Pengumuman itu terbagi atas tiga bagian.[ Pedagang adalah penyebab kerugian. Itulah sebabnya orang terdahulu mengatakan pedagang adalah orang yang paling hina. Pedagang mengabaikan moral demi mendapatkan keuntungan pribadi dan sangat serakah.][ Fica yang berjarak 50 kilometer dari Kota Pusat Pemerintahan adalah tempat produksi garam, tetapi mereka harus membeli garam dengan harga 35 gabak per setengah kilogram. Padahal, jika menjumlahkan harga garam yang dijual pekerja di tambak garam dengan harga kupon garam dan kutipan garam, totalnya hanya 14 gabak. Keuntungan 21 gabak itu disimpan oleh Keluarga Yumandi sendiri .... ][ Setiap tahun, Fica memproduksi 15 juta kilogram garam. Dengan keuntungan 21 gabak per setengah kilogram, Keluarga Yumandi sudah menghasilkan 630 juta setiap tahunnya. Sampai sekarang, Keluarga Yumandi sudah memonopoli industri garam selama 100 tahun. Jadi, total keuntungan yang mereka dapatkan mencapai 63 miliar .... ][ Saat negara kekurangan uang, pemerintah seha
Rumah di sisi selatan Jalan Wubi di kota bagian barat adalah rumah besar yang luasnya sekitar 2.000 meter persegi. Di depan rumah ketiga, ada dua orang prajurit bersenjatakan tombak yang sedang berdiri dengan tegak dan waspada.Andi menenteng sebuah tas, lalu berhenti di depan rumah ketiga itu. Saat melihat kedua prajurit yang berdiri di sana, dia pun berkata, “Bisma, Cahyo, tolong beritahu Panglima Muda aku ingin menemuinya untuk membicarakan sesuatu!”Bisma menjawab dengan dingin, “Andi, pergilah. Panglima Muda nggak akan menemuimu. Sebagai pengawal pribadi Panglima Dirga, kamu malah menjadi pembunuh bayaran. Kamu sudah mempermalukan Panglima Dirga dan anggota Pasukan Zirah Hitam!”Ekspresi Andi langsung menjadi muram. Dia menjawab, “Aku tahu aku sudah mempermalukan Panglima Dirga dan anggota Pasukan Zirah Hitam, juga nggak layak bertemu dengan Panglima Muda. Tapi, tolong beri tahu Panglima Muda aku sudah bertemu dengan kedua putra Kak Hasan. Mereka menguasai teknik bela diri dan sed
Setelah tiba di dekat Kediaman Yumandi, Banyu langsung berteriak dengan murka, “Buka jalannya! Lukai saja mereka, tapi jangan sampai ada yang terbunuh!”Di depan Kediaman Yumandi, sekelompok besar pengemis, gelandangan, dan preman tidak berhenti berteriak. Mereka semua meminta Keluarga Yumandi mengembalikan uang mereka. Ada yang meminta 100 ribu gabak, tetapi sebagian besar meminta 10 ribu gabak.Delapan pengawal itu menghunuskan pedang mereka, lalu menerjang ke arah sekelompok orang itu.“Ah! Keluarga Yumandi mau membunuh kita! Cepat lari!”“Orang dari Keluarga Yumandi sudah gila! Sudah nggak kasih uang, malah mau membunuh orang!”Mendengar ada yang berteriak kesakitan, sekelompok orang pun berpencar. Mereka pada dasarnya adalah gelandangan, pengemis, dan orang miskin. Jadi, tidak ada seorang pun yang bernyali. Begitu melihat ada yang kabur, semua orang pun ketakutan dan ikut melarikan diri.Dalam sekejap, gerbang depan Kediaman Yumandi yang tadinya dipenuhi ratusan orang pun menjadi
