Wira menggeleng, lalu menjelaskan, "Meski menang telak, kita tetap harus maju perlahan dan nggak boleh gegabah. Setelah merebut satu kota, kita harus stabilkan posisi belakang dengan baik. Kita juga harus menyisihkan beberapa pasukan untuk menjaga kota. Seiring perjalanan, pasukan kita akan makin berkurang. Jadi, kita juga harus beristirahat di sini untuk sementara waktu."Semua orang mengangguk setuju. Wira berkata demikian bukan tanpa alasan. Apabila terburu-buru, semua perjuangan mereka hanya akan berakhir sia-sia.Di sisi lain, ketika Wira dan lainnya sedang sibuk membangun kembali Benteng Talog, kabar ini juga sudah diterima oleh Ciputra yang berada di istana.Saat melihat laporan perang di tangannya, Ciputra sontak memaki dengan kesal, "Apa yang dilakukan Ishan? Bisa-bisanya dia kehilangan Benteng Talog? Itu adalah gerbang dari Kerajaan Beluana. Begitu Benteng Talog jatuh, pihak lawan bisa langsung menyerang ke istana. Apa yang harus kulakukan kalau begini?"Para pejabat di ruang
"Bagaimana Raja bisa tahu hal ini? Apa ada orang yang melaporkan keburukanku di depan Raja? Aku selalu setia dan melakukan semuanya demi kerajaan. Kalau ada orang yang melaporkan keburukanku pada Raja, berarti orang itu ada motif jahat!" kata Ishan dengan tegas.Saat ini, Ishan sudah menjadi jenderal besar yang berwibawa. Jika dia tahu ada orang yang berani diam-diam melaporkan hal buruk tentangnya, dia pasti akan menghukum orang itu. Selain itu, dia juga sudah memiliki posisi yang tinggi sekarang, bahkan Ciputra pun tidak berani bertindak gegabah di depannya."Bicara apa Jenderal Ishan ini? Karena baru tahu situasi di garda depan, jadi aku memanggilmu untuk menanyakan beberapa hal. Tapi dari yang aku tahu, sekarang kamu sudah mundur dari Benteng Talog dan situasi di perbatasan sangat mendesak. Kondisinya nggak bisa ditunda lagi. Apa semua itu benar?"Setelah ragu sejenak, Ishan akhirnya mengangguk. Memang tidak ada hal yang bisa terus disembunyikan. Meskipun dia enggan mengakui, semua
"Raja, jangan marah! Jenderal Ishan adalah harapan kita. Saat ini masih ada banyak peperangan yang sedang berlangsung, kita masih membutuhkan Jenderal Ishan. Di saat seperti ini, jangan bercekcok dengan Jenderal Ishan dulu."Ciputra mengepalkan tinjunya dengan erat dan tetap menatap sosok Ishan yang pergi menjauh."Aku merasa kerajaan ini sekarang seolah-olah jadi milik Ishan. Aku nggak punya pasukan, sedangkan Ishan mengendalikan kekuatan militer. Kamu lihat saja caranya berbicara denganku tadi, apa dia menghormati pendapatku?" Ciputra merasa menyesal sekarang karena menyerahkan seluruh pasukan kepada Ishan. Jika tidak, situasinya tidak akan menjadi seperti hari ini.Kasim itu tidak berani banyak berbicara lagi karena dia tidak bisa menyinggung kedua belah pihak. Dia juga harus melindungi dirinya sendiri.Di luar istana. Setelah menemui Ciputra, Ishan langsung kembali ke kemahnya sendiri. Dia memang tidak berniat untuk membangkang, tetapi dia tetap mengumpulkan ratusan ribu pasukanny
