"Takutnya akan terjadi banyak hal di luar dugaan kalau masuk secara gegabah. Bukan cuma para bawahan yang bakal mati, tapi musuh juga akan menjadi waspada.""Ahmad ini seperti ular beracun yang sembunyi di kegelapan. Begitu menyadari keanehan, dia pasti akan langsung kabur. Kemudian, kita harus mencarinya lagi," jelas Lucy yang terdengar sangat percaya diri.Faktanya, Lucy bisa menemukan Ahmad tidak peduli dia bersembunyi di mana. Yang merepotkan adalah Ahmad menguasai banyak metode licik.Wira berpikir sejenak, lalu membalas, "Kalau begitu, aku bakal ikut dengan kalian. Aku ingin lihat, seperti apa tempat tinggal Ahmad."Tentunya, Wira juga memiliki tujuan lain. Ahmad menguasai ilmu sihir dan racun. Orang-orang di sekitarnya pasti sama dengannya. Jika bisa direkrut, orang-orang itu akan berguna untuk Wira.Namun, jika orang-orang itu sama busuknya dengan Ahmad yang mengganggu ketentraman dunia, Wira akan menghabisi mereka semua agar tidak terjadi masalah di kemudian hari."Tuan, statu
Lucy tidak mengatakan apa pun. Dia lebih memilih untuk diam.Wira berkata, "Kalau begitu, kamu sudah boleh pulang. Titip salam untuk yang lainnya. Beri tahu mereka, aku ada urusan, jadi nggak bisa pulang untuk sementara waktu. Suruh mereka istirahat di rumah dulu. Jangan ada yang berkeliaran."Kemudian, Wira mengelus kepala Thalia seperti sedang membujuk anak kecil. Wajah Thalia sontak memerah. Tidak masalah kalau bermesra-mesraan di kamar, tetapi mereka sedang di depan publik. Wira malah memperlakukannya seperti anak kecil. Memalukan sekali!"Nggak boleh! Aku mau ikut denganmu! Kamu selalu bertemu bahaya setiap kali keluar! Aku bisa membantumu kalau ikut! Aku nggak peduli kamu setuju atau nggak! Pokoknya aku harus ikut!" seru Thalia."Kali ini nggak boleh. Pulang sana atau aku bakal marah," timpal Wira. Ketika melihat Wira seperti serius dengan ucapannya, Thalia tidak berani membantah lagi dan hanya bisa pulang. Segera, Wira dan Lucy pun berangkat.Di perjalanan, Jonathan dan Klause
Untuk sekarang, mereka ingin memastikan situasi di dalam dulu.Sesaat kemudian, tidak terdengar suara apa pun dari dalam. Ekspresi Wira mulai berubah."Apa mungkin ... terjadi sesuatu pada mereka di dalam sana? Aku harus masuk untuk melihat," ujar Wira.Ketika melihat Wira bangkit dan hendak berjalan masuk, semua orang sontak terkesiap. Wira punya status tinggi dan merupakan majikan mereka. Kalaupun harus ada yang masuk untuk memeriksa situasi, orang itu jelas bukan Wira.Sekarang, Wira malah mengambil inisiatif untuk mempertaruhkan nyawanya. Lelucon macam apa ini?Jonathan dan Klause segera maju untuk menghalangi jalan Wira. Mereka menasihati, "Tuan, kamu punya status tinggi. Kamu nggak boleh mengambil risiko seperti ini.""Tuan, biar aku mengatur bawahan lain untuk masuk. Kita suruh mereka periksa situasi di dalam."Wira melambaikan tangan sambil berucap, "Dua orang sebelumnya masih belum berkabar sampai sekarang. Cuma aku kandidat terbaik. Kalian tenang saja, aku membawa barang heba
Lucy menghela napas dan menyahut, "Entahlah, kita cuma bisa mengamati situasi untuk sekarang. Kalau tahu hasilnya akan seperti ini, lebih baik aku nggak memberi tahu Tuan tentang lokasi Ahmad."Lucy mulai merasa menyesal. Sayangnya, waktu tidak bisa diputar kembali.Pada saat yang sama, Wira telah memasuki hutan. Jarak pandang di sini sangat rendah karena ada banyak kabut beracun!Ini pertama kalinya Wira datang ke tempat berbahaya seperti ini. Ekspresinya tampak masam. Dia mencoba memanggil, "Halo, apa ada orang di sini? Apa ada yang bisa mendengar suaraku?"Alhasil, tidak ada respons apa pun. Jelas sekali, dua orang yang masuk sebelumnya telah kehilangan kesadaran.Wira hanya bisa mencoba berjalan maju. Dia terus menghitung waktu karena khasiat obatnya hanya bisa bertahan selama sejam. Setelah itu, dia tidak akan kebal terhadap racun lagi dan berada dalam bahaya.Begitu memikirkan ini, Wira mempercepat langkah kakinya dan mulai mencari di sekitar."Sialan!" Wira telah mencari ke mana
