"Pangeran, sekarang hamba hanya seorang pelayan rendahan di dapur kerajaan, apa yang bisa hamba bantu?" Nusa menjilat bibirnya yang kering, jelas merasa ragu.Osman segera berbisik, "Aku akan menulis sebuah surat dan kamu mencari cara untuk keluar istana, lalu pergi ke Penginapan Giri di Jalan Arum dan kamu sendiri yang serahkan surat ini pada pemilik restorannya. Minta dia untuk segera menyerahkan surat itu pada Wira secepat mungkin."Pada saat ini, Osman hanya bisa segera meminta bantuan dari Wira. Meskipun dia dikurung di dalam istana, dia tetap mendengar berita tentang situasi di luar yaitu Sucipto dan Izhar sudah memegang kekuasaan mutlak. Jika tidak segera menghentikan kedua orang itu, kerajaan Keluarga Barus akan jatuh ke tangan orang lain. Meskipun dia harus mati, dia juga tidak akan mati dengan tenang karena tidak bisa menghadapi ibundanya di alam baka."Ini ...."Nusa merasa ragu dan tangannya juga bergetar. Dia menelan ludah dan berkata dengan volume kecil, "Pangeran, aku in
"Kita juga nggak pernah bertemu. Aku ada sebuah surat yang harus segera diserahkan pada Wira. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" Saat mengatakan itu, Nusa mengeluarkan suratnya dan segera menyerahkannya pada pemilik penginapan.Pemilik penginapan itu menyipitkan matanya. Ini adalah pos perhubungan yang didirikan Biantara, hanya Wira dan orang-orang mereka sendiri yang mengetahui tempat ini. Namun sekarang, tiba-tiba ada orang misterius yang datang mengantarkan surat, orang itu pasti bukan orang biasa dan kemungkinan besar memiliki hubungan dengan Wira.Saat pemilik penginapan masih ingin bertanya lebih lanjut, Nusa segera pergi. Dia tahu risikonya akan makin besar jika dia tinggal di sana lebih lama. Meskipun dia sudah berada di istana sejak kecil, dia sangat berhati-hati dalam bertindak. Inilah yang membuatnya berhasil perlahan-lahan naik pangkat hingga menjadi kasim pribadi Jihan.Sayangnya, sebelum Nusa bisa menikmati kekuasaannya, Jihan sudah wafat karena sakit parah dan nasibnya pun k
Wira juga merasa sangat bingung. Osman masih sangat berguna baginya, begitu juga untuk Sucipto dan Izhar. Jika bertindak sembarangan pada Osman, hanya akan membawa lebih banyak bencana untuk kedua orang itu. Keduanya juga bukan orang bodoh, mana mungkin mereka akan melakukan hal yang begitu bodoh."Aku baru saja menerima sebuah surat dari ibu kota. Aku sudah memeriksa tulisannya dengan seksama dan ini memang surat dari Osman. Dia juga sudah menghubungi pos perhubungan kita di ibu kota. Kalau nggak ada masalah besar, dia nggak akan mengambil risiko seperti ini. Yang paling pentingnya lagi, aku juga baru saja menerima kabar bahwa delapan jenderal utama Kerajaan Nuala sepertinya sudah diam-diam disuap oleh Sucipto. Tapi, sekarang masih belum jelas ada berapa orang dari delapan jenderal utama itu yang sudah berpihak pada Sucipto."Wira menyipitkan mata saat mendengar kabar tentang delapan jenderal utama karena dia tidak terlalu memahami urusan Kerajaan Nuala."Tuan, delapan jenderal utama
