Setelah masuk ke Gedung Asosiasi Puisi Naga, ada sebuah panggung segi delapan di tengah-tengah ruangan. Di sana, terletak tungku tembaga yang diukir dengan kata “Karya Besar Leluhur Agung”. Di bawah tungku, ada tiga tingkat tangga yang lebar. Di tingkat tertinggi, terdapat perlengkapan teh, meja kopi, dan bantal duduk berwarna kuning yang disediakan khusus untuk anggota keluarga kerajaan. Di tingkat tengah, ada peralatan yang hampir serupa, tetapi kualitasnya sedikit lebih buruk. Semua itu disediakan untuk juri. Di tingkat bawah, terdapat perlengkapan teh berwarna putih polos yang disediakan khusus untuk sarjana kerajaan. Di sisi lain, para sarjana provinsi tidak mendapatkan apa-apa selain bantal duduk. Ini adalah perbedaan tingkatan kelas sosial yang sudah menyebar ke setiap celah kehidupan.Wira sudah menemukan tempat duduknya. Meskipun berada di tingkat kedua, posisinya ada di sudut. Berhubung masih belum ada yang menempati tempat duduk, Wira juga tidak terburu-buru untuk masuk. D
Orang itu adalah Prefektur Kota Pusat Pemerintahan Jagabu, Sinardi Jaya. Dia termasuk pejabat tingkat keempat bawah.Ada banyak sarjana provinsi yang menghampiri Sinardi untuk memberi hormat. Sinardi pun mengangguk sambil tersenyum ramah. Dia sama sekali tidak terlihat sombong. Banyu juga menjadi lebih santai. Dia sudah memberi sogokan sebesar lima juta gabak kepada Sinardi. Saat kompetisi dimulai, Sinardi akan membantunya.Tap, tap, tap ....Tiba-tiba, terdengar derap kaki kuda yang cepat. Kemudian, sekelompok orang berkuda mendekat dengan cepat. Di paling depan, ada seorang pemuda yang berpakaian mewah. Di belakang pemuda itu, ada sekelompok prajurit berkuda yang mengenakan zirah.“Komandan Chandika sudah tiba!” Sebelum kelompok prajurit berkuda itu tiba di depan pintu, pengawal penjaga pintu sudah melaporkan kedatangan mereka.Pada detik berikutnya, Sinardi dan Farhan buru-buru turun dari panggung untuk menyambutnya. Ada banyak sarjana provinsi yang juga mengikuti mereka. Bahkan Ba
Setelah mendengar ucapan Wira, para sarjana provinsi langsung terkejut dan merasa Wira sangat pandai berbicara. Di sisi lain, mata Farhan, Farrel, dan gadis berpakaian ungu langsung berbinar. Sementara itu, Sinardi dan Chandika mengerutkan kening. Kemudian, mereka melirik ke belakang dengan tatapan dingin.Banyu yang berada di belakang langsung memucat dan berkeringat dingin. Di kompetisi ini, orang yang bisa membuat orang lain tunduk dengan bakat sastranya adalah orang yang paling dihormati. Siapa pun yang berani mengungkit tentang status dan kedudukan akan dimaki oleh semua pelajar di dunia.Tadi, Banyu sudah terlalu terburu-buru sehingga dia menyinggung tentang status Chandika, Sinardi, dan Farhan tanpa berpikir panjang. Dia juga bermaksud untuk menyingkirkan Wira dengan bantuan Chandika. Ini adalah pelanggaran yang besar dalam Kompetisi Puisi Naga.Saat suasananya memanas, tiba-tiba terdengar suara teriakan pengawal.“Pak Putro sudah tiba!”“Pak Gading sudah tiba!”“Pak Ismanto sud
Putro memang merupakan penyelenggara kompetisi ini, tetapi orang yang benar-benar bekerja adalah Sinardi.Sinardi bangkit dan berkata, “Pak Putro, tolong usulkan tema untuk kompetisi kali ini!”Glup! Putro meneguk araknya, lalu menjawab dengan acuh tak acuh, “Kompetisi kali ini nggak punya tema tertentu. Semua orang bebas berkreasi dan menampilkan karya baru mereka untuk mendapatkan hadiah terbaik!”Ada banyak sarjana provinsi yang langsung gembira. Jika ada tema yang ditetapkan, mereka harus menciptakan puisi di tempat. Ini merupakan hal yang sangat sulit. Namun, jika temanya bebas, mereka bisa menampilkan puisi yang sudah pernah mereka tulis pada hari biasa.“Ide bagus!” Tiga pria tua lainnya juga mengangguk sambil tersenyum.Puisi dapat digunakan untuk menguji kecerdasan seseorang, tetapi menciptakan sebuah puisi yang bagus sangatlah sulit. Para sarjana provinsi yang berpartisipasi dalam kompetisi kali ini lebih sedikit. Jadi, persyaratannya mau tak mau harus dilonggarkan.“Emm!” W
Wira yang langsung setuju dan bahkan terlihat sangat bersemangat pun membuat semua orang tercengang.Di sisi lain, Dian malah menunduk. Dia sangat yakin Wira bisa melakukan apa saja. Namun, dia benar-benar tidak yakin Wira mampu menciptakan puisi. Puisi adalah bentuk sastra. Orang yang memiliki bakat menciptakan puisi pasti sudah terkenal dari dulu. Namun, Wira bahkan tidak terkenal di Kabupaten Uswal.Berhubung semuanya berjalan sesuai rencana, Banyu pun berkata dengan sok adil, “Demi keadilan, kita persilakan Pak Sinardi untuk memberikan temanya. Semua orang akan menciptakan puisi sesuai dengan tema itu!”Wira menjawab dengan acuh tak acuh, “Oke!”Sinardi berkata, “Kalian semua adalah sarjana provinsi Nuala. Tidak lama lagi, kalian akan menjadi pejabat dan bahkan melayani kerajaan. Saat ini, kita dihadapkan dengan ancaman musuh dan istana juga sedang kesulitan. Kita digaji oleh kerajaan dan memiliki kepedulian terhadap istana. Kita tetapkan saja ‘berbagi kekhawatiran dengan istana’ s
Setelah tiba di Gedung Asosiasi Puisi Naga, Harsa melihat adik iparnya itu duduk di kursi juri. Dia pun merasa sangat malu karena harus dinilai oleh Wira.Di sisi lain, Banyu langsung memucat. Dia menggumamkan puisi itu, lalu berkomentar, “Meskipun puisi ini cukup bagus, isinya penuh dengan kekecewaan dan ketidakpuasan. Itu masih nggak sesuai dengan te ....”“Rasa malu dari zaman dulu masih menghantuiku, kapan kebencian ini akan sirna? Aku ingin menunggangi kuda melintasi perbatasan musuh, memukul mundur musuh, dan mendapatkan kembali tanah yang hilang. Setelah meraih kemenangan, aku akan kembali untuk mengabdi kepada Raja!” Wira melafalkan lanjutan puisi itu dengan penuh semangat.Ini adalah puisi yang pernah Wira baca sebelumnya. Dia hanya mengubah beberapa konteks sesuai dengan situasi saat ini.Seluruh ruangan pun menjadi hening. Pada detik berikutnya, para sarjana provinsi menyerbu ke arah Wira. Mereka semua sudah tidak merasa malu untuk meminta bimbingan pada Wira meskipun dia ma
Wira juga tidak membuang-buang waktu lagi. Dia menghunuskan Pedang Treksha, lalu memberikannya kepada Danu agar Danu bisa langsung menunjukkannya.Danu menebas dua kali, lalu golok prajurit itu langsung terbelah dua dan 60 lapis baju zirah beserta mejanya juga terbelah.Setelah menyaksikan adegan ini, semua orang langsung tercengang.Wira mengambil kembali Pedang Treksha itu, lalu menunjukkan bilah pedang yang masih mulus. Kemudian, Danu memungut golok dan baju zirah yang terbelah untuk menunjukkan belahan yang rapi.“Pedang itu mampu menembus 60 lapis baju zirah? Hebat sekali! Pedang itu bahkan bisa dijuluki sebagai senjata ajaib!”Sebagian besar orang yang hadir adalah sastrawan. Mereka pada dasarnya tidak tertarik pada pedang. Namun, saat ini, mereka juga terpukau.Di sisi lain, gadis berpakaian ungu dan Chandika tidak bisa memalingkan pandangan mereka dari Pedang Treksha, seolah-olah jiwa mereka sudah direbut Pedang Treksha tersebut.Harsa juga sangat tercengang karena tidak tahu d
Beberapa sarjana provinsi yang berasal dari keluarga besar juga menyatakan ketertarikan mereka. Baik dijadikan warisan keluarga ataupun hadiah, pedang setajam ini sangatlah bernilai. Bahkan Banyu yang sangat membenci Wira juga memberi isyarat pada seorang sarjana provinsi untuk maju dan menunjukkan minatnya. Dalam sekejap, orang yang ingin membeli Pedang Treksha sudah melebihi 10 orang.“Terima kasih atas minatnya. Tapi, orang yang tertarik pada pedang ini sangat banyak, sedangkan jumlah pedang sangat terbatas. Aku hanya bisa menjualnya kepada penawar tertinggi!” Wira sangat puas melihat reaksi orang-orang. Ternyata menjual pedang memang harus di tempat yang tepat.Ada seorang sarjana provinsi yang terlebih dahulu bersuara, “Seratus juta gabak!”Di pasaran, pedang biasa tidak bernilai. Namun, harga pedang yang istimewa bisa mencapai satu juta dan bahkan sepuluh juta gabak. Senjata ajaib ini paling tidak bernilai 10 kali lipat dari tinggi dari pedang-pedang itu.“Seratus lima puluh jut