"Oke. Karena kalian semua telah bertekad, kita masuk bersama!" ucap Jonathan sambil menggertakkan gigi.Ketika mereka hendak masuk, Lucy tiba-tiba menghalangi mereka. Klause bertanya dengan jengkel, "Apa maksudmu? Kalau kamu takut mati, tunggu saja di sini.""Mereka akan mengikutiku masuk. Kami pasti bisa menemukan Tuan Wira dan membawanya keluar dalam keadaan selamat. Kamu tunggu saja di sini!""Heh." Lucy terkekeh-kekeh sinis, lalu membalas, "Aku memang cuma wanita, tapi aku nggak takut mati seperti yang kalian kira.""Kalian terlalu meremehkanku. Tapi, kalian harus memikirkan situasi keseluruhan. Kalau Tuan Wira baik-baik saja dan kita semua mati di sini, gimana Tuan Wira akan memberi penjelasan? Gimana dengan tugas selanjutnya?"Jonathan dan Klause bertatapan tanpa berbicara. Yang dikatakan Lucy tidak salah. Ternyata Lucy memang bijaksana.Klause bertanya, "Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan sekarang? Menunggu saja?"Klause merasa sangat dilema. Mereka hanya punya dua piliha
Mata Wira tampak berbinar-binar. Dengan mengandalkan usahanya, dia berhasil meninggalkan hutan berbahaya itu.Namun, obatnya hanya tersisa 5 butir. Dengan kata lain, dia hanya bisa berada di tempat ini selama 4 jam. Jika terlambat, dia mungkin akan mati.Wira mengamati situasi di depan. Tempat ini terlihat sangat indah. Ada banyak ladang di sekitar. Di depannya adalah sebuah jalan kecil.Setelah mengamati dengan saksama, Wira memutuskan sebuah rute. Dia bergumam, "Sepertinya hanya bisa lewat jalan ini."Segera, Wira menyusuri jalan kecil itu. Entah berapa lama kemudian, terlihat sebuah desa kecil di depan. Begitu mendekat, Wira langsung mendengar gonggongan anjing.Kemudian, beberapa ekor anjing sontak menyerbu ke arahnya. Wira bahkan tidak sempat melihat dengan jelas dari mana anjing-anjing ini berasal.Wira buru-buru mengambil kerikil dan melemparkannya ke perut salah satu anjing itu. Anjing itu menggonggong sesaat, tetapi tidak berani mendekat lagi. Sementara itu, anjing lainnya ber
Anak laki-laki itu melipat lengannya di depan dada dan berkata, "Sekeliling desa ini adalah hutan. Cuma penduduk desa kami yang bisa melewati hutan itu. Kalau orang luar yang masuk, mereka akan langsung mati!""Aku nggak tahu gimana kamu bisa sampai di sini. Tapi, dari pakaianmu, kamu jelas bukan penduduk desa biasa, apalagi cuma datang untuk menebang pohon! Jangan harap kamu bisa menipuku!"Ternyata anak yang cerdas. Wira cukup takjub dengan penilaian anak ini. Dia mengira anak sekecil ini mudah untuk dikelabui, tetapi ternyata tidak seperti yang dibayangkannya.Bahkan, anak ini tidak memercayainya sedikit pun dan menemukan semua kejanggalan dari kalimat Wira.Ketika Wira tidak tahu harus mengatakan apa, tiba-tiba terlihat sekelompok orang memegang obor sambil menghampiri anak laki-laki itu."Abyas, apa yang kamu lakukan di sini malam-malam begini?" tanya seorang pria yang berdiri paling depan sambil menatap anak laki-laki itu.Anak laki-laki itu menunjuk Wira dan menyahut, "Paman, li
Wira tampak ragu untuk sesaat. Meskipun memiliki obat pemberian Arifin, tidak bisa dipastikan bahwa semuanya akan aman-aman saja.Bagaimana jika dirinya keracunan dan tewas di desa ini? Bukankah berarti segala usahanya akan sia-sia?Namun, jika tidak menyetujuinya, orang-orang ini akan mencurigainya. Wira pun tidak akan bisa memasuki desa ini dan mencari tahu informasi tentang Ahmad.Selain itu, para penduduk ini tidak mungkin melepaskannya begitu saja. Dia bisa dibunuh! Lantaran tidak ada pilihan yang lebih baik, Wira memilih untuk mencobanya!Setelah ragu-ragu sesaat, Wira maju sedikit dan diam-diam menelan obat dari Arifin. Kemudian, dia bertanya dengan lantang, "Kenapa harus takut?""Oke!" Kaswara langsung mengeluarkan rumput beracun dari sakunya, lalu menyerahkannya kepada Wira dan berkata, "Ini adalah rumput patah hati. Penduduk kami sekalipun akan tersiksa sebelum makan penawar racunnya. Karena kamu begitu percaya diri, makanlah rumput itu."Para penduduk yang berada di belakang
