dirinya keracunan dan tewas di desa ini? Bukankah berarti segala usahanya akan sia-sia?Namun, jika tidak menyetujuinya, orang-orang ini akan mencurigainya. Wira pun tidak akan bisa memasuki desa ini dan mencari tahu informasi tentang Ahmad.Selain itu, para penduduk ini tidak mungkin melepaskannya begitu saja. Dia bisa dibunuh! Lantaran tidak ada pilihan yang lebih baik, Wira memilih untuk mencobanya!Setelah ragu-ragu sesaat, Wira maju sedikit dan diam-diam menelan obat dari Arifin. Kemudian, dia bertanya dengan lantang, "Kenapa harus takut?""Oke!" Kaswara langsung mengeluarkan rumput beracun dari sakunya, lalu menyerahkannya kepada Wira dan berkata, "Ini adalah rumput patah hati. Penduduk kami sekalipun akan tersiksa sebelum makan penawar racunnya. Karena kamu begitu percaya diri, makanlah rumput itu."Para penduduk yang berada di belakang
Wira menggeleng sambil menyahut, "Ya, aku baik-baik saja."Kaswara segera meraih tangan Wira untuk memeriksa denyut nadinya. Orang yang paham tentang racun tentu tahu cara menetralisasi racun. Kaswara memiliki pemahaman tertentu terhadap ilmu medis.Setelah memeriksa secara sederhana, Kaswara mengangguk dan berujar, "Dia nggak menipu kita. Fisiknya memang berbeda dari manusia biasa. Rumput patah hati nggak berefek apa pun padanya. Sepertinya, dia memang kebal terhadap racun."Orang-orang merasa takjub mendengarnya. Ini pertama kalinya mereka bertemu orang sehebat Wira."Nggak boleh! Dia tetap nggak boleh masuk ke desa kita! Orang yang kebal terhadap racun lebih sulit dihadapi!""Benar! Kalau dia berniat jahat pada kita, kita nggak akan punya cara untuk melawannya! Lebih baik kita tuntun dia keluar!"Orang-orang sibuk bersuara karena tidak ingin Wira memasuki desa. Desa Damaro adalah desa yang sangat damai. Semua orang yang tinggal di sini tidak suka diganggu. Namun, kemunculan Wira tel
"Kak, kamu yakin ingin mengizinkannya masuk ke desa kita? Asal-usul pemuda ini nggak jelas. Kita nggak boleh memercayainya begitu saja!" Orang-orang memperingatkan dengan cemas.Kaswara menggeleng dan menyahut, "Kita harus menepati janji. Dia sudah mempertaruhkan nyawa dengan makan rumput patah hati, masa kita ingkar janji begitu saja?""Karena kita sudah membuat kesepakatan, kita harus menurutinya. Dia akan mengikutiku malam ini. Dia akan istirahat di rumahku. Kalau terjadi masalah, aku yang akan bertanggung jawab."Orang-orang hanya bisa mengangguk melihat Kaswara yang begitu yakin. Segera, Wira mengikuti Kaswara ke rumahnya.Wira akhirnya berhasil memasuki desa ini. Dia benar-benar senang karena usahanya tidak sia-sia.Sementara itu, di luar hutan, Lucy dan lainnya masih menunggu dengan tenang. Sejak tadi, mereka telah mengutus cukup banyak orang. Beberapa selamat, beberapa tidak. Mereka juga masih belum menemukan jejak Wira. Tentunya, kerugian yang mereka derita cukup besar.Setela
Memang benar bahwa Wira sudah tidak makan seharian! Wira makan dengan sangat lahap.Istri Kaswara, Rara, tersenyum sambil menuangkan air untuk Wira. Dia berkata, "Dik, pelan sedikit. Nggak ada yang berebutan denganmu."Wira berujar, "Aku benar-benar lapar, makanya makan selahap ini. Tolong maklumi aku ya."Kaswara dan Rara bertatapan sambil tersenyum. Mereka bisa memahaminya. Akan tetapi, Kaswara merasa lebih tenang sekarang. Ini membuktikan bahwa Wira tidak menipunya."Kamu benaran datang kemari untuk memetik bahan obat demi istrimu?" tanya Kaswara.Setelah Wira meletakkan peralatan makannya, Rara merapikan meja makan sehingga hanya tersisa Kaswara dan Wira di ruang tamu.Wira ragu-ragu sejenak, lalu menjilat bibirnya dan menyahut, "Paman, aku tahu kalian berdua orang baik. Aku nggak akan merahasiakan apa pun dari kalian berdua.""Aku kemari karena ada urusan penting. Aku ingin mencari orang. Orang ini punya dendam kesumat denganku. Dia membunuh banyak sahabatku. Aku harus segera mene
"Kalau begitu, apa kamu punya ide bagus?" tanya Wira.Jika bisa mendapat bantuan dari Kaswara, Wira tidak perlu mencemaskan banyak hal lagi. Dia bisa membawa Ahmad pergi dengan mudah tanpa perlu menunggu Lucy dan lainnya kemari.Bagaimanapun, Ahmad sangat berbahaya. Jika Ahmad tahu Wira dan pasukannya ada di sini, Wira sendiri yang akan kerepotan."Aku tentu nggak bisa ikut campur dalam masalah ini. Tapi, aku bisa memberitahumu lokasinya. Bisa menangkapnya atau nggak, semua tergantung nasibmu.""Tapi, aku percaya pada kemampuanmu. Karena kamu kebal terhadap berbagai racun, Ahmad pasti bakal kewalahan menghadapimu. Kalau kamu menguasai ilmu bela diri, mudah saja bagimu untuk menangkapnya!" sahut Kaswara sambil tersenyum.Bantuan ini sudah sangat berarti bagi Wira. Wira ragu-ragu sesaat, lalu mengangguk dan berucap, "Kalau begitu, tolong beri tahu aku lokasinya. Aku akan mencarinya nanti."Malam itu juga, Kaswara langsung menggambar peta untuk Wira. Meskipun terlihat agak jelek, Wira bis