Ucapan Wira bukan tidak masuk akal. Kalaupun bertindak gegabah, apa yang bisa mereka peroleh? Bukankah hasilnya akan sama?"Beri tahu aku tentang kedelapan jenderal itu dulu. Siapa sebenarnya mereka? Berapa banyak pasukan yang mereka punya? Menurutmu, apa mungkin ada yang menolak bekerja sama dengan Sucipto dan Izhar?" tanya Wira.Meskipun Biantara menguasai banyak informasi, Leli berasal dari Kerajaan Nuala, bahkan merupakan orang kepercayaan Jihan dulu. Leli tentu lebih paham tentang Kerajaan Nuala.Setelah ragu-ragu sesaat, Leli menjilat bibirnya dan menimpali, "Di antara kedelapan jenderal, memang ada 2 yang terkenal setia. Aku rasa mereka belum tentu mau menerima suap dari Sucipto dan Izhar. Kita mungkin bisa mencari mereka."Mereka butuh banyak bantuan. Selain itu, Leli yakin Wira tidak akan mengerahkan pasukan sendiri. Namun, semua ini sudah cukup bagi Leli. Dia tidak berani menuntut apa pun dari Wira.Dengan adanya Wira, mereka baru bisa bernegosiasi dengan kedelapan jenderal i
"Nusa?" tanya Wira dengan bingung."Benar, dia orang kepercayaan Ratu. Dia yang mengurus kehidupan Ratu. Meskipun masih muda, dia sangat cermat dalam mengurus sesuatu. Makanya, Ratu mengizinkan Nusa mengikutinya.""Waktu Ratu wafat, Nusa sudah hilang. Aku kira dia dibunuh, tapi ternyata bersembunyi dan menjadi mata-mata. Asalkan menemukan Nusa, kita bisa berbicara dengan Pangeran," ujar Leli dengan tegas.Karena bersembunyi di kegelapan, mereka harus sangat berhati-hati dalam bertindak agar tidak ketahuan. Dengan begitu, Sucipto dan Izhar baru akan melonggarkan kewaspadaan mereka."Benar. Tapi, Nusa ini sangat berwaspada, 'kan? Dia juga sangat berhati-hati saat datang waktu itu. Sepertinya sulit untuk melacak lokasinya. Kamu tinggal lama di istana. Ada teman baik di sana nggak? Kita mungkin bisa memanfaatkannya untuk sementara waktu," kata Wira sambil menatap Leli dan menunggu responsnya.Leli menggeleng dengan tidak berdaya, lalu menyahut, "Ratu paling nggak suka melihat orang-orang m
"Kerajaan Nuala memang kacau. Siapa pun yang terlibat akan kerepotan sendiri. Nggak ada yang bisa meredakan kekacauan ini, bahkan diri sendiri mungkin akan terkena masalah," gumam Wira."Kamu membantu Nona Leli bukan karena dia cantik, 'kan?" tanya Thalia tiba-tiba sambil mengamati Wira dengan penasaran.Wira terkekeh-kekeh dan membalas, "Kenapa pikiranmu sempit sekali? Kamu kira aku bisa jatuh hati pada semua wanita? Aku melakukan semua ini tentu karena punya tujuan.""Coba kamu pikirkan. Kalau Baris menjadi boneka Sucipto dan Izhar, keduanya yang akan menjadi penguasa Kerajaan Nuala. Sekarang kami bertiga punya perselisihan besar. Kalau mereka memegang kuasa, bukankah mereka akan mencari masalah denganku?" jelas Wira.Setelah mendengarnya, Thalia sontak memahami semuanya. Sepertinya, memang pikirannya yang terlalu sempit.Wilayah yang dikuasai Wira dan Kerajaan Nuala merupakan suatu kesatuan. Jika perang terjadi dan Wira menang, dia tetap akan menderita kerugian. Ini bukan hasil yang
"Nggak usah lama-lama, malam ini saja," sahut Wira sambil tersenyum. Kemudian, dia mengambil cangkir teh sambil memandang ke kejauhan.Malam ini ditakdirkan untuk menjadi malam tanpa tidur.Di sisi lain, Leli mengendarai kudanya menuju ke kemah. Waktu adalah segalanya. Jika ingin Osman segera terlepas dari bahaya, dia harus menemukan seseorang yang bisa membantu mereka secepat mungkin.Dengan demikian, mereka baru bisa menyingkirkan Sucipto dan Izhar, juga meredakan kekacauan di Kerajaan