Danu mengendarai sebuah kereta kuda sederhana, sedangkan Doddy dan yang lain menunggang kuda dan mengikuti dari samping.Wira sedang tidur di dalam kereta kuda. Sementara itu, Dian yang menyamar menjadi pelayan laki-laki tidak berhenti melirik Wira lagi.Dian benar-benar tidak mengerti kenapa Wira berani menyentuh fondasi Keluarga Yumandi dengan hanya mengandalkan kekuatannya sendiri. Wira mengunjungi 18 dusun di Fica dalam waktu semalam untuk membujuk para penduduk dan pemilik tambak garam. Dia juga menyuruh mereka untuk tidak menjual garam kepada Keluarga Yumandi apabila Keluarga Yumandi menolak untuk membeli garam dengan harga delapan gabak. Selain itu, reaksi dari pengumuman di kota pusat pemerintahan juga sangat mengejutkan Dian. Dia tidak menyangka cara seperti itu juga bisa digunakan untuk menyerang musuh.Saat ini, Dian sudah menjadi seperti Danu, Doddy, dan orang-orang lainnya dari Dusun Darmadi. Dia percaya Wira bisa melakukan apa pun yang diinginkannya. Bagaimanapun juga, W
Setelah masuk ke Gedung Asosiasi Puisi Naga, ada sebuah panggung segi delapan di tengah-tengah ruangan. Di sana, terletak tungku tembaga yang diukir dengan kata “Karya Besar Leluhur Agung”. Di bawah tungku, ada tiga tingkat tangga yang lebar. Di tingkat tertinggi, terdapat perlengkapan teh, meja kopi, dan bantal duduk berwarna kuning yang disediakan khusus untuk anggota keluarga kerajaan. Di tingkat tengah, ada peralatan yang hampir serupa, tetapi kualitasnya sedikit lebih buruk. Semua itu disediakan untuk juri. Di tingkat bawah, terdapat perlengkapan teh berwarna putih polos yang disediakan khusus untuk sarjana kerajaan. Di sisi lain, para sarjana provinsi tidak mendapatkan apa-apa selain bantal duduk. Ini adalah perbedaan tingkatan kelas sosial yang sudah menyebar ke setiap celah kehidupan.Wira sudah menemukan tempat duduknya. Meskipun berada di tingkat kedua, posisinya ada di sudut. Berhubung masih belum ada yang menempati tempat duduk, Wira juga tidak terburu-buru untuk masuk. D
Orang itu adalah Prefektur Kota Pusat Pemerintahan Jagabu, Sinardi Jaya. Dia termasuk pejabat tingkat keempat bawah.Ada banyak sarjana provinsi yang menghampiri Sinardi untuk memberi hormat. Sinardi pun mengangguk sambil tersenyum ramah. Dia sama sekali tidak terlihat sombong. Banyu juga menjadi lebih santai. Dia sudah memberi sogokan sebesar lima juta gabak kepada Sinardi. Saat kompetisi dimulai, Sinardi akan membantunya.Tap, tap, tap ....Tiba-tiba, terdengar derap kaki kuda yang cepat. Kemudian, sekelompok orang berkuda mendekat dengan cepat. Di paling depan, ada seorang pemuda yang berpakaian mewah. Di belakang pemuda itu, ada sekelompok prajurit berkuda yang mengenakan zirah.“Komandan Chandika sudah tiba!” Sebelum kelompok prajurit berkuda itu tiba di depan pintu, pengawal penjaga pintu sudah melaporkan kedatangan mereka.Pada detik berikutnya, Sinardi dan Farhan buru-buru turun dari panggung untuk menyambutnya. Ada banyak sarjana provinsi yang juga mengikuti mereka. Bahkan Ba
Setelah mendengar ucapan Wira, para sarjana provinsi langsung terkejut dan merasa Wira sangat pandai berbicara. Di sisi lain, mata Farhan, Farrel, dan gadis berpakaian ungu langsung berbinar. Sementara itu, Sinardi dan Chandika mengerutkan kening. Kemudian, mereka melirik ke belakang dengan tatapan dingin.Banyu yang berada di belakang langsung memucat dan berkeringat dingin. Di kompetisi ini, orang yang bisa membuat orang lain tunduk dengan bakat sastranya adalah orang yang paling dihormati. Siapa pun yang berani mengungkit tentang status dan kedudukan akan dimaki oleh semua pelajar di dunia.Tadi, Banyu sudah terlalu terburu-buru sehingga dia menyinggung tentang status Chandika, Sinardi, dan Farhan tanpa berpikir panjang. Dia juga bermaksud untuk menyingkirkan Wira dengan bantuan Chandika. Ini adalah pelanggaran yang besar dalam Kompetisi Puisi Naga.Saat suasananya memanas, tiba-tiba terdengar suara teriakan pengawal.“Pak Putro sudah tiba!”“Pak Gading sudah tiba!”“Pak Ismanto sud