Wira beserta Adjie dan Nafis berjalan perlahan-lahan menuju kemah utama untuk kavaleri. Kemah untuk kavaleri dari Kerajaan Nuala letaknya berdampingan dengan kemah di tengah kota, sehingga saat ini mereka bisa melihat sudah ada banyak tali perangkap kuda yang terhampar di luar kemah tengah itu.Melihat begitu banyak tali perangkap kuda, Wira merasa agak bersemangat. Jika semua benda ini bisa diletakkan di Dataran Haloam, pasukan utara pasti akan kesulitan.Begitu memasuki kemah Pasukan Harimau, dua pria yang mengenakan zirah langsung menghentikan langkah Wira dan yang lainnya. Mereka membawa pedang militer di pinggang dan busur serta dua set anak panah di punggung mereka.Wira langsung mengeluarkan lencana dan berkata, "Aku ini Wira, aku ingin mengerahkan tiga ribu pasukan. Siapa yang memimpin di sini? Panggil dia ke sini untuk bertemu denganku."Orang yang membawa bendera biasanya adalah komandan utama pasukan. Di medan perang, dia akan bertarung mati-matian sambil mengangkat bendera.
Wira terlihat tertegun sejenak setelah mendengar laporan dari mata-mata, lalu dia tiba-tiba merasa sangat senang dan berkata, "Baiklah. Kalau begitu, kita jalankan sesuai rencana kita. Jenderal Trenggi, aku percayakan kota ini padamu."Trenggi menganggukkan kepala. Setelah itu, dia mengeluarkan sebuah lencana, lalu langsung menyerahkannya pada Wira dan berkata, "Tuan Wira, lencana ini bisa memungkinkanmu untuk langsung membawa pergi tiga ribu Pasukan Harimau. Untuk berjaga-jaga, aku serahkan wewenang untuk mengatur Pasukan Harimau ini padamu untuk sementara."Wira langsung tertegun sejenak saat mendengar perkataan Trenggi, jelas tidak menyangka Trenggi bisa begitu percaya padanya. Meskipun hubungannya dan Osman cukup baik, dia jarang berurusan dengan Trenggi sebelumnya.Namun, sekarang Trenggi malah langsung memberikan kesempatan besar ini pada Wira, sehingga dia benar-benar merasa sangat terharu. Meskipun lencana itu hanya bisa mengerahkan tiga ribu Pasukan Harimau, itu juga sudah ter
Tempat seperti Hutan Bambu Mayu memang sangat cocok untuk digunakan sebagai tempat penyergapan.Melihat tempat itu, Wira menganggukkan kepala dan berkata, "Kalau begitu, ini memang nggak bermasalah bagi kita. Tapi, aku penasaran, bagaimana kalau kita mengatur penyergapan di Hutan Bambu Mayu ini?"Mata Adjie langsung bersinar dan segera berkata, "Tuan, aku juga berpikir seperti itu. Kalau kita menyiapkan penyergapan di sini, pasukan musuh juga nggak akan bisa menemukan kita. Selama kita terus bertarung sambil melangkah mundur dan ditambah lagi adanya tali perangkap kuda, aku jamin mereka nggak akan selamat."Wira menganggukkan kepala. Jika memang seperti itu, rencana ini memang cukup baik. Namun, jika hanya sebatas itu saja, dia malah merasa ada sesuatu yang tidak beres. Setelah terdiam sejenak, dia sepertinya teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Aku merasa sepertinya ada yang kurang. Rencana ini akan berhasil kalau pasukan musuh mengejar kita.""Bagaimana kalau mereka memutusk
