Untungnya, Wira dan Leli bergerak dengan cepat untuk menopang Osman dari sebelah kiri dan kanan."Pangeran, kamu baik-baik saja, 'kan?" tanya Leli dengan cemas.Wira juga berkata, "Pangeran, wafatnya Ratu memang menyedihkan, tapi sekarang masih ada yang lebih penting yang harus dilakukan. Kita harus segera masuk ke dalam istana. Ratu bukan penguasa yang nggak bijaksana. Sebelum meninggal, dia pasti sudah menulis surat wasiat. Kita harus melihat surat wasiat itu. Kalau Ratu menetapkan kamu sebagai Raja, kita tentu saja harus mendukungmu untuk naik takhta. Tapi, bagaimana kalau Sucipto dan Izhar diam-diam mengubah surat wasiat itu?"Wira segera menganalisis situasinya. Semua orang juga terus menganggukkan kepala setuju. Memang benar, situasi saat ini sangat buruk, bukan saatnya untuk mereka bersedih."Baiklah, aku akan segera masuk ke dalam istana. Meskipun diberi nyali, aku yakin mereka juga nggak akan berani mengubah surat wasiat. Itu adalah kejahatan dengan hukuman mati sembilan ketur
"Kalian ...," kata Osman yang marah sampai wajahnya pucat.Setelah menunjuk pada pemimpin pengawal kerajaan yang berbicara sejenak, Osman menggertakkan gigi dan berkata, "Dia adalah pejabat, aku adalah pangeran. Kalian malah mendengar perintahnya, tapi nggak mematuhi perintahku. Apa kalian nggak menghormatiku sebagai pangeran?"Para pengawal kerajaan itu menundukkan kepala dan tak berbicara, tetapi mereka tetap tidak memberikan jalan."Pangeran, sepertinya kamu nggak perlu berbicara terlalu banyak dengan mereka. Mereka ini bawahan Sucipto dan sekarang mereka juga sudah masuk ke Keluarga Radifan. Mereka sudah lupa siapa pemilik kerajaan ini yang sebenarnya," kata Wira dengan nada sinis sambil menyilangkan tangannya di dada.Sudut mulut Osman berkedut beberapa kali dan tetap tidak berbicara. Ibundanya baru saja wafat, situasinya sudah menjadi tak terkendali seperti ini. Jika dibiarkan lebih lama lagi, kerajaan ini mungkin benar-benar akan berganti kekuasaan. Sungguh menyebalkan!"Apa aku
Setelah menyusun dengan begitu terperinci, ternyata masih terjadi hal di luar dugaan mereka.Izhar memicingkan matanya. Seperti yang diduga Wira, dekret sudah ditulis oleh Jihan. Osman barulah pewaris takhta. Alasan Izhar dan Sucipto menyusun semua ini yaitu agar para menteri tidak melihat dekret tersebut.Dengan demikian, Baris baru bisa mewarisi takhta. Sayangnya, rencana mereka gagal. Untungnya, situasi berada di dalam kendali mereka. Sekalipun Wira memiliki kemampuan luar biasa, dia mungkin tidak sanggup mengungkapkan kebenarannya."Pengawal! Segera tangkap para pemberontak ini!" perintah Sucipto. Saat berikutnya, para pengawal menyerbu untuk mengepung Wira dan lainnya."Buka mata kalian lebar-lebar! Aku Osman, Pangeran Besar! Kalian berani mendengar perintah Sucipto dan melawanku?" bentak Osman.Para pengawal bertatapan. Meskipun merasa ragu, tidak ada satu pun yang mundur. Bagaimanapun, token militer ada di tangan Sucipto! Sucipto memegang kuasa untuk memobilisasi pasukan Kerajaa
Detik berikutnya, Osman menerjang ke depan. Jelas, dia ingin merebut dekret itu dari tangan Sucipto! Asalkan isi dekret itu diumumkan, kebenaran akan langsung terungkap!"Pangeran! Jangan mendesakku!" tegur Sucipto. Osman hanya seorang cendekiawan yang tidak pernah terjun ke medan perang. Mana mungkin orang sepertinya sanggup melawan Sucipto?Sucipto langsung menyimpan dekret itu, lalu mundur untuk menjaga jarak dengan Osman. Para pengawal yang berdiri di sebelah segera maju untuk mengepung Osman. Jelas, mereka tidak lagi menghormati Osman."Makin menarik saja," gumam Wira yang berdiri di belakang Osman sambil menyipitkan mata. Wira sudah bertemu banyak pengkhianat, tetapi tidak pernah ada yang seangkuh Sucipto sampai berani menyatakan perang dengan seorang pangeran, bahkan melakukannya di depan aula berkabung Ratu."Ibuku begitu menghormatimu, tapi kamu malah melakukan pengkhianatan seperti ini. Kamu telah mengecewakan ibuku!" bentak Osman yang murka hingga hampir memuntahkan darah. D
"Apa yang kamu lakukan?" Wira segera meraih pergelangan tangan Leli saat melihatnya hendak maju."Kamu boleh nggak peduli, tapi aku nggak akan membiarkan Pangeran Osman dikurung begitu saja. Meskipun harus mati hari ini, aku tetap akan melindunginya dan menyingkirkan para pengkhianat!" sahut Leli.Wira menegur, "Kamu rasa tindakanmu ini sudah cukup untuk menunjukkan kesetiaanmu? Gunakan otakmu dengan baik. Kamu nggak bisa menilai situasi? Izhar dan Sucipto bukan cuma ingin Baris menjadi boneka mereka, tapi juga sudah menghasut orang-orang.""Kita nggak bisa apa-apa untuk sekarang. Kita harus memikirkan strategi baru untuk menjamin keselamatan Osman. Kalau bertindak gegabah, kamu cuma akan mati sia-sia. Osman akan mengerti setelah bebas nanti."Setelah dibujuk oleh Wira, Leli baru menahan diri untuk tidak bertindak gegabah. Meskipun begitu, dia tetap menatap Sucipto dengan penuh kebencian."Ehem, ehem." Wira berdeham untuk menarik perhatian Sucipto dan Izhar. "Karena masalah sudah seles
"Kalau begitu, jangan salahkan kami bertindak lancang," sahut Sucipto setelah terkekeh-kekeh. Kemudian, dia melambaikan tangan kepada prajurit di belakang dan memerintahkan, "Tangkap Leli, tapi jangan sampai melukai Tuan Wira dan teman-temannya."Terdengar sangat baik hati! Namun, Wira menggenggam tangan Leli dengan erat. Jelas, dia tidak berniat menyerahkan Leli kepada mereka!Leli berada di pihak Osman, apalagi menemani Osman menerobos masuk ke istana. Dia jelas sudah melampaui batas toleransi Izhar dan Sucipto. Apabila meninggalkannya di istana, itu artinya Wira membiarkannya mati.Izhar dan Sucipto memang tidak berani melukai Osman, tetapi mereka bisa membunuh Leli. Orang-orang memang mengetahui niat jahat mereka, tetapi mereka hanya butuh alasan untuk mengakhiri hidup Leli.Wira tentu tidak akan membiarkan hal ini terjadi. Ketika sekelompok prajurit itu hendak beraksi, kembang api tiba-tiba mekar di langit. Perubahan mendadak ini membuat semua orang termangu. Sucipto memicingkan m
Setelah bertatapan, semuanya mengacungkan jempol kepada Wira. Saat ini, Thalia akhirnya mengerti mengapa ada begitu banyak wanita yang menemani di sisi Wira. Pria ini benar-benar memberi rasa aman kepada mereka."Kenapa kamu nggak membawa Pangeran Osman pergi juga?" tanya Leli.Wira melambaikan tangan dan menyahut, "Aku tentu ingin membawanya, tapi kamu juga melihat semenakutkan apa ambisi Izhar dan Sucipto tadi.""Kamp tempat menaruh pangan tentu penting bagi mereka. Tapi kalau dibandingkan, Osman tentu lebih penting bagi mereka. Asalkan mengendalikan Osman, mereka baru bisa bertindak semena-mena.""Kalau Osman bebas, meskipun mereka menguasai dunia dengan menjadikan Baris boneka, Osman bisa mengumpulkan kekuatan untuk menjatuhkan mereka nantinya. Mereka bukan orang bodoh, mana mungkin nggak paham soal ini?""Sebelum fondasi mereka kokoh, mereka nggak akan menyentuh Osman. Tenang saja. Tapi kalau aku membawa Osman pergi, itu berarti aku mencelakainya," jelas Wira.Leli akhirnya menger
Setelah membuat pengaturan, mereka pun berpencar. Ada yang mengikuti Wira ke utara dan ada yang menuju ke kota.Baris baru naik takhta. Izhar dan Sucipto pasti akan mengambil alih urusan pemerintahan sehingga penjagaan akan menjadi makin ketat.Jika itu orang lain yang mengumpulkan informasi di ibu kota, Wira tentu akan merasa sangat cemas. Namun, dia bisa merasa tenang karena orang yang diutus adalah Biantara. Biantara tidak akan mengecewakannya ataupun membuat kesalahan."Kamu mau ikut kami ke suku atau menjaga Biantara? Kamu pilih sendiri," ujar Wira sambil menatap Leli.Leli adalah orang kepercayaan Osman. Sejak Jihan sakit parah, dia yang terus menemani Osman. Sekarang adalah masa kritis, apalagi Osman dikurung. Wira tidak ingin memaksa Leli melakukan apa pun, jadi membiarkannya membuat keputusan."Nggak ada gunanya aku ke kota." Leli menghela napas, lalu melirik ke arah Biantara pergi sambil meneruskan, "Izhar dan Sucipto tahu kamu punya jaringan mata-mata, juga tahu Biantara ada