Itu sebabnya, Agha tidak akan berbaik hati kepada mereka. Sekalipun Ciputra mengaku salah, mereka tetap harus membalaskan dendam Biantara!Apalagi, Alzam sangat fasih dalam berbicara. Orang seperti ini tidak boleh bertemu dengan Wira supaya tidak terjadi hal-hal di luar dugaan.Ekspresi Alzam tampak serbasalah. Dia berdiri diam di tempatnya dan tak kunjung pergi. Agha pun membentak dengan kesal, "Aku suruh kamu pergi! Kamu nggak punya telinga ya?"Saat ini, sekelompok prajurit di belakang tiba-tiba membuka jalan. Terlihat Wira berjalan mendekat. Begitu melihat Wira, tatapan Alzam dipenuhi antusiasme. Dia segera berkata, "Tuan Wira, akhirnya kamu keluar!"Wira melirik Alzam sekilas, lalu mengangguk ringan dan melambaikan tangan kepada prajuritnya. Karena ada Wira di sini, orang-orang tidak punya alasan untuk menghalangi Alzam lagi. Meskipun demikian, Agha masih menatap Alzam dengan tatapan penuh kebencian.Di mata Agha, siapa pun yang berkaitan dengan Kerajaan Beluana bukanlah orang bai
"Memang nggak bisa berakhir begitu saja. Tapi, mereka sudah mengirim utusan, kita setidaknya harus berpura-pura. Kita lihat sikap Ciputra dulu, baru kita buat keputusan lain," kata Wira dengan dingin.Setelah meninggalkan Dusun Darmadi, Wira tidak begitu bersemangat dan keadaannya juga tidak begitu baik. Semua ini karena kematian Biantara. Dia dan Biantara adalah saudara, bagaimana mungkin suasana hatinya bisa baik karena sekarang Biantara mati di Kerajaan Beluana. Untuk saat ini, satu-satunya hal yang bisa dia lakukan adalah balas dendam agar jiwa Biantara di surga bisa tenang.Ini juga bisa membuat semua orang di sekitar Wira merasa tenang dan tahu dia bukan orang yang tidak berperasaan. Sayangnya, dia tetap harus memikirkan kesejahteraan rakyat di seluruh sembilan provinsi. Jika perang kembali dimulai, tetap rakyat yang akan menderita. Usahanya selama bertahun-tahun ini juga akan sia-sia.Wira juga sulit untuk membuat keputusan.Di sisi lain, di dalam kota perbatasan Kerajaan Beluan
Semua pengikut Bhurek berpikir selama bisa menyelamatkan Bhurek, kelak pasti masih ada kesempatan untuk bangkit kembali. Sayangnya, dilihat dari sikapnya, jelas Bhurek tidak berniat untuk melanjutkan perlawanannya. Oleh karena itu, mereka semua pun merasa makin sedih.Bruk!Pada detik berikutnya, terlihat Bhurek langsung berlutut di lantai.Ciputra membelakangi Bhurek, tetapi dia juga mendengar suara dari belakangnya itu. Tanpa menoleh, dia berkata dengan nada dingin, "Bhurek, kamu benar-benar sangat hebat. Aku yang merupakan raja Kerajaan Beluana berdiri di sini pun orang-orang ini tetap nggak mendengar perintahku, bahkan siap untuk melawanku.""Kamu hanya mengatakan satu kata, mereka langsung mundur. Benar-benar luar biasa! Orang yang nggak tahu pun akan mengira Kerajaan Beluana ini adalah milikmu."Setelah muram cukup lama, Bhurek berkata, "Raja, kamu mungkin sudah salah paham. Mereka semua adalah saudara-saudara yang sudah berjuang mati-matian bersamaku. Bagaimanapun juga, mereka t
Setelah Bhurek berbicara, semua orang akhirnya tidak lanjut berbicara."Jenderal Bhurek pun sudah berkata seperti ini, aku akan menghargai permintaanmu. Aku nggak akan menyalahkan mereka, apalagi menghukum mereka. Sekarang Jenderal Bhurek harusnya nggak ada kekhawatiran lain lagi, 'kan?" kata Ciputra dengan dingin.Bhurek tersenyum pahit. "Nggak ada lagi ...."Awalnya, Bhurek berpikir dia sebagai jenderal besar tidak perlu sering hadir dalam rapat pagi dan berhubungan dengan para menteri, sehingga dia bisa tenang. Sayangnya, dia tetap membuat kesalahan dan terpuruk sampai seperti ini. Namun, sebenarnya ini juga karena dia sudah mengikuti tuan yang salah. Jika tidak, dia tidak mungkin akan berakhir tragis seperti ini."Bawa dia pergi dan kirim dia ke hadapan Wira bersama dengan jasad Biantara," kata Ciputra sambil melambaikan tangan dan berjalan masuk ke dalam istana.Seiring dengan perintah Alzam, beberapa prajurit menekan bahu Bhurek dan menyeretnya keluar dengan kasar.Para perwira y