Putro memang merupakan penyelenggara kompetisi ini, tetapi orang yang benar-benar bekerja adalah Sinardi.Sinardi bangkit dan berkata, “Pak Putro, tolong usulkan tema untuk kompetisi kali ini!”Glup! Putro meneguk araknya, lalu menjawab dengan acuh tak acuh, “Kompetisi kali ini nggak punya tema tertentu. Semua orang bebas berkreasi dan menampilkan karya baru mereka untuk mendapatkan hadiah terbaik!”Ada banyak sarjana provinsi yang langsung gembira. Jika ada tema yang ditetapkan, mereka harus menciptakan puisi di tempat. Ini merupakan hal yang sangat sulit. Namun, jika temanya bebas, mereka bisa menampilkan puisi yang sudah pernah mereka tulis pada hari biasa.“Ide bagus!” Tiga pria tua lainnya juga mengangguk sambil tersenyum.Puisi dapat digunakan untuk menguji kecerdasan seseorang, tetapi menciptakan sebuah puisi yang bagus sangatlah sulit. Para sarjana provinsi yang berpartisipasi dalam kompetisi kali ini lebih sedikit. Jadi, persyaratannya mau tak mau harus dilonggarkan.“Emm!” W
"Jaran sudah bertemu dengan kami. Tapi, sekarang dia bukan hanya nggak muncul di hadapanmu, dia juga nggak ada di sampingku. Jadi, kamu rasa dia pasti ada di mana sekarang?" kata Wira sambil terus memikirkan langkah selanjutnya karena dia tidak bisa terus terjebak di sana.Jumlah di pihak lawannya begitu banyak, Wira merasa dia pasti akan rugi jika bertarung dengan mereka di sana. Ditambah dengan banyaknya orang di sekitarnya, satu-satunya caranya untuk keluar dari sana adalah menggunakan taktik melarikan diri.Pada saat itu, pandangan Wira pun tertuju pada Wendi. Saat mereka dikepung Saka sebelumnya, Wendi mengeluarkan dua tabung bambu dari sakunya. Setelah menyebarkan isi tabungnya, bahkan orang-orang yang berdiri jauh dari mereka pun merasa matanya sakit. Sementara itu, orang yang berdiri lebih dekat dengan mereka, kebanyakan yang langsung kehilangan nyawanya.Jika bukan karena begitu, Wira juga tidak akan membiarkan Wendi ikut bersamanya. Wanita ini jauh lebih mengerikan dari yang
Wira dan lainnya berhasil segera melintasi Provinsi Tengah tanpa menarik perhatian siapa pun karena Wira memiliki peta. Namun, dia melihat beberapa pengumuman tentang mereka di luar tembok kota. Sepertinya, Saka merasa tidak cukup hanya dengan membakar gunung, sekarang Saka juga mengatur penjagaan di sana dan membuat banyak pengumuman. Sungguh menyebalkan.Wira mengepalkan tinjunya, tetapi dia juga hanya bisa menahan amarahnya. Jika sekarang bahkan dia pun tidak bisa tenang, bagaimana dengan yang lainnya? Dia tidak ingin melihat mereka ikut menderita karena tindakannya. Jika dia membuat keputusan yang salah, orang-orang di sekitarnya akan kehilangan nyawa mereka dan ini bukan transaksi yang menguntungkan.Saat hampir tiba di pintu masuk gurun, Wira dan yang lainnya juga merasa lega. Jika sudah sampai di sini, mereka sudah hampir aman. Selama mereka bisa melewati gurun putih di hadapan mereka, berarti mereka sudah berhasil.Saat Wira hendak memimpin yang lainnya untuk memasuki gurun, di
Selama bertahun-tahun ini, Agha juga selalu mengikuti Wira berperang dari selatan ke utara dan sudah mengalami banyak hal. Namun, ini pertama kalinya dia merasa begitu menyedihkan. Saat ini, dia merasa sangat kesal karena harus terjebak di sini, sehingga dia tidak akan melepaskan Saka ini. Meskipun harus mengorbankan banyak hal, dia juga harus membalas tindakan Saka.Wira memelototi Agha dan berkata dengan kesal, "Omong kosong. Kita nggak boleh gegabah, kamu sudah bosan hidup ya? Selama kita muncul di Provinsi Tengah yang dikuasai Saka ini, orang-orangnya pasti akan menyadari keberadaan kita. Aku tahu suasana hati kalian buruk karena sekarang kita terjebak di sini, tapi kita juga nggak boleh terlalu gegabah. Kalau nggak, kita akan sulit keluar dari sini."Mendengar perkataan Wira, Agha akhirnya terdiam."Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Fikri.Wira menatap api yang masih memenuhi langit dan perlahan-lahan berkata dengan nada dingin, "Aku lihat apinya sudah perlahan-la
"Berikan aku waktu dua hari untuk memikirkannya dengan baik dulu," kata Caraka yang tidak menolak kebaikan Saka. Namun, dia juga tidak langsung menyetujuinya, setidaknya ini bisa menjadi jalan lain untuknya. Jika dia bisa bertemu dengan Jaran lagi dalam dua hari ini, dia tentu saja tidak akan memilih untuk tetap tinggal di wilayah barat. Tidak ada yang ingin meninggalkan kampung halamannya.Namun, jika benar-benar terjadi sesuatu dengan Jaran, Caraka tentu tidak akan berani kembali ke wilayah tandus di utara lagi. Pada saat itu, Senia pasti akan menginginkan nyawanya. Lebih baik dia mengikuti Saka, setidaknya bisa menyelamatkan nyawanya dan hidup dengan tenang."Baiklah. Kamu memang cukup berbakat dan aku ini sangat toleran pada orang-orang yang berbakat, jadi aku akan memberimu waktu untuk berpikir. Aku tahu kamu ini orang pintar, pasti bisa membuat keputusan yang tepat," kata Saka sambil tersenyum puas dan menepuk bahu Caraka.Namun, Caraka tidak mengatakan apa-apa.....Satu jam kem
Saka merasa ini adalah penipuan dan dia tidak bisa menerimanya."Nggak mungkin, pasti ada yang salah di sini. Apa mungkin temanku itu sudah dikalahkan Wira dan kelompoknya dan mereka membawanya pergi? Mereka pasti sedang bersembunyi di suatu tempat. Asalkan kita terus memeriksa tempat ini, kita pasti bisa menemukan jejak Wira," kata Caraka dengan tegas.Saat ini, hanya ini satu-satunya cara yang terpikirkan oleh Caraka. Meskipun cara ini belum tentu berhasil, setidaknya ini satu-satunya cara yang ada.Setelah ragu sejenak, Saka bertanya, "Bagaimana kalau kita tetap nggak menemukan jejak mereka?""Mudah saja, aku serahkan nyawaku padamu," kata Caraka dengan tegas. Lagi pula, jika dia tidak bisa membawa Jaran kembali Kerajaan Agrel dengan selamat, dia juga tidak akan bertahan hidup lagi. Lebih baik dia pasrah saja.Saka tertawa dingin dan berkata, "Aku sama sekali nggak tertarik dengan nyawamu, tapi aku punya ide bagus. Melihat kamu begitu teguh, ini membuktikan Wira dan kelompoknya bena
Caraka khawatir dengan keselamatan Jaran segera berkata, "Kenapa begitu? Temanku masih ...."Namun, sebelum Caraka selesai berbicara, Saka langsung berkata, "Apa hubungannya denganku? Aku harus memastikan semuanya berjalan dengan lancar. Kamu harus ingat kini kita sedang menghadapi musuh yang sama, jadi rencana kita harus selaras. Kalau kamu merasa ada masalah dengan rencanaku, kamu boleh langsung keluar sekarang juga. Aku juga nggak kekurangan orang."Sikap Saka terlihat sangat tegas. Sebagai penguasa Provinsi Tengah, dia tidak akan membiarkan Caraka memerintahnya. Caraka ini hanya orang yang memberikan informasi saja, sama sekali tidak berarti apa-apa baginya. Dia hanya menganggap sebagai sebuah bidak saja.Caraka terbatuk-batuk, lalu perlahan-lahan berkata, "Baiklah. Kita jalankan semuanya sesuai dengan rencana Jenderal saja, aku nggak akan mengatur lagi ...."Saat ini, Caraka sudah merasa sangat cemas, tetapi dia juga hanya bisa berharap Jaran tidak berada dalam bahaya. Jika benar-
Setelah mendengar penjelasan Fikri, Agha baru mengubah pemikirannya."Kalau Tuan Wira juga merasa cara ini bisa dicoba, aku akan turun untuk melihat situasinya dulu," kata Fikri. Orang-orang dari Lembah Duka memiliki kemampuan mereka masing-masing, jauh lebih kuat daripada musuh-musuh Wira. Oleh karena itu, hanya dia saja yang bisa menjalankan tugas penting ini.Wira menganggukkan kepala, lalu mendekati Fikri dan berkata sambil menepuk pundak Fikri, "Kamu harus hati-hati, kami akan menunggu kabarmu di sini."Fikri menganggukkan kepala, lalu segera turun ke kedalaman jurang menggunakan tanaman yang merambat di tebing.Sementara itu, Wira dan yang lainnya terus mengawasi situasi di sekeliling dengan cermat untuk memastikan semuanya tetap aman.....Di kaki gunung.Orang yang memberikan informasi pada Saka adalah Caraka dan saat ini dia sudah berdiri bersama dengan Saka. Sebelum datang ke sini, dia sudah mendiskusikan rencananya dengan Jaran. Sepanjang perjalanan ke sini, mereka mengikuti
Agha merasa jurang itu sangat dalam, siapa pun yang melompat ke dalamnya akan langsung kehilangan nyawanya. Meskipun mereka memiliki kemampuan, mereka juga tidak akan sanggup menahan dampak dari lompatan itu. Hasil akhirnya sudah bisa ditebak.Wira mengernyitkan alis dan berkata dengan nada yang muram, "Tapi, ini cara terakhir kita. Sekarang kita nggak mungkin langsung menerobos begitu saja dan melawan mereka. Kita sudah jelas kalah jumlah dan ditambah lagi ini adalah wilayah barat. Kalau kita bersikeras melawan mereka, pada akhirnya kita yang pasti akan rugi.""Jadi, satu-satunya cara yang paling aman sekarang adalah mencari jalan dari jurang ini. Kita lihat apa kita bisa bersembunyi di sekitar sini untuk sementara. Kalau mereka sudah mencari kita di sini selama beberapa hari dan tetap nggak menemukan kita, aku yakin mereka pasti akan pergi. Meskipun nggak pergi, penjagaan mereka juga akan berkurang. Pada saat itulah, kita baru melarikan diri."Wendi dan Dwija tidak mengatakan apa-apa
Jaran berpikir saat Wira sendiri yang ingin menceritakannya, semua kebenarannya pun akan terungkap.Wira tersenyum dan berkata, "Nggak bisa dibilang seperti ini juga. Aku mencari kalian bukan hanya untuk menghadapi dia, aku sebenarnya punya alasan lain juga. Aku juga ...."Saat mengatakan itu, Wira melirik bungkusan yang berisi abu jenazah di punggung Agha.Saat baru bertemu dengan Wira dan yang lainnya, Fikri kebetulan melihat adegan itu. Dia pun langsung mengerti, ternyata begitu kejadiannya. Sepertinya, Wira adalah orang yang sangat menghargai hubungannya dengan yang lainnya juga hingga rela menempuh perjalanan jauh hanya untuk mencari jasad teman-temannya. Bisa memiliki teman seperti ini termasuk keberuntungan seumur hidup.Saat keduanya sedang berbicara, Dwija tiba-tiba mendekati Wira dan berkata sambil menunjuk ke arah kaki gunung, "Ada orang yang datang."Wira dan yang lainnya segera berjalan ke tepi tebing gunung dan melihat saat ini seluruh gunung sudah dikepung dengan rapat.