"Kita sudah menunggu lumayan lama. Nggak mungkin Wira nggak mendapat informasi, 'kan?" Bhurek mulai kehilangan kesabarannya setelah menunggu 2 jam lagi.Langit sudah gelap, tetapi Wira tak kunjung tiba. Ada kemungkinan Wira tidak melihat pengumuman itu. Jika benar seperti itu, bukankah usaha mereka akan sia-sia?Alzam tampak mengernyit merenungkan sesuatu. Bhurek tiba-tiba berkata, "Kalau Wira memang nggak datang, kita bunuh saja anak ini. Kemudian, kita kerahkan pasukan untuk mencari jejak Wira."Selesai berbicara, Bhurek mengangkat tangannya dan memberi perintah, "Prajurit, penggal kepala anak ini!"Rakyat sontak berlutut untuk memohon."Jenderal, jangan bunuh anak itu!""Dia cuma anak kecil! Dia bahkan belum 10 tahun!""Jenderal, tindakanmu ini terlalu kejam!"Ibu anak itu sudah mati tragis. Masa Bhurek ingin membunuh anak itu lagi? Perbuatan ini sungguh tidak masuk akal dan tidak bisa diterima!Bhurek berdiri di hadapan semua orang dan berucap dengan dingin, "Aku juga tahu dia masi
Suara ini ....Mata Bhurek sontak berbinar-binar. Dia memandang ke arah sumber suara. Itu Biantara!Setengah jam lalu, Biantara sudah bergabung dengan kerumunan. Hanya saja, dia belum terpikir akan cara terbaik untuk membawa anak itu pergi.Biantara mengira Bhurek menangkap anak itu hanya untuk memancing mereka datang. Siapa sangka, Bhurek benar-benar ingin membunuhnya. Dugaan Biantara sudah salah. Bhurek memang berengsek!Karena situasi mendesak, Biantara pun berteriak untuk menolong anak itu. Ketika dalam perjalanan kemari, Biantara sudah memahami seluk-beluk kejadiannya.Tanpa bantuan ibu dan anak ini, Wira dan lainnya mungkin sudah ditangkap oleh Bhurek. Sekalipun tidak menjadi tawanan Bhurek, perang akan terjadi. Itu sebabnya, Biantara harus menolong anak itu."Bawahan Wira akhirnya datang! Itu Biantara! Dia adalah mata Wira. Asalkan membunuhnya, Wira pasti akan menderita kerugian besar!" gumam Bhurek dengan girang."Bunuh dia!" Bhurek tiba-tiba memberi perintah. Para prajurit yan
Di luar lapangan, terlihat banyak pasukan mengepung. Sementara itu, di dalam ada banyak prajurit yang menyerang Biantara dan bawahannya tanpa henti.Di bawah serangan yang bertubi-tubi, sebagian besar bawahan Biantara gugur. Dalam waktu kurang dari sejam, hanya tersisa Biantara seorang.Biantara menatap para bawahannya yang tergeletak di tanah. Matanya berkaca-kaca. Dia mendongak dengan perlahan dan menatap Bhurek."Biantara! Kamu orang kepercayaan Wira yang bermartabat. Kamu pasti nggak mengira semua akan berakhir seperti ini, 'kan? Ini sudah karmamu karena berbuat jahat!""Untuk apa mengikuti orang seperti Wira? Dia cuma penguasa munafik! Kalau dia memang pria sejati, mana mungkin dia menyuruhmu kemari? Dia jelas-jelas tahu nggak bisa menang, tapi menyuruhmu mencari mati di sini! Semua itu cuma untuk menjaga reputasinya!" seru Bhurek sambil tersenyum.Biantara menggertakkan giginya dan menimpali, "Kamu kira semua orang sama hinanya sepertimu? Tuanku berniat datang, tapi kamu membuatn
Ekspresi Ciputra sontak berubah drastis. Dia bahkan bangkit dari ranjangnya.Bhurek bertanya dengan heran, "Yang Mulia, apa ada masalah?"Meskipun gagal membunuh Wira, mereka termasuk untung besar karena telah membunuh Biantara. Lantas, mengapa ekspresi Ciputra terlihat tidak senang, bahkan agak cemas?Ciputra menyahut dengan dingin, "Aku tahu hubungan Wira dan Biantara sangat baik. Aku juga tahu sepenting apa posisi Biantara. Wira dan Biantara sudah seperti saudara.""Setelah Wira kembali ke Dusun Darmadi dan mengetahui masalah ini, bukankah dia akan mengirim pasukan untuk berperang dengan kita? Cepat kerahkan pasukan! Wira nggak boleh kembali ke Dusun Darmadi! Dia harus mati!"Ciputra segera memberi perintah. Dia harus membasmi rumput sampai ke akarnya. Lantaran sudah melampaui batas toleransi Wira, mereka tidak boleh membiarkan Wira selamat atau konsekuensinya akan sangat fatal.Bhurek mengiakan. "Baik!"Bhurek tentu sependapat dengan Ciputra. Keduanya sama-sama menganggap Wira seba
"Biantara sangat berwaspada. Bisa dibilang, dia nggak pernah melakukan kesalahan. Dia bukan orang yang ceroboh. Gimana mungkin .... Ini nggak mungkin!" pekik Wira.Hubungan Wira dan Biantara sudah seperti saudara kandung. Selama bertahun-tahun ini, mereka melewati banyak rintangan bersama. Bantuan yang diberikan oleh Biantara tidak akan pernah bisa digantikan oleh orang lain.Ditambah lagi, jaringan mata-mata adalah mata Wira. Tanpa Biantara, jaringan mata-mata tidak mungkin bisa sehebat sekarang.Pria itu bersujud dan berkata sambil menangis, "Aku nggak mungkin berani berbohong. Semua yang kukatakan adalah fakta.""Aku juga baru kembali dari Kerajaan Beluana. Kami melihat dengan mata kepala sendiri tubuh Tuan Biantara tergeletak di atas genangan darah. Jasadnya digantung di tembok kota."Wira mengepalkan tangannya dengan erat dan meninju dinding di samping. Darah mengalir dari jari tangannya. Meskipun demikian, dia tidak merasa sakit. Matanya memerah, tubuhnya gemetaran."Hebat! Manus
"Tuan Alzam? Kamu juga sudah mendengar tentang kabar ini?" tanya Bhurek sambil mengernyit menatap Alzam."Ya. Pasukannya sangat ramai, bahkan Wira sudah mengirim surat untuk menyatakan perang. Raja sudah tahu tentang ini. Dia akan segera menemuimu.""Raja ingin berdamai dengan Wira, tapi sepertinya Wira nggak bakal menyetujuinya. Raja yang menyuruhku kemari. Kamu diperintahkan untuk membawa pasukan ke perbatasan dan bertindak sesuai situasi yang ada," timpal Alzam yang memegang dekret."Baik." Bhurek menerima dekret dan langsung memobilisasi pasukannya.Di sisi lain, total pasukan Wira ada 500 ribu orang. Mereka menuju ke Kerajaan Beluana dengan hati yang dipenuhi amarah.Semua ini baru pasukan garda depan. Selama beberapa tahun ini, Wira terus mengembangkan wilayahnya sehingga dia punya banyak pasukan.Lima ratus ribu prajurit ini sudah cukup untuk membuat Kerajaan Beluana kewalahan, jadi dia tidak perlu mengosongkan wilayahnya hanya untuk menyerang Kerajaan Beluana.Untungnya, ada Os
"Aku benar-benar sudah buta waktu itu. Gimana bisa aku memilihmu jadi jenderal besar? Lihat, semua ini akibat dari perbuatanmu. Sekarang situasi berada di luar kendali. Kamu bertanggung jawab atas semua ini!" hardik Ciputra dengan galak.Bhurek hanya bisa menunduk. Padahal, semua yang dilakukannya diinstruksi oleh Ciputra. Dia hanya tidak mengabari Ciputra saat diam-diam mengutus orang membunuh Danu.Meskipun begitu, setelah kejadian itu, Bhurek tetap mengakui kesalahannya kepada Ciputra. Bhurek juga tidak ingin situasi seperti ini terjadi. Namun, sekarang dia disalahkan atas semuanya sehingga hanya bisa diam ....Ciputra berkata, "Untuk sekarang, kita hanya bisa mengambil inisiatif untuk menyerah dan mencoba berdamai dengan Wira. Wira membawa banyak pasukan. Kalau berperang dengannya, kita pasti kalah."Alzam mengangguk dan menyahut, "Benar, aku rasa keputusan Yang Mulia sudah paling benar untuk sekarang.""Sekarang bukan waktunya kita berperang dengan Wira. Kalau perang benar-benar t
Ini namanya habis manis sepah dibuang!Sebagai Jenderal Besar Kerajaan Beluana, Bhurek bisa mendapatkan segala yang diinginkannya. Ciputra pun sangat menghargainya. Hampir seluruh keputusan dibuat oleh Bhurek. Ciputra selalu menurutinya.Kini, setelah terjadi masalah seperti ini, Ciputra mengambil inisiatif untuk mencampakkannya. Hal semacam ini tentu membuat Bhurek merasa kecewa. Namun, dia tidak mungkin membantah.Seperti yang dikatakan Ciputra, seluruh anggota keluarganya ada di Kerajaan Beluana. Jika Bhurek berani melakukan sesuatu yang berlebihan, dia mungkin bisa bertahan hidup, tetapi bagaimana dengan keluarganya?Hasilnya sudah sangat jelas .... Sesudah memikirkan semua ini, Bhurek menggertakkan giginya. Dia akhirnya tahu betapa berbahayanya para penguasa ini.Alzam juga tidak menduga Ciputra akan sekejam itu. Ciputra berkata, "Aku akan menulis surat dan mengirimkannya kepada Wira. Kuserahkan masalah ini kepada Tuan Alzam. Aku yakin kamu bisa mengatasinya dengan baik."Alzam me