Whoosh! Wira tiba-tiba bergidik ngeri dan merasakan firasat buruk. Dia segera memeluk Leli dan Thalia, lalu melemparkan diri ke tanah.Terlihat banyak anak panah memelesat di atas kepala mereka dengan cepat. Jika reaksi Wira terlalu lambat, dia mungkin sudah mati.Di sisi lain, kondisi Agha kurang baik. Dada dan lengannya terkena anak panah. Kondisinya sungguh mengenaskan."Agha! Kamu baik-baik saja?" teriak Wira dengan cemas.Agha menyeringai, lalu menggeleng dan menyahut, "Nggak apa-apa, cuma luka luar. Ini lebih baik daripada diserang binatang buas."Ketika berbicara, Agha mencabut kedua anak panah itu dari tubuhnya. Dia dan Najib sering berburu sehingga sering bertemu binatang buas. Agha bahkan pernah bertarung dengan beruang."Kalian baik-baik saja, 'kan?" tanya Wira kepada Leli dan Thalia yang berada di pelukannya."Kami baik-baik saja," sahut keduanya secara serempak."Wira!" Saat ini, terdengar suara familier di belakang. "Sebaiknya jangan menyia-nyiakan tenagamu. Orang-orangku
Agha segera bersembunyi di belakang pohon untuk melindungi diri. Meskipun tidak takut sakit, dia bisa saja mati kehabisan darah jika tertembak begitu banyak anak panah.Whoosh! Whoosh! Whoosh! Ketika situasi sangat menegangkan, tiba-tiba terdengar deru angin. Ahli bela diri yang bersembunyi di kegelapan akhirnya maju untuk melawan musuh."Tuan, serahkan semuanya kepada kami!" ujar seseorang kepada Wira. Wira pun merasa terharu. Dia menggertakkan giginya tanpa mengatakan apa pun, juga tidak memilih untuk kabur.Jika meninggalkan para ahli bela diri ini di sini, mereka mungkin akan mati. Wira tidak ingin hidup dengan mengorbankan nyawa saudaranya sendiri."Kalian pergi dulu, aku akan membantu mereka," ujar Wira kepada Thalia, Leli, dan Agha."Kak, apa yang kamu katakan? Kita ini saudara angkat. Sebelum kakekku meninggal, dia menyuruhku memperlakukanmu layaknya saudara sendiri. Mana mungkin aku meninggalkanmu? Aku yang akan membantu mereka, kamu bawa para wanita itu pergi.""Aku terus ber
Malam itu juga, Wira dan lainnya meninggalkan hutan dan menuju ke suku. Tempat ini pada dasarnya memang terpencil, jadi Wira mengeluarkan peta pemberian Bobby.Setelah memastikan lokasinya, Wira menunjuk ke arah utara sambil berkata, "Menurut petunjuk di peta, suku itu seharusnya di depan sana. Jaraknya sisa 50 kilometer. Kita bisa berkumpul dengan mereka sebentar lagi. Begitu masuk ke suku, kita sudah aman."Semuanya segera mengangguk. Meskipun 50 kilometer tidak termasuk dekat, mereka tetap harus berjuang untuk keselamatan sendiri. Mereka baru bisa aman setelah memasuki suku.Ketika Wira dan lainnya hendak maju, terdengar tawa dingin seseorang dari belakang. Mereka pun bergidik ngeri. Tanpa diduga, orang-orang itu berhasil mengejar mereka!"Wira! Sayang sekali, kalian nggak bisa ke mana-mana lagi!" Pemimpin itu berdiri di atas pohon. Dia melepaskan topengnya, lalu menghunuskan pedangnya. Tatapannya dipenuhi niat membunuh."Semua bawahanmu sudah mati! Kasihan sekali orang-orang yang m
Namun, jumlah pihak lawan benar-benar terlalu banyak. Meskipun Wira dan lainnya menguasai keterampilan yang hebat, mereka segera merasa lelah.Bagaimana mungkin 4 orang bisa melawan 100 orang? Apalagi semuanya adalah prajurit elite yang dipilih secara cermat. Satu prajurit sudah cukup untuk menjatuhkan beberapa orang! Sucipto tidak memberi ampun kali ini!"Kalau tahu akan begini, aku nggak bakal membawa kalian bertiga bersamaku," ujar Wira. Mereka berempat sudah berkumpul dan saling membelakangi untuk mengamati situasi di sekeliling.Pasukan musuh sudah mengepung mereka dan siap untuk menyerang kapan saja. Wira dan lainnya benar-benar buntu. Jika diserbu, mereka mungkin akan mati."Mereka nggak bisa macam-macam lagi! Ayo, semangat! Setelah membunuh mereka, kalian semua akan mendapat hadiah!" seru pemimpin itu dengan semangat.Ini adalah momen bersejarah. Wira memiliki posisi penting, bahkan dihormati oleh seluruh rakyat. Semuanya menganggap Wira sebagai dewa.Namun, sekarang Wira akan
