"Aku sudah menebaknya sejak awal. Nggak mungkin Fathir si berengsek itu membocorkan rahasianya semudah itu. Ternyata dia ingin menjebak kita.""Berani sekali dia! Aku akan kembali ke Dusun Darmadi dan menghabisi bajingan itu. Aku akan membalaskan dendam para saudara yang meninggal!" ujar Agha sambil menggertakkan giginya. Amarah berkecamuk di dalam hatinya.Agha mengira semuanya akan berjalan lancar, tetapi mereka malah terjebak. Dia bisa saja mati di puncak gunung. Jika Wira tidak mengusulkan untuk berpencar, mungkin akibatnya akan lebih buruk dari ini."Ini bukan saatnya meminta pertanggungjawaban. Kita memang harus memberinya pelajaran, tapi bukan sekarang.""Lagian, dia dikurung di penjara. Sekalipun punya sayap, dia nggak bakal bisa meninggalkan penjara. Hanya saja, apa kamu yakin kotak beracun itu isinya adalah barang-barang berharga?" tanya Wira sambil memicingkan mata.Apabila kotak itu hanya untuk mengelabui mereka, tidak ada gunanya mereka membuang-buang waktu di sini. Namun,
"Aku tahu dia orang seperti apa. Sebenarnya, aku juga salah karena percaya padanya. Bajingan seperti Fathir nggak pantas dipercayai! Sekarang, aku jadi kehilangan prajuritku," ujar Wira sambil mengepalkan tangannya dengan erat. Matanya sampai memerah. Bisa dilihat, betapa emosinya dia."Kak, kamu punya cara apa untuk memindahkan semua kotak ini? Tadi mereka cuma menyentuhnya, tapi langsung mati keracunan. Racun ini bisa masuk ke tubuh lewat sentuhan, bahaya sekali.""Kamu juga sudah lihat. Begitu keracunan, kita nggak bakal sempat kembali ke Dusun Darmadi untuk meminta bantuan Tuan Arifin," ujar Agha dengan ekspresi cemas.Jika Wira tidak bersikeras, Agha mungkin sudah mengajaknya kembali ke Dusun Darmadi. Lagi pula, mereka bisa datang lagi untuk mengambil uang dan emas ini. Dengan demikian, nyawa mereka tidak akan berada dalam bahaya.Wira melambaikan tangan dan berkata, "Di dunia ini ada banyak barang aneh. Sebagian besar racun harus memasuki tubuh manusia, tapi ada juga yang cuma pe
Setelah mendengar perintah Wira, para prajurit mulai memindahkan kotak ke kaki gunung. Semuanya bekerja dengan makin giat karena ada Wira yang mengawasi mereka.Hanya dalam 2 jam, semua kotak itu berhasil dipindahkan dan diangkut dengan kereta kuda. Agha berkata, "Setelah pulang, aku pasti akan mencabik-cabik Fathir! Bajingan ini harus mati!""Berani sekali dia menjebak kita! Gara-gara dia, kita kehilangan banyak prajurit! Mereka semua saudara kita! Kita nggak boleh memaafkannya begitu saja!"Wira mengangguk. Dia memiliki pikiran yang sama dengan Agha. Kali ini, dia benar-benar terjebak. Wira tidak menyangka Fathir akan menggunakan metode sekejam ini, sampai-sampai mengoleskan racun ke semua kotak itu.Siapa pun yang menyentuhnya hanya akan mati. Bahkan, mati sebelum sempat keluar dari gua! Sungguh biadab!Pantas saja, Fathir berani menaruh semua kekayaannya di gua ini. Jelas, dia telah merencanakan semuanya dengan matang agar tidak ada yang berkesempatan mengambilnya."Sudahlah, semua
Bahkan, para penasihat Wira juga ada di Dusun Darmadi. Asalkan terjadi sedikit masalah, orang-orang akan langsung berwaspada.Sejam kemudian, asap mengepul di Dusun Darmadi. Banyak penduduk yang muntah dan merasa pusing, bahkan sekujur tubuh mereka lemas."Apa yang terjadi? Cepat selidiki asal-usul asap itu!" instruksi Doddy yang berada di halaman rumah Wira. Para prajurit berzirah tampak berjaga di sini dengan ketat.Bagaimanapun, yang tinggal di sini adalah istri-istri Wira. Jika terjadi sesuatu pada para wanita itu, mereka yang akan terkena masalah.Dusun Darmadi boleh bermasalah, tetapi para wanita Wira tidak boleh. Jika tidak, entah bagaimana mereka akan menjelaskan saat Wira pulang nanti."Doddy! Cepat kemari!" Terdengar suara Thalia dari dalam.Doddy segera masuk, lalu menatap Thalia dan wanita lainnya. Dia bertanya, "Apa kalian juga sakit? Bersabar sebentar, aku sudah menyuruh orang menyelidiki asal-usul asap itu. Begitu tahu siapa pelakunya, aku akan menghabisi orang itu."Asa
"Tenang saja, aku bisa menjaga diriku sendiri. Yang penting kalian baik-baik saja," sahut Doddy. Kemudian, dia langsung pergi.Setelah Doddy pergi, ekspresi Thalia menjadi masam. Dewina bertanya, "Apa ada yang membuatmu cemas?"Di rumah ini, hanya Dewina dan Thalia yang memiliki kepribadian keras kepala. Mereka tidak akan berpangku tangan jika menghadapi masalah.Dian dan Julian terlihat lebih tenang. Adapun Ainur, dia ketakutan dan berharap Wira cepat pulang. Jika tidak, dia tidak akan merasa tenang.Thalia memberanikan diri untuk berkata, "Aku baru teringat Ahmad dan Fathir cukup dekat. Dia tiba-tiba mengambil tindakan pasti karena terus mengawasi kita.""Wira baru saja pergi dan Ahmad langsung membuat onar di Dusun Darmadi. Bahkan, metode yang digunakannya sangat kejam. Dia mungkin ingin membawa Fathir pergi dari sini.""Sekarang Doddy membawa bawahan mencari Dokter Arifin dan Danu memimpin pasukan untuk menenangkan rakyat. Itu artinya, nggak ada yang berjaga di penjara. Kalau Ahmad
Dewina menghela napas, lalu menggeleng sambil bergumam, "Gimana ini? Anak ini keras kepala sekali. Dia mungkin akan mengorbankan nyawanya untuk membunuh Fathir. Gimana aku harus menjelaskan kepada Wira kalau terjadi sesuatu padanya?""Aku harus menyusulnya. Setidaknya, kami bisa saling menjaga kalau terjadi masalah. Julian, kamu yang jaga rumah ini.""Oke." Julian mengiakan. Julian menguasai keterampilan bela diri. Dewina tentu merasa tenang jika menyerahkan tanggung jawab besar itu kepadanya.Saat ini, di Penjara Jagat. Seiring dengan asap yang makin tebal, banyak prajurit yang terjatuh dan menunjukkan gejala keracunan.Meskipun berusaha bertahan, sekujur tubuh mereka benar-benar lemas sehingga mereka tidak mungkin bisa melawan musuh. Itu sebabnya, Ahmad dan lainnya memanfaatkan peluang ini untuk menerobos masuk ke Penjara Jagat."Ahmad ...." Setelah berjalan sampai ke ujung, mereka akhirnya menemukan Fathir yang dirantai. Fathir tentu melihat mereka, makanya memanggil dengan mata ber
"Oke, sesuai yang kamu katakan." Fathir mengangguk. Dia akhirnya bisa terbebas dari penjara, jadi tidak perlu terburu-buru.Dengan demikian, beberapa orang itu bergegas meninggalkan Penjara Jagat. Waktu adalah nyawa. Mereka harus bergerak cepat untuk memastikan semuanya berjalan lancar. Jika terus menunda, takutnya situasi akan berubah."Mau ke mana?" Begitu keluar dari Penjara Jagat, tiba-tiba terdengar suara dingin seseorang. Fathir menatap dengan cermat. Ternyata itu adalah Thalia yang tersenyum tipis tanpa terlihat takut sedikit pun."Thalia, lama nggak ketemu. Kebetulan kamu kemari. Kita bisa pulang bersama. Wira menipumu. Aku nggak pernah mencelakai keluargamu. Kamu memang anak yatim piatu waktu aku menemukanmu.""Jangan percaya padanya semudah itu. Orang yang dicarinya itu belum tentu keluargamu. Aku nggak akan mempermasalahkan sikapmu yang sebelumnya. Kembalilah bersamaku," bujuk Fathir.Thalia sangat berbakat. Fathir tentu tidak rela melihat orang berbakat seperti Thalia jatuh
Setelah para ahli bela diri itu tidak melindungi Fathir, Thalia baru akan mencari kesempatan untuk membunuhnya.Hanya saja, Thalia terlalu menilai tinggi diri sendiri. Pertarungan baru dimulai, tetapi dia sudah kewalahan dengan serangan lawannya."Cuma begini kemampuanmu? Kukira kamu sudah membuat persiapan matang untuk melawanku. Ternyata nggak ada apa-apanya. Konyol sekali. Sebaiknya kamu kabur daripada malu-maluin diri sendiri," ejek Ahmad.Ahmad pun mendengus dan mengeluarkan sebuah jarum. Saat berikutnya, dia melemparkan jarum tersebut ke arah Thalia.Jarum itu tentu beracun. Bahkan, racunnya bukan racun sembarangan. Siapa pun yang terkena akan mati dalam sekejap.Untungnya, Thalia segera mengangkat belatinya untuk menangkis jarum itu. Setelah terdengar dentingan, jarum pun terjatuh ke tanah."Kejam sekali kamu," ujar Thalia sambil menggertakkan giginya."Biar kutanya sekali lagi, kamu mau ikut kami atau nggak?" tanya Ahmad untuk terakhir kalinya."Jangan mimpi! Sudah kubilang, me