Johan berkata sambil tersenyum, “Ini semua berkat bantuan Tuan Sanur!”Kedua orang itu pun tertawa sombong.“Tuan Sanur, gawat!” Seorang pengawal berlari masuk dengan terburu-buru dan melapor, “Kepala petugas patroli sedang membawa sekelompok orang untuk datang menangkap Pak Johan atas percobaan pembunuhan. Dari 12 pembunuh bayaran, 8 orang sudah mati, 1 orang tertangkap, dan 1 lagi berhasil melarikan diri. Yang tertangkap itu pemimpinnya. Dia sudah mengaku siapa dalangnya sehingga pengadilan punya bukti dan saksi.”“Mereka mau menangkap Pak Johan untuk diadili, juga meminta Tuan Sanur untuk ikut pergi ke pengadilan agar bisa diinterogasi. Mereka bilang Tuan Sanur mungkin juga adalah dalangnya.”Prang! Tubuh Sanur yang gemuk pun gemetar hebat. Cangkir teh yang digenggamnya jatuh ke lantai dan hancur berkeping-keping.Bruk! Johan terjatuh ke lantai dengan wajah pucat dan bergumam, “Nggak mungkin! Mana mungkin? Aku sudah menyelidiki mereka dengan teliti. Dari 11 orang yang dibawa bocah i
Sanur berteriak, “Ada masalah apa lagi?”Ada masalah apa lagi yang lebih besar daripada percobaan pembunuhan yang gagal dan pemberontakan penduduk Desa Fica?Pengawal itu berbisik, “Ada pengumuman yang sudah tersebar di seluruh kota. Isinya, Keluarga Yumandi membeli kupon garam dan kutipan garam dengan harga masing-masing 5 gabak, juga garam dengan harga 4 gabak. Totalnya hanya 14 gabak, tapi kita malah menjualnya dengan harga 35 gabak dan mengambil keuntungan 21 gabak per setengah kilogram!”“Siapa yang menempel pengumuman itu? Ini pasti ulah si Wira!” Sanur bertanya dengan marah, “Memangnya kenapa kalau Keluarga Yumandi mengambil keuntungan 21 gabak per setengah kilogram? Dia kira dengan memprovokasi rakyat, dia bisa menggoyahkan kedudukan Keluarga Yumandi?”Selain membeli garam, kutipan garam, dan kupon garam, Keluarga Yumandi masih perlu menyogok pejabat dan distributor juga perlu mendapatkan keuntungan. Dari 21 gabak itu, Keluarga Yumandi hanya mendapatkan keuntungan bersih 10 gab
Pengemis di kota ini tak terhitung jumlahnya. Begitu mendengar bisa menagih utang leluhur mereka dari Keluarga Yumandi, semua orang pun ingin mencobanya.Saat ini, Sanur sangat menyesal karena sudah membantu Keluarga Silali untuk mempersulit Wira.“Tuan Sanur!” Pengawal itu langsung berteriak dengan panik, “Pelayan, Tuan Sanur memuntahkan darah gara-gara terlalu emosi. Cepat suruh dokter kemari!”Sebelum orang dari Keluarga Yumandi sempat keluar rumah, sekelompok pengemis sudah memblokir gerbang Kediaman Yumandi.“Di rumahku ada 20 orang, utang Keluarga Yumandi selama 100 tahun seharusnya 200 ribu gabak. Tapi, kalian nggak usah bayar sebanyak itu. Asal kalian membayarku 20 ribu gabak, aku akan pergi!”“Keluarga leluhurku 30 orang .... Berikan saja aku 30 ribu gabak!”“Keluarga Yumandi, kasih aku 10 ribu gabak! Kalau nggak, aku nggak akan pergi!”...Di Kediaman Gumilar.“Bajingan! Aku menyuruhmu mendukung Wahyudi, bukan membantunya mencari penulis untuk menuliskan pengumuman ini dan me
Pengumuman itu terbagi atas tiga bagian.[ Pedagang adalah penyebab kerugian. Itulah sebabnya orang terdahulu mengatakan pedagang adalah orang yang paling hina. Pedagang mengabaikan moral demi mendapatkan keuntungan pribadi dan sangat serakah.][ Fica yang berjarak 50 kilometer dari Kota Pusat Pemerintahan adalah tempat produksi garam, tetapi mereka harus membeli garam dengan harga 35 gabak per setengah kilogram. Padahal, jika menjumlahkan harga garam yang dijual pekerja di tambak garam dengan harga kupon garam dan kutipan garam, totalnya hanya 14 gabak. Keuntungan 21 gabak itu disimpan oleh Keluarga Yumandi sendiri .... ][ Setiap tahun, Fica memproduksi 15 juta kilogram garam. Dengan keuntungan 21 gabak per setengah kilogram, Keluarga Yumandi sudah menghasilkan 630 juta setiap tahunnya. Sampai sekarang, Keluarga Yumandi sudah memonopoli industri garam selama 100 tahun. Jadi, total keuntungan yang mereka dapatkan mencapai 63 miliar .... ][ Saat negara kekurangan uang, pemerintah seha
