Dalam sejarah, para jenderal perang yang menggunakan trisula sangatlah langka. Ini karena satu trisula setidaknya memiliki berat sekitar 90 kilogram. Orang yang mampu mengayunkan senjata semacam ini sudah pasti sangat ganas dan kuat.Di bawah komando Wira, selain Agha yang menggunakan palu berat dengan kedua tangan, tak ada orang lain yang mampu menggunakan senjata berat semacam ini.Dari sini pula bisa dilihat bahwa Zaki, yang disebut sebagai salah satu tangan kanan Bimala, jelas bukan seseorang yang hanya memiliki nama besar tanpa kekuatan nyata.Wakil jenderal yang mengikuti Zaki tersenyum tipis setelah mendengar kabar itu. Dia menangkupkan tangan dan berkata, "Jenderal, aku nggak setuju. Bertempur seperti ini jauh lebih baik daripada yang kita bayangkan sebelumnya. Kita nggak bisa terus bersembunyi di dalam suku sambil bermain intrik dengan mereka yang bermuka dua."Zaki mendengus dingin dan berkata, "Siapa pun yang berani bermain intrik denganku akan langsung kusingkirkan dengan t
Orang-orang yang sedang berlari di depan adalah pasukan Hayam. Sesudah menyelesaikan urusan mereka, mereka segera bergerak menuju hutan bambu tua. Saat itu, mereka melihat pasukan besar dari utara mengejar mereka.Saat Hayam berlari di depan, dia mendengar suara derap kuda dari belakang yang bergemuruh. Wakil jenderal yang berada di sisinya sedikit mengernyit dan berkata, "Jenderal, musuh hampir menyusul kita!"Namun, Hayam tetap sangat tenang dan berkata dengan suara rendah, "Jangan panik, terus maju. Begitu kita mencapai area jebakan kuda, semuanya akan jauh lebih mudah."Semua orang mengangguk dan terus berlari secepat mungkin.Di belakang mereka, Zaki dan pasukannya yang terus mengejar, awalnya masih ragu dengan identitas kelompok di depan. Namun, setelah melihat mereka terus berlari tanpa berhenti, Zaki menjadi sangat bersemangat.Dia berkata, "Itu pasti orang-orang Wira! Kalau nggak, mana mungkin mereka lari secepat itu? Sampaikan perintah ke pasukan di belakang, nggak perlu memp
Pada saat itu, pasukan besar di depan tiba-tiba jatuh secara serempak. Sebagian besar prajurit bahkan langsung tewas akibat benturan keras saat terjatuh.Di tengah barisan, Zaki yang sedang menunggang kuda melihat kejadian ini. Ekspresinya langsung berubah drastis. Dia segera berteriak lantang, "Siaga! Semuanya berhenti! Kita sepertinya disergap!"Meskipun Zaki telah memberikan perintah untuk berhenti, barisan pasukan ini terlalu panjang. Pasukan di depan berhenti, tetapi yang di belakang tidak sempat merespons.Akibatnya, pasukan menjadi kacau balau. Wakil jenderal di sisi Zaki hampir saja terjatuh dari kudanya, tetapi tetap berteriak, "Siaga! Lindungi Jenderal!"Situasi menjadi kacau. Setelah susah payah, mereka akhirnya mulai menata kembali barisan. Namun, wajah Zaki sudah dipenuhi amarah. Dengan suara keras, dia memaki, "Berengsek! Berani sekali mereka menyergapku! Cepat, kirim orang ke depan untuk melihat apa yang terjadi!"Tak lama kemudian, dua tim pengintai bergegas ke depan. S
Di Hutan Bambu Mayu, Wira dan lainnya sedang menunggu kabar dari pasukan garis depan di dalam perkemahan. Saat ini, seorang mata-mata tiba-tiba berlari masuk dan melapor, "Tuan, kami telah menemukan Hayam dan pasukannya. Mereka telah kembali."Mendengar kabar ini, Wira segera keluar dari perkemahan. Begitu melangkah keluar, dia melihat Hayam dan orang-orangnya turun dari kuda dengan wajah kelelahan.Arhan dan Nafis juga ikut keluar dari perkemahan."Kenapa kalian terlihat berantakan sekali? Apa kalian bertemu bahaya?" tanya Wira langsung.Mendengar pertanyaan Wira yang ternyata lebih mengkhawatirkan keselamatan mereka daripada keberhasilan misi, Hayam merasa sangat terharu.Dia segera memberi hormat dan menyahut, "Tuan, misi telah selesai. Perjalanan kami memang sedikit berbahaya, tapi nggak sampai mengancam nyawa. Saat ini, pasukan musuh seharusnya terjebak dalam jebakan kawat penghalang kuda."Mendengar hal ini, Wira tersenyum. Setelah beberapa saat, dia berucap, "Bagus. Kalau semuan
Setelah mendengar perkataan itu, Zaki merenung sejenak. Dia merasa rencana ini cukup masuk akal. Jika terjadi masalah, dia bisa menyalahkan wakil jenderalnya.Jika para prajurit di bawahnya merasa tidak puas, dia pun masih bisa turun tangan untuk meredakan ketegangan. Setelah memikirkan ini, Zaki berkata tanpa ragu, "Baiklah, lakukan sesuai rencanamu. Aku serahkan semuanya kepadamu."Wakil jenderal itu mengangguk pelan, lalu berkata dengan tenang, "Tugas ini sebenarnya cukup sederhana, Jenderal nggak perlu khawatir."Setelah berkata demikian, dia segera menunggang kudanya dan menuju ke depan barisan pasukan untuk menyampaikan perintah.Di kejauhan, Adjie dan Agha yang sedang bersembunyi untuk menyergap, melihat kejadian ini dan termangu.Agha berbisik, "Apa yang terjadi? Kenapa pasukan mereka tiba-tiba berhenti? Apa mereka sudah tahu kita memasang jebakan di depan?"Yang lain juga kebingungan, tidak menyangka situasi akan berkembang seperti ini.Tiba-tiba, Adjie yang memperhatikan deng
Setelah mendengar hal itu, Adjie terkekeh-kekeh dan berkata, "Hehe, kalau mereka nggak melakukan ini, sampai malam pun mereka nggak akan bisa melewati Dataran Haloam."Mendengar itu, Agha yang bersembunyi di sampingnya mengangguk pelan. Setelah memastikan laju pasukan utara sudah cukup jauh, dia segera memimpin bawahannya untuk kembali memasang lebih banyak jebakan di belakang mereka.Agha sama sekali tidak peduli dengan strategi yang dipikirkan pasukan utara. Sebelumnya, dia dan Adjie sudah mengetahui bahwa jumlah kawat mereka tidak cukup, jadi kini mereka mengatur ulang dengan tali lain. Jika digunakan dengan baik, tali-tali ini juga bisa berfungsi sebagai jebakan kuda.Setelah beberapa saat, Agha memastikan semua sudah selesai dan berkata dengan pelan, "Semua sudah diatur. Kalau begitu, kita mundur sekarang. Nggak perlu memasang lebih banyak jebakan di belakang."Mendengar perintah itu, para prajurit mengangguk dan segera bergerak menuju posisi Adjie dan yang lainnya.Jebakan yang d
Para pengintai memasuki pedalaman Hutan Bambu Mayu. Sebagaimana yang sudah diketahui sebelumnya, siapa pun yang bersembunyi di dalamnya akan sulit terlihat dari luar. Situasi ini juga dialami oleh para pengintai yang masuk ke hutan bambu.Dari sudut pandang mereka, bagian dalam hutan tampak berkabut, membuat pandangan mereka terbatas.Salah satu pengintai mengernyit dan berkata, "Ada apa dengan tempat ini? Kita nggak bisa melihat apa pun. Seharusnya nggak ada masalah di sini, 'kan?"Pengintai lainnya mengamati sekeliling untuk beberapa saat sebelum mengangguk. "Benar, sepertinya nggak ada yang mencurigakan. Kalau begitu, kita langsung mundur dan laporkan ke Jenderal bahwa nggak ada tanda-tanda penyergapan."Yang lainnya juga mengangguk setuju, lalu segera berbalik dan berkuda kembali ke arah mereka datang.Wira yang memimpin bawahannya bersembunyi di dalam hutan, melihat para pengintai itu pergi begitu saja. Dia pun menghela napas lega.Di sisi lain, Arhan tertawa dan berkata, "Jendera
Begitu perintah diberikan, pasukan utara langsung menyerbu menuju kota perbatasan dengan gagah berani.Sebelum mereka memasuki Hutan Bambu Mayu, Zaki yang sangat percaya pada laporan para pengintai tidak sedikit pun mengurangi kecepatan. Dia memimpin di garis depan, langsung menerjang masuk ke hutan.Di dalam hutan, Wira dan pasukan yang sudah lama bersembunyi melihat pasukan utara datang. Semua membulatkan tekad dan menahan napas, takut keberadaan mereka terungkap sebelum waktunya.Tanah bergetar seperti disambar petir, suara derap kuda bergema di seluruh hutan. Pasukan Harimau yang berjumlah 3.000 orang segera menarik busur mereka, bersiap untuk menembakkan panah kapan saja. Begitu pasukan utara muncul dalam jangkauan, mereka tidak akan ragu-ragu untuk melepaskan tembakan.Wira mengamati pasukan musuh yang bergerak cepat dan langsung mengenali sosok yang memimpin mereka. Orang itu membawa sebuah trisula besar. Wira tahu bahwa orang itu adalah Zaki, tangan kanan dari Bimala, pemimpin
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m