Namun, jumlah pihak lawan benar-benar terlalu banyak. Meskipun Wira dan lainnya menguasai keterampilan yang hebat, mereka segera merasa lelah.Bagaimana mungkin 4 orang bisa melawan 100 orang? Apalagi semuanya adalah prajurit elite yang dipilih secara cermat. Satu prajurit sudah cukup untuk menjatuhkan beberapa orang! Sucipto tidak memberi ampun kali ini!"Kalau tahu akan begini, aku nggak bakal membawa kalian bertiga bersamaku," ujar Wira. Mereka berempat sudah berkumpul dan saling membelakangi untuk mengamati situasi di sekeliling.Pasukan musuh sudah mengepung mereka dan siap untuk menyerang kapan saja. Wira dan lainnya benar-benar buntu. Jika diserbu, mereka mungkin akan mati."Mereka nggak bisa macam-macam lagi! Ayo, semangat! Setelah membunuh mereka, kalian semua akan mendapat hadiah!" seru pemimpin itu dengan semangat.Ini adalah momen bersejarah. Wira memiliki posisi penting, bahkan dihormati oleh seluruh rakyat. Semuanya menganggap Wira sebagai dewa.Namun, sekarang Wira akan
"Nggak apa-apa. Kalau kamu nggak kemari, mungkin kami sudah mati tadi. Kamu nggak bersalah. Kedatanganmu sangat membantu kami," sahut Wira sambil menepuk bahu Bobby. Bobby pasti mengalami kesulitan juga di sepanjang jalan. Wira tidak mungkin menyalahkannya."Aku akan menyuruh orang mengejar mereka. Aku nggak akan membiarkan mereka lolos." Selesai mengatakan itu, Bobby hendak mengatur bawahannya.Wira segera menahannya, lalu menggeleng sambil berkata, "Biarkan saja. Mereka sudah masuk ke hutan. Jumlah kita memang lebih banyak, tapi situasi di dalam hutan nggak menguntungkan untuk kita.""Selain itu, mereka semua adalah prajurit elite. Jadi, biarkan saja. Aku yakin mereka nggak bakal menyerah begitu saja. Setelah kembali ke suku, kita hanya perlu memasang jebakan untuk mereka. Ketika saat itu tiba, kita nggak perlu repot-repot membunuh mereka lagi."Bobby pun memuji kecerdasan Wira. Cara ini sangat bijaksana, tetapi juga kejam. Setelah tertawa, Bobby membawa Wira dan lainnya kembali ke s
"Semua itu memang janjiku. Aku nggak mungkin ingkar janji, 'kan? Kalian tenang saja. Yang kuberikan itu cuma barang-barang kecil. Kelak, aku pasti akan membuat hidup kalian menjadi jauh lebih baik, seperti rakyat lainnya," ujar Wira.Orang-orang lagi-lagi berlutut mendengarnya. Mereka ingin menunjukkan rasa syukur mereka pada Wira. Bobby juga merasa terharu. Mereka sungguh beruntung karena bisa mendapat bantuan dari Wira."Tuan, sebenarnya aku ingin membawamu ke rumahku. Tapi, semua orang ingin makan bersamamu. Jadi, setiap keluarga akan menyiapkan 1 macam lauk untukmu," ucap Bobby sambil tersenyum.Wira mengangguk. Dia akhirnya mengerti kenapa ada meja panjang di tengah jalan. Ternyata begitu, menarik sekali!"Oke. Kalau begitu, mari kita makan bersama di sini. Yang penting jangan turun hujan. Kalau hujan, kalian semua akan basah kuyup." Usai berbicara, Wira pun duduk.Sementara itu, orang-orang segera pulang untuk memasak. Sejam kemudian, meja sudah dipenuhi makanan lezat.Mata Agha
"Untuk saat ini masih nggak perlu ...," kata Wira dengan tersenyum sambil mengangkat gelas anggurnya dan digoyang perlahan-lahan, seolah-olah sudah memiliki rencana."Kedua orang ini sangat ambisius, apalagi sekarang semua orang di dalam istana adalah orang mereka. Jadi, sama sekali nggak menguntungkan kita kalau kita bergerak sekarang. Yang perlu kita lakukan sekarang adalah menunggu waktu yang tepat. Lagi pula, setahuku, situasi di dalam suku-suku masih belum stabil sepenuhnya, 'kan?"Setelah mendengar perkataan Wira, ekspresi Bobby terlihat agak canggung karena situasinya memang seperti yang dikatakan Wira. Dia sudah kembali ke sukunya, tetapi situasinya masih agak kacau. Setiap suku memiliki pemimpinnya masing-masing. Dia sudah berusaha memengaruhi semua orang, tetapi masih ada beberapa yang menolaknya. Namun, untuk mendapat kepercayaan Wira dan menunjukkan kemampuannya, dia tidak menunjukkan pemikirannya dan tetap tersenyum agar Wira tidak khawatir.Wira menepuk bahu Bobby dan ber