Nuala.....Malam akhirnya tiba. Wira menuju ke gerbang istana. Karena dipaksa Thalia dan Agha, Wira akhirnya mengizinkan mereka ikut. Dia cukup terharu melihat kesetiaan mereka.Meskipun telah mengatur semuanya, hal-hal tak terduga mungkin tetap akan terjadi. Ketika saat itu tiba, mereka bertiga mungkin tidak akan bisa meninggalkan Kerajaan Nuala. Meskipun memahami semua ini, Thalia dan Agha tetap memilih untuk mengikuti Wira."Kalian sudah yakin?" tanya Wira saat mereka sudah dekat dengan istana."Se
"Jadi? Kamu kira kita ini maling? Aku akan membawa Osman keluar secara terang-terangan! Aku yakin mereka nggak berani macam-macam padaku," ujar Wira dengan penuh percaya diri.Thalia dan Agha bertatapan dengan heran. Mereka tidak bisa menebak isi pikiran Wira, tetapi hanya bisa mengikutinya.Segera, mereka sampai di depan gerbang istana. Pengawal yang berjaga sontak menjulurkan tombak untuk menghalangi jalan mereka. Salah satunya berkata dengan tidak sabar, "Istana bukan tempat umum. Pergi sana!""Kalian bawahan Sucipto?" Wira tidak peduli dengan sikap mereka, melainkan menyeringai.Ketika mendengar Wira menyebut nama Sucipto, sikap kedua pengawal itu berubah drastis. Mereka mengira Wira punya hubungan dengan Sucipto. Lagi pula, tidak ada yang berani menyebut nama Sucipto secara langsung."Tuan, siapa kamu? Apa hubunganmu dengan Jenderal Sucipto?" tanya salah satu pengawal.Wira menyahut dengan nada datar, "Kalau dia tahu aku datang, dia pasti langsung menyambutku. Kabari saja dia, bil
Dalam sejarah, para jenderal perang yang menggunakan trisula sangatlah langka. Ini karena satu trisula setidaknya memiliki berat sekitar 90 kilogram. Orang yang mampu mengayunkan senjata semacam ini sudah pasti sangat ganas dan kuat.Di bawah komando Wira, selain Agha yang menggunakan palu berat dengan kedua tangan, tak ada orang lain yang mampu menggunakan senjata berat semacam ini.Dari sini pula bisa dilihat bahwa Zaki, yang disebut sebagai salah satu tangan kanan Bimala, jelas bukan seseorang yang hanya memiliki nama besar tanpa kekuatan nyata.Wakil jenderal yang mengikuti Zaki tersenyum tipis setelah mendengar kabar itu. Dia menangkupkan tangan dan berkata, "Jenderal, aku nggak setuju. Bertempur seperti ini jauh lebih baik daripada yang kita bayangkan sebelumnya. Kita nggak bisa terus bersembunyi di dalam suku sambil bermain intrik dengan mereka yang bermuka dua."Zaki mendengus dingin dan berkata, "Siapa pun yang berani bermain intrik denganku akan langsung kusingkirkan dengan t
"Apa?" Wira langsung terkejut dan berpikir mengapa bisa muncul masalah merepotkan seperti ini pada saat krisis ini. Jika para pengungsi ini benar-benar nekat, kekuatan mereka tidak akan jauh berbeda dengan orang biasa. Namun, saat ini mereka sedang bersiap melawan pasukan utara, kehadiran orang-orang ini bisa menjadi faktor yang sangat tidak stabil.Setelah berpikir sejenak, Wira pun memerintah tanpa ragu, "Tutup gerbang kota dan jangan membiarkan para pengungsi itu keluar dulu. Selain itu, buka gudang persediaan dan bagikan makanannya, sebisa mungkin menenangkan para pengungsi itu. Pada saat seperti ini, kita nggak boleh menghadapi masalah seperti ini."Wira berkata dengan ekspresi muram setelah berhenti sejenak, seolah-olah merasa tidak tenang, "Kalau masih ada yang nggak tahu diri, beri tahu Jenderal Trenggi bahwa dia berhak menentukan hidup dan mati mereka. Tapi, itu hanya untuk menakut-nakuti saja, jangan sampai terlalu kejam.""Baik," jawab mata-mata itu.....Di sekitar Dataran