"Nggak apa-apa. Kalau kamu nggak kemari, mungkin kami sudah mati tadi. Kamu nggak bersalah. Kedatanganmu sangat membantu kami," sahut Wira sambil menepuk bahu Bobby. Bobby pasti mengalami kesulitan juga di sepanjang jalan. Wira tidak mungkin menyalahkannya."Aku akan menyuruh orang mengejar mereka. Aku nggak akan membiarkan mereka lolos." Selesai mengatakan itu, Bobby hendak mengatur bawahannya.Wira segera menahannya, lalu menggeleng sambil berkata, "Biarkan saja. Mereka sudah masuk ke hutan. Jumlah kita memang lebih banyak, tapi situasi di dalam hutan nggak menguntungkan untuk kita.""Selain itu, mereka semua adalah prajurit elite. Jadi, biarkan saja. Aku yakin mereka nggak bakal menyerah begitu saja. Setelah kembali ke suku, kita hanya perlu memasang jebakan untuk mereka. Ketika saat itu tiba, kita nggak perlu repot-repot membunuh mereka lagi."Bobby pun memuji kecerdasan Wira. Cara ini sangat bijaksana, tetapi juga kejam. Setelah tertawa, Bobby membawa Wira dan lainnya kembali ke s
"Semua itu memang janjiku. Aku nggak mungkin ingkar janji, 'kan? Kalian tenang saja. Yang kuberikan itu cuma barang-barang kecil. Kelak, aku pasti akan membuat hidup kalian menjadi jauh lebih baik, seperti rakyat lainnya," ujar Wira.Orang-orang lagi-lagi berlutut mendengarnya. Mereka ingin menunjukkan rasa syukur mereka pada Wira. Bobby juga merasa terharu. Mereka sungguh beruntung karena bisa mendapat bantuan dari Wira."Tuan, sebenarnya aku ingin membawamu ke rumahku. Tapi, semua orang ingin makan bersamamu. Jadi, setiap keluarga akan menyiapkan 1 macam lauk untukmu," ucap Bobby sambil tersenyum.Wira mengangguk. Dia akhirnya mengerti kenapa ada meja panjang di tengah jalan. Ternyata begitu, menarik sekali!"Oke. Kalau begitu, mari kita makan bersama di sini. Yang penting jangan turun hujan. Kalau hujan, kalian semua akan basah kuyup." Usai berbicara, Wira pun duduk.Sementara itu, orang-orang segera pulang untuk memasak. Sejam kemudian, meja sudah dipenuhi makanan lezat.Mata Agha
"Untuk saat ini masih nggak perlu ...," kata Wira dengan tersenyum sambil mengangkat gelas anggurnya dan digoyang perlahan-lahan, seolah-olah sudah memiliki rencana."Kedua orang ini sangat ambisius, apalagi sekarang semua orang di dalam istana adalah orang mereka. Jadi, sama sekali nggak menguntungkan kita kalau kita bergerak sekarang. Yang perlu kita lakukan sekarang adalah menunggu waktu yang tepat. Lagi pula, setahuku, situasi di dalam suku-suku masih belum stabil sepenuhnya, 'kan?"Setelah mendengar perkataan Wira, ekspresi Bobby terlihat agak canggung karena situasinya memang seperti yang dikatakan Wira. Dia sudah kembali ke sukunya, tetapi situasinya masih agak kacau. Setiap suku memiliki pemimpinnya masing-masing. Dia sudah berusaha memengaruhi semua orang, tetapi masih ada beberapa yang menolaknya. Namun, untuk mendapat kepercayaan Wira dan menunjukkan kemampuannya, dia tidak menunjukkan pemikirannya dan tetap tersenyum agar Wira tidak khawatir.Wira menepuk bahu Bobby dan ber
Bobby berpikir peperangan tidak akan menguntungkan siapa pun. Sayangnya, Lukas malah terus menentangnya dan mempersulitnya.Wira mengetukkan jarinya di atas meja dengan lembut.Setelah beberapa saat, Agha langsung mendekat sebelum Wira sempat berbicara dan berkata sambil menepuk dadanya, "Kak, kamu sudah lihat kemampuanku saat di hutan tadi, 'kan? Jadi, sekarang kamu bisa meminta Tuan Bobby untuk memberiku beberapa orang, aku akan segera pergi memusnahkan Lukas. Aku nggak peduli seberapa kuat dia atau seberapa banyak bawahannya, aku akan membuat semua orang yang berani melawanmu mati dengan mengenaskan!"Harus diakui, Agha benar-benar selalu memikirkan Wira. Meskipun harus mengorbankan nyawanya, dia juga tidak mempermasalahkannya. Bisa dibilang, dia sangat menghargai hubungan persaudaraannya dengan Wira.Namun, Wira hanya melirik Agha dan berkata dengan kesal, "Cepat pergi minum di sana, jangan gila di sini! Kalau kamu mabuk, aku akan meminta Tuan Bobby mengatur sebuah kamar untukmu ag