Namun, Ciputra berpikir dia harus tetap waspada terhadap Wira. Begitu Kerajaan Beluana kosong dan tidak ada jenderal yang bisa diandalkan, apa yang harus dilakukannya jika Wira memimpin pasukan untuk menyerang Kerajaan Beluana?Selain itu, meskipun tidak ada Wira, masih ada kerajaan besar lainnya dan juga wilayah suku utara yang baru saja terbentuk. Semua ini adalah ancaman yang potensial."Aku juga memahami hal ini. Aku akan segera mencarikan kandidat yang cocok untuk membantu meringankan beban Raja," kata Alzam sambil memberi hormat.Ciputra menganggukkan kepala, lalu melambaikan tangan dan berkata dengan kesal, "Terlalu banyak hal yang terjadi hari ini, aku agak lelah. Aku serahkan urusan selanjutnya padamu. Setelah semuanya selesai, kamu baru beri tahu aku hasilnya saja. Kalau nggak ada hal lain lagi, kamu pergi saja dulu."Setelah merespons, Alzam segera meninggalkan tempat itu.Satu jam kemudian dan malam sudah tiba, Alzam dan rombongannya langsung menuju perkemahan Wira. Meskipu
"Ambil peta."Seiring dengan perintah Wira, Doddy meletakkan peta di hadapannya. Dia pun menunjuk Provinsi Yonggu dan menggambar lingkaran besar. "Kalian juga harus menyerahkan wilayah ini untukku."Mata Alzam langsung membelalak, jelas ini adalah permintaan yang sangat besar. Provinsi Yonggu ini terdiri dari sembilan kota pusat pemerintahan dan delapan belas kota. Dengan kata lain, mereka harus menyerahkan seluruh provinsi itu pada Wira.Meskipun Provinsi Yonggu tidak begitu makmur, wilayah itu adalah benteng pertahanan Kerajaan Beluana. Jika menyerahkan wilayah yang luas ini begitu saja, berarti Wira mendapat keuntungan besar.Alzam tidak mungkin bisa membuat keputusan sebesar ini, sehingga dia hanya bisa menelan ludah dan tidak berbicara. Meskipun hatinya penuh dengan keluhan, dia tidak berani menunjukkan perasaan dan ekspresi itu."Nggak bersedia?" tanya Wira dengan mengernyitkan alis saat melihat Alzam tidak menjawab.Agha maju dua langkah, lalu menyilangkan tangan di dadanya dan
Kata-kata Agha langsung mendapat dukungan dari yang lainnya. Mereka semua memiliki pikiran yang sama. Membunuh Bhurek saja tidak cukup dan harus membuatnya merasakan penderitaan yang luar biasa. Mereka ingin dia menyesali semua perbuatannya, bahkan menyesal telah dilahirkan di dunia ini."Hahaha!"Setelah mendengar perkataan itu, Bhurek tertawa terbahak-bahak. Ekspresinya sama sekali tidak terlihat takut, melainkan langsung berkata, "Ayo! Kalau aku yang sebagai seorang pria sejati benar-benar takut akan hal ini, hari ini aku nggak akan datang ke sini. Semua saudara-saudaraku sudah memintaku untuk memberontak, tapi aku nggak melakukannya.""Tahu kenapa? Karena aku juga seorang yang setia dan berani. Aku nggak pernah menyesal telah membunuh Biantara. Kita berbeda kubu, jadi aku tentu saja harus memikirkan tuanku. Kalau memberiku kesempatan untuk memilih lagi, aku juga akan tetap memilih seperti ini."Bhurek terus berteriak.Agha yang marah langsung maju dan menendang dada Bhurek, lalu be
"Bawa dia pergi." Wira tidak mempersulit Bhurek karena itu adalah tindakan rendahan. Setelah mendapat jawaban dari Ciputra, dia baru akan membuat keputusan.Setelah semua orang meninggalkan tenda utama, Wira duduk sendirian di depan meja untuk minum arak dan tetap tidak beristirahat. Sementara itu, peti mati Biantara berada tepat di depannya. Tadi semua orang berencana untuk mengangkat pergi peti mati itu, tetapi Wira mengatakan dia ingin menemani Biantara sebentar. Oleh karena itu, peti mati itu masih berada di sana."Kamu adalah saudara terbaikku dan juga mataku. Sudah banyak yang terjadi di antara kita dan memang tidak mudah sepanjang perjalanan ini. Tapi, aku nggak menyangka kamu nggak bisa menemaniku sampai akhir. Semua ini karena kelemahanku," kata Wira sambil minum dengan sedih. Setelah berjalan ke depan peti mati, dia langsung duduk dan matanya mulai basah.Wira kembali berkata, "Tenang saja, aku akan menemukan seseorang yang punya kemampuan yang sama denganmu agar dia bisa men