Setelah terdiam cukup lama, Nafis mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau mereka melewati jalur cabang ini, mereka akan berputar jauh. Dengan begitu, mereka akan menghindari Dataran Haloam dan laju mereka akan menjadi sangat lambat."Wira juga menganggukkan kepala karena memang ini yang dikhawatirkannya.Beberapa saat kemudian, Arhan memberi hormat dan berkata, "Tuan Wira, aku punya ide, tapi aku nggak tahu apa ini bisa berhasil."Wira tertegun sejenak saat mendengar perkataan itu, lalu matanya bersinar sebagai isyarat agar Arhan melanjutkan perkataannya. Sejak Arhan memimpin pasukannya untuk mengikutinya, Arhan tidak banyak berbicara. Sekarang kesempatan itu sudah datang, dia tentu saja ingin mendengar lebih banyak pemikiran Arhan.Setelah memberi hormat, Arhan menunjuk pada peta dan berkata, "Tuan, coba lihat di sini. Kalau mereka melalui jalur cabang dari Dataran Haloam, mereka akan melewati gunung berbatu. Aku berniat untuk menempatkan pasukan kecil di sini untuk memaksa mereka meng
Sekelompok pasukan keluarga dari gerbang utara dengan sangat bersemangat dan langsung menuju Dataran Haloam dan Hutan Bambu Mayu.Begitu tiba di Hutan Bambu Mayu, Wira segera mulai membagi pasukannya sesuai dengan rencana mereka sebelumnya. Hutan ini sangat lebat, sehingga orang yang berjalan di luar tidak akan mengetahui ada orang yang bersembunyi di dalamnya.Selain itu, celah-celah di dalam Hutan Bambu Mayu ini juga cukup lebar dan daerah penyangga yang luasnya beberapa mil. Jangankan tiga ribu Pasukan Harimau yang dipimpin Wira sekarang, mereka juga tetap bisa bersembunyi sepenuhnya jika ditambah dua ribu Pasukan Harimau lagi.Saat Agha dan Latif bersiap untuk memimpin sepuluh ribu prajurit itu berangkat, Latif maju dan berkata, "Tuan, apa perlu kami meninggalkan beberapa prajurit untuk kalian?"Setelah berpikir sejenak, Wira perlahan-lahan berkata, "Nggak perlu, ingat untuk menggunakan mata-mata sebaik mungkin. Kamu dan Agha harus membagi tugas, jangan terus berkumpul bersama. Pas
Wira beserta Adjie dan Nafis berjalan perlahan-lahan menuju kemah utama untuk kavaleri. Kemah untuk kavaleri dari Kerajaan Nuala letaknya berdampingan dengan kemah di tengah kota, sehingga saat ini mereka bisa melihat sudah ada banyak tali perangkap kuda yang terhampar di luar kemah tengah itu.Melihat begitu banyak tali perangkap kuda, Wira merasa agak bersemangat. Jika semua benda ini bisa diletakkan di Dataran Haloam, pasukan utara pasti akan kesulitan.Begitu memasuki kemah Pasukan Harimau, dua pria yang mengenakan zirah langsung menghentikan langkah Wira dan yang lainnya. Mereka membawa pedang militer di pinggang dan busur serta dua set anak panah di punggung mereka.Wira langsung mengeluarkan lencana dan berkata, "Aku ini Wira, aku ingin mengerahkan tiga ribu pasukan. Siapa yang memimpin di sini? Panggil dia ke sini untuk bertemu denganku."Orang yang membawa bendera biasanya adalah komandan utama pasukan. Di medan perang, dia akan bertarung mati-matian sambil mengangkat bendera.
Wira terlihat tertegun sejenak setelah mendengar laporan dari mata-mata, lalu dia tiba-tiba merasa sangat senang dan berkata, "Baiklah. Kalau begitu, kita jalankan sesuai rencana kita. Jenderal Trenggi, aku percayakan kota ini padamu."Trenggi menganggukkan kepala. Setelah itu, dia mengeluarkan sebuah lencana, lalu langsung menyerahkannya pada Wira dan berkata, "Tuan Wira, lencana ini bisa memungkinkanmu untuk langsung membawa pergi tiga ribu Pasukan Harimau. Untuk berjaga-jaga, aku serahkan wewenang untuk mengatur Pasukan Harimau ini padamu untuk sementara."Wira langsung tertegun sejenak saat mendengar perkataan Trenggi, jelas tidak menyangka Trenggi bisa begitu percaya padanya. Meskipun hubungannya dan Osman cukup baik, dia jarang berurusan dengan Trenggi sebelumnya.Namun, sekarang Trenggi malah langsung memberikan kesempatan besar ini pada Wira, sehingga dia benar-benar merasa sangat terharu. Meskipun lencana itu hanya bisa mengerahkan tiga ribu Pasukan Harimau, itu juga sudah ter
Tempat seperti Hutan Bambu Mayu memang sangat cocok untuk digunakan sebagai tempat penyergapan.Melihat tempat itu, Wira menganggukkan kepala dan berkata, "Kalau begitu, ini memang nggak bermasalah bagi kita. Tapi, aku penasaran, bagaimana kalau kita mengatur penyergapan di Hutan Bambu Mayu ini?"Mata Adjie langsung bersinar dan segera berkata, "Tuan, aku juga berpikir seperti itu. Kalau kita menyiapkan penyergapan di sini, pasukan musuh juga nggak akan bisa menemukan kita. Selama kita terus bertarung sambil melangkah mundur dan ditambah lagi adanya tali perangkap kuda, aku jamin mereka nggak akan selamat."Wira menganggukkan kepala. Jika memang seperti itu, rencana ini memang cukup baik. Namun, jika hanya sebatas itu saja, dia malah merasa ada sesuatu yang tidak beres. Setelah terdiam sejenak, dia sepertinya teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Aku merasa sepertinya ada yang kurang. Rencana ini akan berhasil kalau pasukan musuh mengejar kita.""Bagaimana kalau mereka memutusk
Mendengar perkataan itu, Agha yang di samping pun tersenyum dan berkata, "Tuan, tali untuk perangkap kuda ini ada. Saat aku dan Latif pergi membujuk orang-orang itu, kami menemukan banyak tali perangkap kuda di kemah utama di sana. Cukup untuk kita gunakan."Ekspresi Wira langsung terlihat senang, lalu menatap ke arah Latif.Latif pun tersenyum, lalu maju dan berkata, "Benar. Kami memang menemukan banyak tali perangkap kuda di sana, jadi ini bukan masalah lagi. Aku akan pergi menyuruh mereka untuk memindahkannya ke sini sekarang juga."Setelah berhasil membujuk para prajurit di dalam kita untuk menyerah, Latif memeriksa dan menemukan jumlah mereka tidak sampai sepuluh ribu orang. Meskipun jumlahnya masih kalah dibandingkan dengan pasukan Trenggi, jumlah ini juga tidak termasuk sedikit. Oleh karena itu, dia berniat menyerahkan tanggung jawab ini pada Agha untuk menghindari kesalahpahaman.Namun, setelah mendengar pemikiran itu, Wira langsung menyerahkan wewenang untuk memimpin para praj
Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi