Danu dan Nafis hanya diam. Situasi masih belum sepenuhnya aman, jadi mereka harus mengawal Wira. Meskipun Biantara telah membuka jalan untuk mereka, mereka tetap harus memastikan semuanya aman untuk Wira.Wira tidak berbicara. Jari tangannya terus mengetuk keningnya. Wajahnya tampak sangat murung. Orang-orang pun menatap Wira, menunggu perintah darinya.Mereka tahu Wira adalah orang yang mementingkan budi dan hubungan. Mereka juga tahu mereka tidak akan bisa selamat jika kembali ke Kerajaan Beluana.Tindakan Agha dan Doddy yang menawarkan diri telah membuktikan betapa besarnya kesetiaan mereka terhadap Wira. Mereka tahu mereka akan mati, tetapi tetap mempertaruhkan nyawa mereka."Begini saja, Danu dan Nafis bawa Dewina dan Thalia pulang. Biantara sudah membuka jalan untuk kita, jadi kita ikuti saja instruksinya.""Kemudian, aku, Agha, dan Doddy akan kembali ke Kerajaan Beluana untuk menolong anak itu," ujar Wira dengan tegas. Dia tidak mungkin membiarkan Agha dan Doddy berada dalam bah
"Semua ini demi kebaikan Tuan Wira. Kalau Tuan Wira sudah bertekad, dia pasti akan kembali ke Kerajaan Beluana. Kalian juga nggak ingin melihatnya berada dalam bahaya, 'kan?" tanya Danu.Semua orang mengangguk. Mereka bisa memahami maksud Danu. Semua yang ada di sini adalah sahabat yang pernah melewati rintangan bersama Wira.Faktanya, jika dibandingkan dengan keselamatan seluruh rakyat, mereka lebih mengutamakan keselamatan Wira. Mereka susah payah berada di titik ini, jadi tidak boleh sampai hancur karena ibu dan anak itu, apalagi mengorbankan Wira.Thalia segera berkata, "Yang kamu lakukan sudah benar. Kalau Wira menyalahkanmu, kami pasti akan membelamu mati-matian."Danu merasa terharu. Agha berucap dengan tegas, "Kalau begitu, kita turuti instruksi Kak Wira. Aku dan Kak Doddy akan kembali ke Kerajaan Beluana untuk menolong mereka, kalian kembali ke Dusun Darmadi secepat mungkin."Agha tahu posisi Wira, juga tahu ambisinya. Sejak mengikuti Wira, Agha bukan hanya menganggap Wira seb
"Baiklah. Karena kamu sudah datang, kami nggak akan berebutan denganmu. Biar kamu saja yang membawa pasukan ke Kerajaan Beluana.""Jaga dirimu baik-baik. Bhurek seharusnya sudah memasang perangkap. Kalau lengah, takutnya kamu akan berada dalam bahaya besar. Sampai ketemu lagi di Dusun Darmadi," pesan Danu yang menepuk bahu Biantara.Situasi kali ini berbeda dari biasanya. Kali ini, Bhurek seperti kehilangan akal sehatnya dan bersikeras ingin membunuh mereka.Bhurek berani mengambil tindakan seperti ini pasti karena sudah membuat persiapan matang. Jika tidak berhati-hati, Biantara dan pasukannya bisa gugur.Namun, Biantara cerdas dan banyak akal. Bawahannya juga hebat, apalagi jaringan mata-mata ahli dalam bersembunyi dan mengumpulkan informasi. Mereka adalah kekuatan nomor satu Wira.Jadi, memilih Biantara ke Kerajaan Beluana adalah pilihan terbaik. Setelah mencapai kesepakatan, mereka pun berpisah. Sebagian menuju ke Dusun Darmadi, sebagian menuju ke Kerajaan Beluana.Saat ini, di kot
"Kita sudah menunggu lumayan lama. Nggak mungkin Wira nggak mendapat informasi, 'kan?" Bhurek mulai kehilangan kesabarannya setelah menunggu 2 jam lagi.Langit sudah gelap, tetapi Wira tak kunjung tiba. Ada kemungkinan Wira tidak melihat pengumuman itu. Jika benar seperti itu, bukankah usaha mereka akan sia-sia?Alzam tampak mengernyit merenungkan sesuatu. Bhurek tiba-tiba berkata, "Kalau Wira memang nggak datang, kita bunuh saja anak ini. Kemudian, kita kerahkan pasukan untuk mencari jejak Wira."Selesai berbicara, Bhurek mengangkat tangannya dan memberi perintah, "Prajurit, penggal kepala anak ini!"Rakyat sontak berlutut untuk memohon."Jenderal, jangan bunuh anak itu!""Dia cuma anak kecil! Dia bahkan belum 10 tahun!""Jenderal, tindakanmu ini terlalu kejam!"Ibu anak itu sudah mati tragis. Masa Bhurek ingin membunuh anak itu lagi? Perbuatan ini sungguh tidak masuk akal dan tidak bisa diterima!Bhurek berdiri di hadapan semua orang dan berucap dengan dingin, "Aku juga tahu dia masi
Suara ini ....Mata Bhurek sontak berbinar-binar. Dia memandang ke arah sumber suara. Itu Biantara!Setengah jam lalu, Biantara sudah bergabung dengan kerumunan. Hanya saja, dia belum terpikir akan cara terbaik untuk membawa anak itu pergi.Biantara mengira Bhurek menangkap anak itu hanya untuk memancing mereka datang. Siapa sangka, Bhurek benar-benar ingin membunuhnya. Dugaan Biantara sudah salah. Bhurek memang berengsek!Karena situasi mendesak, Biantara pun berteriak untuk menolong anak itu. Ketika dalam perjalanan kemari, Biantara sudah memahami seluk-beluk kejadiannya.Tanpa bantuan ibu dan anak ini, Wira dan lainnya mungkin sudah ditangkap oleh Bhurek. Sekalipun tidak menjadi tawanan Bhurek, perang akan terjadi. Itu sebabnya, Biantara harus menolong anak itu."Bawahan Wira akhirnya datang! Itu Biantara! Dia adalah mata Wira. Asalkan membunuhnya, Wira pasti akan menderita kerugian besar!" gumam Bhurek dengan girang."Bunuh dia!" Bhurek tiba-tiba memberi perintah. Para prajurit yan
Di luar lapangan, terlihat banyak pasukan mengepung. Sementara itu, di dalam ada banyak prajurit yang menyerang Biantara dan bawahannya tanpa henti.Di bawah serangan yang bertubi-tubi, sebagian besar bawahan Biantara gugur. Dalam waktu kurang dari sejam, hanya tersisa Biantara seorang.Biantara menatap para bawahannya yang tergeletak di tanah. Matanya berkaca-kaca. Dia mendongak dengan perlahan dan menatap Bhurek."Biantara! Kamu orang kepercayaan Wira yang bermartabat. Kamu pasti nggak mengira semua akan berakhir seperti ini, 'kan? Ini sudah karmamu karena berbuat jahat!""Untuk apa mengikuti orang seperti Wira? Dia cuma penguasa munafik! Kalau dia memang pria sejati, mana mungkin dia menyuruhmu kemari? Dia jelas-jelas tahu nggak bisa menang, tapi menyuruhmu mencari mati di sini! Semua itu cuma untuk menjaga reputasinya!" seru Bhurek sambil tersenyum.Biantara menggertakkan giginya dan menimpali, "Kamu kira semua orang sama hinanya sepertimu? Tuanku berniat datang, tapi kamu membuatn
Ekspresi Ciputra sontak berubah drastis. Dia bahkan bangkit dari ranjangnya.Bhurek bertanya dengan heran, "Yang Mulia, apa ada masalah?"Meskipun gagal membunuh Wira, mereka termasuk untung besar karena telah membunuh Biantara. Lantas, mengapa ekspresi Ciputra terlihat tidak senang, bahkan agak cemas?Ciputra menyahut dengan dingin, "Aku tahu hubungan Wira dan Biantara sangat baik. Aku juga tahu sepenting apa posisi Biantara. Wira dan Biantara sudah seperti saudara.""Setelah Wira kembali ke Dusun Darmadi dan mengetahui masalah ini, bukankah dia akan mengirim pasukan untuk berperang dengan kita? Cepat kerahkan pasukan! Wira nggak boleh kembali ke Dusun Darmadi! Dia harus mati!"Ciputra segera memberi perintah. Dia harus membasmi rumput sampai ke akarnya. Lantaran sudah melampaui batas toleransi Wira, mereka tidak boleh membiarkan Wira selamat atau konsekuensinya akan sangat fatal.Bhurek mengiakan. "Baik!"Bhurek tentu sependapat dengan Ciputra. Keduanya sama-sama menganggap Wira seba
"Biantara sangat berwaspada. Bisa dibilang, dia nggak pernah melakukan kesalahan. Dia bukan orang yang ceroboh. Gimana mungkin .... Ini nggak mungkin!" pekik Wira.Hubungan Wira dan Biantara sudah seperti saudara kandung. Selama bertahun-tahun ini, mereka melewati banyak rintangan bersama. Bantuan yang diberikan oleh Biantara tidak akan pernah bisa digantikan oleh orang lain.Ditambah lagi, jaringan mata-mata adalah mata Wira. Tanpa Biantara, jaringan mata-mata tidak mungkin bisa sehebat sekarang.Pria itu bersujud dan berkata sambil menangis, "Aku nggak mungkin berani berbohong. Semua yang kukatakan adalah fakta.""Aku juga baru kembali dari Kerajaan Beluana. Kami melihat dengan mata kepala sendiri tubuh Tuan Biantara tergeletak di atas genangan darah. Jasadnya digantung di tembok kota."Wira mengepalkan tangannya dengan erat dan meninju dinding di samping. Darah mengalir dari jari tangannya. Meskipun demikian, dia tidak merasa sakit. Matanya memerah, tubuhnya gemetaran."Hebat! Manus