Bobby berpikir peperangan tidak akan menguntungkan siapa pun. Sayangnya, Lukas malah terus menentangnya dan mempersulitnya.Wira mengetukkan jarinya di atas meja dengan lembut.Setelah beberapa saat, Agha langsung mendekat sebelum Wira sempat berbicara dan berkata sambil menepuk dadanya, "Kak, kamu sudah lihat kemampuanku saat di hutan tadi, 'kan? Jadi, sekarang kamu bisa meminta Tuan Bobby untuk memberiku beberapa orang, aku akan segera pergi memusnahkan Lukas. Aku nggak peduli seberapa kuat dia atau seberapa banyak bawahannya, aku akan membuat semua orang yang berani melawanmu mati dengan mengenaskan!"Harus diakui, Agha benar-benar selalu memikirkan Wira. Meskipun harus mengorbankan nyawanya, dia juga tidak mempermasalahkannya. Bisa dibilang, dia sangat menghargai hubungan persaudaraannya dengan Wira.Namun, Wira hanya melirik Agha dan berkata dengan kesal, "Cepat pergi minum di sana, jangan gila di sini! Kalau kamu mabuk, aku akan meminta Tuan Bobby mengatur sebuah kamar untukmu ag
"Ternyata begitu .... Kalau kalian bertengkar karenaku, aku akan merasa sangat bersalah," kata Bobby yang akhirnya merasa lega.Wira hanya tersenyum dan tidak berbicara, tetapi terus mengamati Bobby. Saat dia mendukung Bobby untuk naik pangkat, dia masih khawatir Bobby tidak akan sanggup mempertahankan posisinya dan membuat masalah tidak perlu untuknya. Namun sekarang, dia merasa Bobby tidak selemah yang dipikirkannya dan memang memiliki kemampuan. Terutama dalam hal kebesaran hati dan pemikiran, Bobby jauh lebih unggul daripada pemimpin lainnya. Sayangnya, Bobby tidak pernah mendapat kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya.Dengan adanya orang seperti Bobby di suku, Wira tidak perlu khawatir orang-orang di suku akan memberontak. Bagaimanapun juga, Bobby adalah orang yang cerdas dan tahu nilainya. Jika tidak dalam keadaan mendesak, Bobby tidak akan melawannya."Begini saja, besok kamu ajak Lukas untuk bertemu dan kita berdua akan bernegosiasi dengannya. Tapi, jangan biarkan dia tahu
Meskipun minuman itu tanpa alkohol buatan, minuman itu tetap bisa membuat orang kehilangan akal sehatnya."Hehehe." Thalia tertawa sambil menutup mulutnya.Thalia pun duduk di pangkuan Wira, lalu merangkul leher Wira dan berkata dengan manja, "Kamu sedang memohon padaku ya?""Dasar gadis nakal! Sekarang kamu benar-benar kurang ajar, berani-beraninya berbicara seperti ini denganku," kata Wira yang pura-pura marah. Saat Thalia sedang tertawa riang, dia langsung menggendong Thalia. Tak lama kemudian, keduanya sudah berbaring di tempat tidur dan kamar dipenuhi dengan suara tawa riang.Di sisi lain, di kedalaman hutan. Sekelompok orang sedang duduk mengelilingi api unggun dengan beberapa orang yang menjaga di sekeliling.Orang yang duduk di tengah kerumunan itu adalah pemimpin kelompok yang memburu Wira. Dia adalah orang kepercayaan Sucipto dan salah satu wakil jenderal Sucipto yang paling andal. Bukan hanya memiliki kekuatan yang luar biasa, kemampuannya juga sangat bagus. Jika tidak, Suci
Langit baru saja terang, Wira dan yang lainnya sudah duduk bersama dan saat ini sedang sarapan."Kak, semalam kamu ada dengar suara jeritan yang aneh?" tanya Agha yang sudah sadar dan tidak mabuk seperti semalam lagi sambil sarapan."Semalam kamu tidur begitu nyenyak pun masih bisa dengar ada suara? Mungkin kamu salah dengar suara angin menjadi suara aneh," kata Wira dengan kesal, sama sekali tidak peduli dengan perkataan Agha.Namun, Agha malah menggaruk kepala dan berkata, "Aku rasa aku nggak salah dengar .... Aku berjalan-jalan di hutan sejak kecil dan hidup dengan berburu bersama kakekku, jadi telingaku sangat sensitif. Kalau itu adalah suara angin, aku tentu saja akan mengabaikannya. Suara itu seperti suara kucing mengeong, benar-benar membuatku agak gatal."Mendengar perkataan itu, Wira dan Thalia langsung saling memandang dan wajah Thalia pun memerah. Kamar mereka bersebelahan dengan kamar Agha dan hanya dipisahkan dengan dinding yang tipis. Mereka tentu saja mengerti maksud dar