Wira beserta Adjie dan Nafis berjalan perlahan-lahan menuju kemah utama untuk kavaleri. Kemah untuk kavaleri dari Kerajaan Nuala letaknya berdampingan dengan kemah di tengah kota, sehingga saat ini mereka bisa melihat sudah ada banyak tali perangkap kuda yang terhampar di luar kemah tengah itu.Melihat begitu banyak tali perangkap kuda, Wira merasa agak bersemangat. Jika semua benda ini bisa diletakkan di Dataran Haloam, pasukan utara pasti akan kesulitan.Begitu memasuki kemah Pasukan Harimau, dua pria yang mengenakan zirah langsung menghentikan langkah Wira dan yang lainnya. Mereka membawa pedang militer di pinggang dan busur serta dua set anak panah di punggung mereka.Wira langsung mengeluarkan lencana dan berkata, "Aku ini Wira, aku ingin mengerahkan tiga ribu pasukan. Siapa yang memimpin di sini? Panggil dia ke sini untuk bertemu denganku."Orang yang membawa bendera biasanya adalah komandan utama pasukan. Di medan perang, dia akan bertarung mati-matian sambil mengangkat bendera.
Wira terlihat tertegun sejenak setelah mendengar laporan dari mata-mata, lalu dia tiba-tiba merasa sangat senang dan berkata, "Baiklah. Kalau begitu, kita jalankan sesuai rencana kita. Jenderal Trenggi, aku percayakan kota ini padamu."Trenggi menganggukkan kepala. Setelah itu, dia mengeluarkan sebuah lencana, lalu langsung menyerahkannya pada Wira dan berkata, "Tuan Wira, lencana ini bisa memungkinkanmu untuk langsung membawa pergi tiga ribu Pasukan Harimau. Untuk berjaga-jaga, aku serahkan wewenang untuk mengatur Pasukan Harimau ini padamu untuk sementara."Wira langsung tertegun sejenak saat mendengar perkataan Trenggi, jelas tidak menyangka Trenggi bisa begitu percaya padanya. Meskipun hubungannya dan Osman cukup baik, dia jarang berurusan dengan Trenggi sebelumnya.Namun, sekarang Trenggi malah langsung memberikan kesempatan besar ini pada Wira, sehingga dia benar-benar merasa sangat terharu. Meskipun lencana itu hanya bisa mengerahkan tiga ribu Pasukan Harimau, itu juga sudah ter
Tempat seperti Hutan Bambu Mayu memang sangat cocok untuk digunakan sebagai tempat penyergapan.Melihat tempat itu, Wira menganggukkan kepala dan berkata, "Kalau begitu, ini memang nggak bermasalah bagi kita. Tapi, aku penasaran, bagaimana kalau kita mengatur penyergapan di Hutan Bambu Mayu ini?"Mata Adjie langsung bersinar dan segera berkata, "Tuan, aku juga berpikir seperti itu. Kalau kita menyiapkan penyergapan di sini, pasukan musuh juga nggak akan bisa menemukan kita. Selama kita terus bertarung sambil melangkah mundur dan ditambah lagi adanya tali perangkap kuda, aku jamin mereka nggak akan selamat."Wira menganggukkan kepala. Jika memang seperti itu, rencana ini memang cukup baik. Namun, jika hanya sebatas itu saja, dia malah merasa ada sesuatu yang tidak beres. Setelah terdiam sejenak, dia sepertinya teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Aku merasa sepertinya ada yang kurang. Rencana ini akan berhasil kalau pasukan musuh mengejar kita.""Bagaimana kalau mereka memutusk