Mendengar perkataan itu, Agha yang di samping pun tersenyum dan berkata, "Tuan, tali untuk perangkap kuda ini ada. Saat aku dan Latif pergi membujuk orang-orang itu, kami menemukan banyak tali perangkap kuda di kemah utama di sana. Cukup untuk kita gunakan."Ekspresi Wira langsung terlihat senang, lalu menatap ke arah Latif.Latif pun tersenyum, lalu maju dan berkata, "Benar. Kami memang menemukan banyak tali perangkap kuda di sana, jadi ini bukan masalah lagi. Aku akan pergi menyuruh mereka untuk memindahkannya ke sini sekarang juga."Setelah berhasil membujuk para prajurit di dalam kita untuk menyerah, Latif memeriksa dan menemukan jumlah mereka tidak sampai sepuluh ribu orang. Meskipun jumlahnya masih kalah dibandingkan dengan pasukan Trenggi, jumlah ini juga tidak termasuk sedikit. Oleh karena itu, dia berniat menyerahkan tanggung jawab ini pada Agha untuk menghindari kesalahpahaman.Namun, setelah mendengar pemikiran itu, Wira langsung menyerahkan wewenang untuk memimpin para praj
Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi
Sepanjang perjalanan, Trenggi terus berpikir apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan Wira dari Provinsi Lowala. Namun, setelah bertemu Wira, dia merasa sangat terharu. Dia benar-benar tidak menyangka Wira begitu tampan dan karismatik, pantas saja banyak orang di sembilan provinsi yang merasa Wira sangat bisa diandalkan. Hari ini, dia membuktikan sendiri kabar itu memang benar.Setelah semua pasukan besar dari Kerajaan Nuala memasuki kota, Wira langsung memerintahkan bawahannya untuk menutup gerbang kota.....Di dalam kediaman wali kota, Wira menatap Trenggi dan para jenderalnya yang masuk. Latif dan Agha yang sebelumnya pergi untuk membujuk orang-orang di kota juga sudah kembali. Saat melihat Trenggi dan Hayam, semua orang basa-basi terlebih dahulu.Setelah itu, Wira menarik Latif dan berkata, "Ayo, aku perkenalkan kamu dulu. Ini adalah saudara baru kami. Kalau bukan karena dia, mungkin nyawa kami sudah tiada saat sedang bersembunyi di hutan. Untung saja dia bersedia membantu
Wira menatap Nafis dan berkata, "Tinggalkan satu mata-mata untuk memandu pasukan besar Jenderal Trenggi, yang lainnya kembali ke sini. Kirim mereka ke utara dan minta mereka untuk terus memantau gerakan di sana. Kalau mereka menemukan pasukan utara, segera laporkan ke sini.""Baik," jawab Nafis.Setelah keduanya pergi, Wira baru mencari peta. Setelah melihat bagian atas peta itu, dia berkata dengan tenang, "Sekarang kita belum tahu pasukan utara itu ada di mana. Tapi, kalau mereka bergerak dengan cepat dan menurut waktu yang diberi tahu Kunaf tadi, sekarang mereka harusnya sedang melintasi Pulau Hulu."Mengingat jenderal tangguh dari pihak musuh adalah Zaki yang merupakan tangan kanan Bimala, Wira berpikir apakah dia bisa menggunakan Zaki ini untuk mengancam Bimala agar menyerahkan Bobby. Meskipun sekarang dia belum mengetahui kabar tentang Bobby, Zaki sebagai tangan kanan Bimala ini seharusnya tahu. Jika bahkan hal ini pun tidak tahu, Zaki ini benar-benar tidak berguna.Saat sedang me
Semua orang tertegun sejenak saat mendengar perkataan Latif. Menurut mereka, sepuluh orang memang terlalu sedikit.Saat Latif hendak menjelaskan maksudnya, saat itu Wira malah berkata, "Benar, sepuluh orang memang terlalu sedikit. Lebih baik mengikuti saran Adjie, bawa 100 orang bersamamu saja. Kalau terjadi masalah, kalian juga bisa saling membantu."Latif yang merasa terharu oleh kata-kata Wira segera memberi hormat pada Wira, lalu berdiri dan berkata, "Tuan, kalian sudah salah paham, aku nggak ingin bertindak secara besar-besaran. Kalau bukan karena takut kamu akan khawatir atau nggak ada yang melaporkan padamu, aku bisa pergi ke sana sendirian.""Para prajurit ini nggak penting, yang perlu ditangani adalah wakil jenderal yang memimpin mereka. Dia adalah orang kepercayaan Kunaf. Sekarang Kunaf sudah ditangkap, mereka pasti nggak akan menyerah pada kita. Karena Kunaf ini memegang kekuasaan besar, jadi wakil jenderal ini lebih seperti boneka. Justru karena itulah, aku yakin bisa menan
Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah