"Tuan Wira nggak perlu khawatir tentang hal ini, aku mampu melakukannya," kata Bobby dengan segera. Bagaimanapun juga, orang-orang di dalam suku adalah satu keluarga, semua pasti ingin berkembang menjadi lebih baik. Sebelumnya, Lukas membuat mereka merasa tertekan, tetapi sekarang Lukas sudah mati dan Bobby yang berkuasa sepenuhnya.Tiga hari kemudian. Gerakan Bobby sangat cepat. Hanya dalam beberapa hari saja, dia sudah menyatukan seluruh suku dan sekarang seluruh suku berada di bawah kendalinya. Hal ini membuat Wira merasa lega.Di ibu kota, Sucipto dan Izhar sudah menerima kabar dari Aris. Namun, Sucipto tidak marah seperti biasanya setelah mengetahui kegagalan Aris, melainkan tetap tenang seolah-olah sudah menduganya. Mereka sedang duduk di lantai atas di sebuah restoran yang elegan sambil melihat pemandangan jalanan di bawah dan menikmati minuman."Sepertinya kamu nggak begitu khawatir. Bukankah kamu selalu menganggap Wira adalah sebuah ancaman? Kali ini kita sudah melewatkan kese
Saat ini, Baris sudah sepenuhnya menjadi boneka Sucipto dan Izhar dan kerajaan Keluarga Barus juga sudah jatuh ke tangan mereka.....Di halaman istana. Osman sedang dikurung di bagian terdalam dari area terlarang istana. Halaman ini penuh dengan rerumputan liar dan tidak ada satu pun pelayan ataupun kasim di sana, tampaknya sangat sepi.Sucipto tidak membunuh Osman karena statusnya sebagai pangeran dan ini juga untuk membungkam pendapat publik. Sucipto juga memastikan ada orang yang mengirim makanan untuknya tepat waktu, tetapi makanan itu bahkan tidak layak dimakan oleh pelayan. Ini jelas sebuah penghinaan terbesar baginya. Namun, untuk tetap bertahan hidup dan merebut kembali takhta ibundanya, Osman hanya bisa menahan penghinaan itu dan menjalani hari-harinya dengan sabar di tempat yang gelap itu."Wira, kapan kalian akan kembali? Apa kalian benar-benar sudah melupakanku?" kata Osman yang duduk di lantai dengan ekspresi muram dan melihat sinar matahari di luar melalui celah di jende
"Pangeran, sekarang hamba hanya seorang pelayan rendahan di dapur kerajaan, apa yang bisa hamba bantu?" Nusa menjilat bibirnya yang kering, jelas merasa ragu.Osman segera berbisik, "Aku akan menulis sebuah surat dan kamu mencari cara untuk keluar istana, lalu pergi ke Penginapan Giri di Jalan Arum dan kamu sendiri yang serahkan surat ini pada pemilik restorannya. Minta dia untuk segera menyerahkan surat itu pada Wira secepat mungkin."Pada saat ini, Osman hanya bisa segera meminta bantuan dari Wira. Meskipun dia dikurung di dalam istana, dia tetap mendengar berita tentang situasi di luar yaitu Sucipto dan Izhar sudah memegang kekuasaan mutlak. Jika tidak segera menghentikan kedua orang itu, kerajaan Keluarga Barus akan jatuh ke tangan orang lain. Meskipun dia harus mati, dia juga tidak akan mati dengan tenang karena tidak bisa menghadapi ibundanya di alam baka."Ini ...."Nusa merasa ragu dan tangannya juga bergetar. Dia menelan ludah dan berkata dengan volume kecil, "Pangeran, aku in
"Kita juga nggak pernah bertemu. Aku ada sebuah surat yang harus segera diserahkan pada Wira. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" Saat mengatakan itu, Nusa mengeluarkan suratnya dan segera menyerahkannya pada pemilik penginapan.Pemilik penginapan itu menyipitkan matanya. Ini adalah pos perhubungan yang didirikan Biantara, hanya Wira dan orang-orang mereka sendiri yang mengetahui tempat ini. Namun sekarang, tiba-tiba ada orang misterius yang datang mengantarkan surat, orang itu pasti bukan orang biasa dan kemungkinan besar memiliki hubungan dengan Wira.Saat pemilik penginapan masih ingin bertanya lebih lanjut, Nusa segera pergi. Dia tahu risikonya akan makin besar jika dia tinggal di sana lebih lama. Meskipun dia sudah berada di istana sejak kecil, dia sangat berhati-hati dalam bertindak. Inilah yang membuatnya berhasil perlahan-lahan naik pangkat hingga menjadi kasim pribadi Jihan.Sayangnya, sebelum Nusa bisa menikmati kekuasaannya, Jihan sudah wafat karena sakit parah dan nasibnya pun k