Mendengar perkataan itu, Agha yang di samping pun tersenyum dan berkata, "Tuan, tali untuk perangkap kuda ini ada. Saat aku dan Latif pergi membujuk orang-orang itu, kami menemukan banyak tali perangkap kuda di kemah utama di sana. Cukup untuk kita gunakan."Ekspresi Wira langsung terlihat senang, lalu menatap ke arah Latif.Latif pun tersenyum, lalu maju dan berkata, "Benar. Kami memang menemukan banyak tali perangkap kuda di sana, jadi ini bukan masalah lagi. Aku akan pergi menyuruh mereka untuk memindahkannya ke sini sekarang juga."Setelah berhasil membujuk para prajurit di dalam kita untuk menyerah, Latif memeriksa dan menemukan jumlah mereka tidak sampai sepuluh ribu orang. Meskipun jumlahnya masih kalah dibandingkan dengan pasukan Trenggi, jumlah ini juga tidak termasuk sedikit. Oleh karena itu, dia berniat menyerahkan tanggung jawab ini pada Agha untuk menghindari kesalahpahaman.Namun, setelah mendengar pemikiran itu, Wira langsung menyerahkan wewenang untuk memimpin para praj
Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi
Sepanjang perjalanan, Trenggi terus berpikir apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan Wira dari Provinsi Lowala. Namun, setelah bertemu Wira, dia merasa sangat terharu. Dia benar-benar tidak menyangka Wira begitu tampan dan karismatik, pantas saja banyak orang di sembilan provinsi yang merasa Wira sangat bisa diandalkan. Hari ini, dia membuktikan sendiri kabar itu memang benar.Setelah semua pasukan besar dari Kerajaan Nuala memasuki kota, Wira langsung memerintahkan bawahannya untuk menutup gerbang kota.....Di dalam kediaman wali kota, Wira menatap Trenggi dan para jenderalnya yang masuk. Latif dan Agha yang sebelumnya pergi untuk membujuk orang-orang di kota juga sudah kembali. Saat melihat Trenggi dan Hayam, semua orang basa-basi terlebih dahulu.Setelah itu, Wira menarik Latif dan berkata, "Ayo, aku perkenalkan kamu dulu. Ini adalah saudara baru kami. Kalau bukan karena dia, mungkin nyawa kami sudah tiada saat sedang bersembunyi di hutan. Untung saja dia bersedia membantu
Wira menatap Nafis dan berkata, "Tinggalkan satu mata-mata untuk memandu pasukan besar Jenderal Trenggi, yang lainnya kembali ke sini. Kirim mereka ke utara dan minta mereka untuk terus memantau gerakan di sana. Kalau mereka menemukan pasukan utara, segera laporkan ke sini.""Baik," jawab Nafis.Setelah keduanya pergi, Wira baru mencari peta. Setelah melihat bagian atas peta itu, dia berkata dengan tenang, "Sekarang kita belum tahu pasukan utara itu ada di mana. Tapi, kalau mereka bergerak dengan cepat dan menurut waktu yang diberi tahu Kunaf tadi, sekarang mereka harusnya sedang melintasi Pulau Hulu."Mengingat jenderal tangguh dari pihak musuh adalah Zaki yang merupakan tangan kanan Bimala, Wira berpikir apakah dia bisa menggunakan Zaki ini untuk mengancam Bimala agar menyerahkan Bobby. Meskipun sekarang dia belum mengetahui kabar tentang Bobby, Zaki sebagai tangan kanan Bimala ini seharusnya tahu. Jika bahkan hal ini pun tidak tahu, Zaki ini benar-benar tidak berguna.Saat sedang me
Semua orang tertegun sejenak saat mendengar perkataan Latif. Menurut mereka, sepuluh orang memang terlalu sedikit.Saat Latif hendak menjelaskan maksudnya, saat itu Wira malah berkata, "Benar, sepuluh orang memang terlalu sedikit. Lebih baik mengikuti saran Adjie, bawa 100 orang bersamamu saja. Kalau terjadi masalah, kalian juga bisa saling membantu."Latif yang merasa terharu oleh kata-kata Wira segera memberi hormat pada Wira, lalu berdiri dan berkata, "Tuan, kalian sudah salah paham, aku nggak ingin bertindak secara besar-besaran. Kalau bukan karena takut kamu akan khawatir atau nggak ada yang melaporkan padamu, aku bisa pergi ke sana sendirian.""Para prajurit ini nggak penting, yang perlu ditangani adalah wakil jenderal yang memimpin mereka. Dia adalah orang kepercayaan Kunaf. Sekarang Kunaf sudah ditangkap, mereka pasti nggak akan menyerah pada kita. Karena Kunaf ini memegang kekuasaan besar, jadi wakil jenderal ini lebih seperti boneka. Justru karena itulah, aku yakin bisa menan
Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah