"Masih ada lima puluh mil lagi," jawab Bobby dengan segera."Apa ada yang istimewa di sana? Kenapa kamu menetapkan lokasi pertemuannya di sana?" tanya Wira lagi."Sekitar lima puluh mil dari sini, ada sebuah kuil yang didedikasikan untuk leluhur kami. Saat suku terpecah belah, ada peraturan tak tertulis yang menetapkan nggak boleh bertarung di sekitar kuil. Nggak peduli kelak suku akan terpecah menjadi seperti apa, kuil itu juga harus tetap utuh," jelas Bobby dengan segera.Wira akhirnya mengerti maksud Bobby. Dia menganggukkan kepala dan berkata, "Aku mengerti. Jadi, itu alasan kamu membawa dua ratus pengawal untuk ikut kita ke tempat ini. Ternyata kamu sudah mempersiapkan semuanya sejak awal."Setelah mendengar penjelasan Bobby, Wira akhirnya merasa lebih tenang. Bagaimanapun juga, dia hanya bisa mengikuti Bobby di tempat asing seperti ini. Tidak peduli ke mana pun Bobby pergi, dia juga harus mengikutinya. Perasaan asing ini memang membuat orang merasa sangat tidak nyaman. Untungnya,
"Tuan Wira ...." Setelah selesai berbicara, tatapan Bobby tertuju pada Wira yang hanya menganggukkan kepala, lalu keduanya masuk ke dalam kuil. Dalam sekejap, mereka sudah berada di dalam kuil, sedangkan pengawal di belakang mereka ditahan di luar pintu. Namun, mereka tetap tenang karena para pengawal itu hanya sebagai pencegah saja.Meskipun Bobby membawa dua ratus orang, orang Lukas yang berada di kuil itu sudah melebihi ratusan orang. Selain itu, orang-orang yang bersembunyi di kegelapan juga masih belum diketahui jumlahnya, yang pasti jumlahnya tidak akan sedikit. Trik kecil seperti ini tentu tidak akan bisa mengelabui Wira.Bobby mengernyitkan alis dan berkata, "Tuan Wira, aku selalu merasa suasana hari ini agak aneh. Sebelumnya, kita sudah bernegosiasi beberapa kali dan nggak pernah seseram ini, tapi kali ini kesannya sangat menekan. Selain itu, jumlah orang di sini sepertinya makin banyak, setidaknya lebih banyak dibandingkan sebelumnya. Menurutmu, apa rencana mereka?"Jika Bobb
Bobby langsung merasakan sebuah firasat yang buruk.Wira juga mengernyitkan alis. Begitu masuk, pantas saja Bobby merasa suasana kali ini berbeda dengan sebelumnya. Ternyata bukan Bobby yang berpikiran berlebihan, tetapi Lukas benar-benar sudah diam-diam merencanakan sesuatu. Sungguh menjengkelkan!"Kalian semua keluarlah!" Lukas tidak memedulikan ekspresi kedua orang itu, malahan berteriak ke sekitarnya. Tak lama kemudian, terlihat bayangan-bayangan yang bersembunyi di kegelapan pun keluar dari persembunyiannya dan orang yang berdiri paling adalah Aris."Wira, sudah lama nggak bertemu ya. Aku sudah bilang nyawamu ini milikku. Meskipun kamu sudah memasuki wilayah suku, aku juga punya cara untuk membunuhmu."Setelah tertawa dingin beberapa kali, Aris mengeluarkan pedangnya dan langsung mengarahkannya pada Wira. "Tapi, kamu nggak bisa salahkan aku juga, hidupku dan bawahanku ini semua bergantung padamu. Kalau kami nggak bisa membunuhmu, Jenderal Sucipto nggak akan melepaskanku. Jadi, kam
Bahkan Bobby juga tertegun sejenak. Memang ada sebagian pasukannya berada di sini, tetapi ada banyak wajah yang tak dikenalnya. Kekacauan besar tadi juga karena orang-orang yang tak dikenalnya ini menyerang tepat pada waktunya dan berhasil menahan orang-orang Lukas, sehingga kemenangan pun kembali berpihak pada mereka. Namun, dia yang sudah mempersiapkan semuanya dengan matang sebelum datang ke sini, sama sekali tidak tahu siapa orang-orang ini. Sekarang, dia hanya bisa menunggu jawaban dari Wira."Semuanya, maafkan aku. Sebelum datang ke sini, aku menerima informasi kalian sudah bersekongkol dengan Lukas. Kalau nggak, kamu pikir aku berani datang ke tempat asing ini tanpa persiapan apa pun?" kata Wira sambil tertawa dingin.Lukas dan Aris saling memandang dan tidak mengatakan apa pun untuk beberapa saat. Ternyata, informasi yang mereka dapatkan dengan susah payah adalah rencana Wira yang sengaja membocorkan hal itu pada mereka. Sungguh menyebalkan!"Aku tahu peraturan kalian di sini,
Wira menyilangkan lengan dan menggelengkan kepala melihat kejadian itu. Bekerja sama dengan orang yang berbahaya memang akan berakhir seperti ini. Namun harus diakui, Aris sudah membantunya karena sudah menghabisi satu ancaman ini. Dengan begitu, dia tidak perlu mengkhawatirkan Lukas lagi dan kendali atas suku juga akan jatuh ke tangan Bobby. Sungguh menguntungkan!"Aku harusnya berterima kasih padamu yang sudah melakukan semua ini. Sayangnya, kamu selalu ingin membunuhku, jadi aku nggak akan membiarkan orang sepertimu hidup di dunia ini."Setelah tertawa dingin, Wira memerintah Biantara, "Bunuh semua orang ini!"Biantara menganggukkan kepala, lalu memimpin orang-orangnya untuk segera menyerang. Kedua belah pihak segera terlibat dalam pertempuran sengit. Namun saat ini, jumlah orang di pihak Wira lebih unggul. Meskipun sudah berjuang mati-matian, pada akhirnya Aris dan pasukannya juga kalah total.Setengah jam kemudian, suasananya sudah kembali tenang. Melihat tubuh-tubuh yang tergelet
"Tuan Wira nggak perlu khawatir tentang hal ini, aku mampu melakukannya," kata Bobby dengan segera. Bagaimanapun juga, orang-orang di dalam suku adalah satu keluarga, semua pasti ingin berkembang menjadi lebih baik. Sebelumnya, Lukas membuat mereka merasa tertekan, tetapi sekarang Lukas sudah mati dan Bobby yang berkuasa sepenuhnya.Tiga hari kemudian. Gerakan Bobby sangat cepat. Hanya dalam beberapa hari saja, dia sudah menyatukan seluruh suku dan sekarang seluruh suku berada di bawah kendalinya. Hal ini membuat Wira merasa lega.Di ibu kota, Sucipto dan Izhar sudah menerima kabar dari Aris. Namun, Sucipto tidak marah seperti biasanya setelah mengetahui kegagalan Aris, melainkan tetap tenang seolah-olah sudah menduganya. Mereka sedang duduk di lantai atas di sebuah restoran yang elegan sambil melihat pemandangan jalanan di bawah dan menikmati minuman."Sepertinya kamu nggak begitu khawatir. Bukankah kamu selalu menganggap Wira adalah sebuah ancaman? Kali ini kita sudah melewatkan kese
Saat ini, Baris sudah sepenuhnya menjadi boneka Sucipto dan Izhar dan kerajaan Keluarga Barus juga sudah jatuh ke tangan mereka.....Di halaman istana. Osman sedang dikurung di bagian terdalam dari area terlarang istana. Halaman ini penuh dengan rerumputan liar dan tidak ada satu pun pelayan ataupun kasim di sana, tampaknya sangat sepi.Sucipto tidak membunuh Osman karena statusnya sebagai pangeran dan ini juga untuk membungkam pendapat publik. Sucipto juga memastikan ada orang yang mengirim makanan untuknya tepat waktu, tetapi makanan itu bahkan tidak layak dimakan oleh pelayan. Ini jelas sebuah penghinaan terbesar baginya. Namun, untuk tetap bertahan hidup dan merebut kembali takhta ibundanya, Osman hanya bisa menahan penghinaan itu dan menjalani hari-harinya dengan sabar di tempat yang gelap itu."Wira, kapan kalian akan kembali? Apa kalian benar-benar sudah melupakanku?" kata Osman yang duduk di lantai dengan ekspresi muram dan melihat sinar matahari di luar melalui celah di jende
"Pangeran, sekarang hamba hanya seorang pelayan rendahan di dapur kerajaan, apa yang bisa hamba bantu?" Nusa menjilat bibirnya yang kering, jelas merasa ragu.Osman segera berbisik, "Aku akan menulis sebuah surat dan kamu mencari cara untuk keluar istana, lalu pergi ke Penginapan Giri di Jalan Arum dan kamu sendiri yang serahkan surat ini pada pemilik restorannya. Minta dia untuk segera menyerahkan surat itu pada Wira secepat mungkin."Pada saat ini, Osman hanya bisa segera meminta bantuan dari Wira. Meskipun dia dikurung di dalam istana, dia tetap mendengar berita tentang situasi di luar yaitu Sucipto dan Izhar sudah memegang kekuasaan mutlak. Jika tidak segera menghentikan kedua orang itu, kerajaan Keluarga Barus akan jatuh ke tangan orang lain. Meskipun dia harus mati, dia juga tidak akan mati dengan tenang karena tidak bisa menghadapi ibundanya di alam baka."Ini ...."Nusa merasa ragu dan tangannya juga bergetar. Dia menelan ludah dan berkata dengan volume kecil, "Pangeran, aku in