Rumah di sisi selatan Jalan Wubi di kota bagian barat adalah rumah besar yang luasnya sekitar 2.000 meter persegi. Di depan rumah ketiga, ada dua orang prajurit bersenjatakan tombak yang sedang berdiri dengan tegak dan waspada.Andi menenteng sebuah tas, lalu berhenti di depan rumah ketiga itu. Saat melihat kedua prajurit yang berdiri di sana, dia pun berkata, “Bisma, Cahyo, tolong beritahu Panglima Muda aku ingin menemuinya untuk membicarakan sesuatu!”Bisma menjawab dengan dingin, “Andi, pergilah. Panglima Muda nggak akan menemuimu. Sebagai pengawal pribadi Panglima Dirga, kamu malah menjadi pembunuh bayaran. Kamu sudah mempermalukan Panglima Dirga dan anggota Pasukan Zirah Hitam!”Ekspresi Andi langsung menjadi muram. Dia menjawab, “Aku tahu aku sudah mempermalukan Panglima Dirga dan anggota Pasukan Zirah Hitam, juga nggak layak bertemu dengan Panglima Muda. Tapi, tolong beri tahu Panglima Muda aku sudah bertemu dengan kedua putra Kak Hasan. Mereka menguasai teknik bela diri dan sed
Setelah tiba di dekat Kediaman Yumandi, Banyu langsung berteriak dengan murka, “Buka jalannya! Lukai saja mereka, tapi jangan sampai ada yang terbunuh!”Di depan Kediaman Yumandi, sekelompok besar pengemis, gelandangan, dan preman tidak berhenti berteriak. Mereka semua meminta Keluarga Yumandi mengembalikan uang mereka. Ada yang meminta 100 ribu gabak, tetapi sebagian besar meminta 10 ribu gabak.Delapan pengawal itu menghunuskan pedang mereka, lalu menerjang ke arah sekelompok orang itu.“Ah! Keluarga Yumandi mau membunuh kita! Cepat lari!”“Orang dari Keluarga Yumandi sudah gila! Sudah nggak kasih uang, malah mau membunuh orang!”Mendengar ada yang berteriak kesakitan, sekelompok orang pun berpencar. Mereka pada dasarnya adalah gelandangan, pengemis, dan orang miskin. Jadi, tidak ada seorang pun yang bernyali. Begitu melihat ada yang kabur, semua orang pun ketakutan dan ikut melarikan diri.Dalam sekejap, gerbang depan Kediaman Yumandi yang tadinya dipenuhi ratusan orang pun menjadi
Danu mengendarai sebuah kereta kuda sederhana, sedangkan Doddy dan yang lain menunggang kuda dan mengikuti dari samping.Wira sedang tidur di dalam kereta kuda. Sementara itu, Dian yang menyamar menjadi pelayan laki-laki tidak berhenti melirik Wira lagi.Dian benar-benar tidak mengerti kenapa Wira berani menyentuh fondasi Keluarga Yumandi dengan hanya mengandalkan kekuatannya sendiri. Wira mengunjungi 18 dusun di Fica dalam waktu semalam untuk membujuk para penduduk dan pemilik tambak garam. Dia juga menyuruh mereka untuk tidak menjual garam kepada Keluarga Yumandi apabila Keluarga Yumandi menolak untuk membeli garam dengan harga delapan gabak. Selain itu, reaksi dari pengumuman di kota pusat pemerintahan juga sangat mengejutkan Dian. Dia tidak menyangka cara seperti itu juga bisa digunakan untuk menyerang musuh.Saat ini, Dian sudah menjadi seperti Danu, Doddy, dan orang-orang lainnya dari Dusun Darmadi. Dia percaya Wira bisa melakukan apa pun yang diinginkannya. Bagaimanapun juga, W
Setelah masuk ke Gedung Asosiasi Puisi Naga, ada sebuah panggung segi delapan di tengah-tengah ruangan. Di sana, terletak tungku tembaga yang diukir dengan kata “Karya Besar Leluhur Agung”. Di bawah tungku, ada tiga tingkat tangga yang lebar. Di tingkat tertinggi, terdapat perlengkapan teh, meja kopi, dan bantal duduk berwarna kuning yang disediakan khusus untuk anggota keluarga kerajaan. Di tingkat tengah, ada peralatan yang hampir serupa, tetapi kualitasnya sedikit lebih buruk. Semua itu disediakan untuk juri. Di tingkat bawah, terdapat perlengkapan teh berwarna putih polos yang disediakan khusus untuk sarjana kerajaan. Di sisi lain, para sarjana provinsi tidak mendapatkan apa-apa selain bantal duduk. Ini adalah perbedaan tingkatan kelas sosial yang sudah menyebar ke setiap celah kehidupan.Wira sudah menemukan tempat duduknya. Meskipun berada di tingkat kedua, posisinya ada di sudut. Berhubung masih belum ada yang menempati tempat duduk, Wira juga tidak terburu-buru untuk masuk. D