Wira juga merasa sangat bingung. Osman masih sangat berguna baginya, begitu juga untuk Sucipto dan Izhar. Jika bertindak sembarangan pada Osman, hanya akan membawa lebih banyak bencana untuk kedua orang itu. Keduanya juga bukan orang bodoh, mana mungkin mereka akan melakukan hal yang begitu bodoh."Aku baru saja menerima sebuah surat dari ibu kota. Aku sudah memeriksa tulisannya dengan seksama dan ini memang surat dari Osman. Dia juga sudah menghubungi pos perhubungan kita di ibu kota. Kalau nggak ada masalah besar, dia nggak akan mengambil risiko seperti ini. Yang paling pentingnya lagi, aku juga baru saja menerima kabar bahwa delapan jenderal utama Kerajaan Nuala sepertinya sudah diam-diam disuap oleh Sucipto. Tapi, sekarang masih belum jelas ada berapa orang dari delapan jenderal utama itu yang sudah berpihak pada Sucipto."Wira menyipitkan mata saat mendengar kabar tentang delapan jenderal utama karena dia tidak terlalu memahami urusan Kerajaan Nuala."Tuan, delapan jenderal utama
Ucapan Wira bukan tidak masuk akal. Kalaupun bertindak gegabah, apa yang bisa mereka peroleh? Bukankah hasilnya akan sama?"Beri tahu aku tentang kedelapan jenderal itu dulu. Siapa sebenarnya mereka? Berapa banyak pasukan yang mereka punya? Menurutmu, apa mungkin ada yang menolak bekerja sama dengan Sucipto dan Izhar?" tanya Wira.Meskipun Biantara menguasai banyak informasi, Leli berasal dari Kerajaan Nuala, bahkan merupakan orang kepercayaan Jihan dulu. Leli tentu lebih paham tentang Kerajaan Nuala.Setelah ragu-ragu sesaat, Leli menjilat bibirnya dan menimpali, "Di antara kedelapan jenderal, memang ada 2 yang terkenal setia. Aku rasa mereka belum tentu mau menerima suap dari Sucipto dan Izhar. Kita mungkin bisa mencari mereka."Mereka butuh banyak bantuan. Selain itu, Leli yakin Wira tidak akan mengerahkan pasukan sendiri. Namun, semua ini sudah cukup bagi Leli. Dia tidak berani menuntut apa pun dari Wira.Dengan adanya Wira, mereka baru bisa bernegosiasi dengan kedelapan jenderal i
"Nusa?" tanya Wira dengan bingung."Benar, dia orang kepercayaan Ratu. Dia yang mengurus kehidupan Ratu. Meskipun masih muda, dia sangat cermat dalam mengurus sesuatu. Makanya, Ratu mengizinkan Nusa mengikutinya.""Waktu Ratu wafat, Nusa sudah hilang. Aku kira dia dibunuh, tapi ternyata bersembunyi dan menjadi mata-mata. Asalkan menemukan Nusa, kita bisa berbicara dengan Pangeran," ujar Leli dengan tegas.Karena bersembunyi di kegelapan, mereka harus sangat berhati-hati dalam bertindak agar tidak ketahuan. Dengan begitu, Sucipto dan Izhar baru akan melonggarkan kewaspadaan mereka."Benar. Tapi, Nusa ini sangat berwaspada, 'kan? Dia juga sangat berhati-hati saat datang waktu itu. Sepertinya sulit untuk melacak lokasinya. Kamu tinggal lama di istana. Ada teman baik di sana nggak? Kita mungkin bisa memanfaatkannya untuk sementara waktu," kata Wira sambil menatap Leli dan menunggu responsnya.Leli menggeleng dengan tidak berdaya, lalu menyahut, "Ratu paling nggak suka melihat orang-orang m
"Kerajaan Nuala memang kacau. Siapa pun yang terlibat akan kerepotan sendiri. Nggak ada yang bisa meredakan kekacauan ini, bahkan diri sendiri mungkin akan terkena masalah," gumam Wira."Kamu membantu Nona Leli bukan karena dia cantik, 'kan?" tanya Thalia tiba-tiba sambil mengamati Wira dengan penasaran.Wira terkekeh-kekeh dan membalas, "Kenapa pikiranmu sempit sekali? Kamu kira aku bisa jatuh hati pada semua wanita? Aku melakukan semua ini tentu karena punya tujuan.""Coba kamu pikirkan. Kalau Baris menjadi boneka Sucipto dan Izhar, keduanya yang akan menjadi penguasa Kerajaan Nuala. Sekarang kami bertiga punya perselisihan besar. Kalau mereka memegang kuasa, bukankah mereka akan mencari masalah denganku?" jelas Wira.Setelah mendengarnya, Thalia sontak memahami semuanya. Sepertinya, memang pikirannya yang terlalu sempit.Wilayah yang dikuasai Wira dan Kerajaan Nuala merupakan suatu kesatuan. Jika perang terjadi dan Wira menang, dia tetap akan menderita kerugian. Ini bukan hasil yang