"Beritanya akurat. Wira sudah menyerang Benteng Talog dan hampir mencapai istana Kerajaan Beluana," kata seorang perwira dengan terburu-buru. Memang Wira yang memenangkan peperangan ini, tetapi mereka juga merasakan dampak kemenangan itu. Bagi mereka, asalkan ada orang yang bisa mengendalikan Kerajaan Beluana, itu adalah hal yang baik. Selama ini, Ishan selalu memimpin pasukan untuk terus menyerang mereka dan menyebabkan wilayah mereka makin berkurang. Situasi mereka pun semakin berbahaya."Bagus! Bagus sekali! Wira selalu berada di Provinsi Lowala, untungnya kita nggak ada konflik dengannya. Terus melatih pasukannya demi hari ini, Wira memang pintar menyembunyikan kekuatannya. Setelah kekuatannya menjadi begitu luar biasa, dia baru turun tangan dan berhasil membuat Kerajaan Beluana terdesak seperti ini. Sungguh luar biasa!"Para perwira itu juga ikut mengangguk. Mereka berpikir, seandainya saja Wira adalah orang dari Kerajaan Nuala, mereka pasti akan merasa aman dan juga bisa kembali
Berita tentang Wira menyerang Kerajaan Beluana sudah menyebar ke seluruh sembilan provinsi. Jika Jihan bisa menerima berita itu, Kerajaan Agrel tentu juga tidak akan ketinggalan informasi. Saat ini, para raja sudah berkumpul dan yang duduk di kursi utama adalah Ratu Kerajaan Agrel, Senia."Ratu, Wira tiba-tiba menyerang Kerajaan Beluana dan membuat penyerangan kita harus diperlambat. Kita dan Kerajaan Beluana sudah bersekutu, tapi pasukan Kerajaan Beluana sudah mundur dan sekarang sedang berperang dengan Wira. Apa yang harus kita lakukan? Membantu sekutu kita dan tetap menunggu di sini, atau kita menyerang Kerajaan Nuala sendirian?"Para raja ini berpikir Kerajaan Nuala yang saat ini sudah tidak berkuasa seperti dulu dan tidak sanggup untuk melawan mereka. Meskipun tidak ada bantuan dari Kerajaan Beluana, Kerajaan Agrel tetap akan bisa menghabisi Kerajaan Nuala. Situasinya sebenarnya tidak serumit yang mereka bayangkan.Senia mengetukkan jarinya ke meja dengan lembut dan tidak berkomen
Dalam sekejap, Wira sudah berada di ruang tamu. Setelah beristirahat beberapa hari, keadaan di Benteng Talog sudah mengalami perubahan besar. Bukan hanya dalam hal pertahanan, bahkan kantor pemerintahan juga direnovasi total. Utusan yang datang itu berdiri di tengah ruang tamu sambil memeriksa sekeliling dan berpikir dalam hatinya bahwa Wira ini benar-benar sudah menganggap tempat ini sebagai miliknya. Sungguh menyebalkan.Jelas-jelas ini adalah gerbang utama Kerajaan Beluana, orang ini malah menganggapnya sebagai miliknya sendiri. Nanti jenderal utama pasti akan menghukumnya. Tepat pada saat itu, terdengar suara langkah kaki yang mendekat dan dia pun tersadar kembali. Dia memandang Wira dengan tatapan yang terlihat ramah dan ekspresinya sangat hormat.Setelah menyerahkan surat di tangannya kepada Wira, utusan itu berkata, "Tuan Wira, aku datang ke sini atas perintah Raja kami untuk menawarkan perdamaian denganmu. Maksud Raja dalam surat ini sudah sangat jelas. Seluruh masalah ini buka
Semua orang yang berada di ruangan itu pun berseru sehingga utusan itu tidak berani berkomentar lebih."Sudahlah, kalian jangan takuti dia lagi, nanti dia mengompol." Mendengar perkataan Wira, semua orang yang berada di ruangan itu pun tertawa."Kamu pulang saja dulu. Keinginan mereka adalah keinginanku. Kalau Ishan ingin kami mundur, caranya mudah saja. Dia hanya perlu memberiku dua provinsi, lalu kami nggak akan menyerang lagi. Ini akan menguntungkan kita berdua. Aku yakin Ishan akan mengerti hal ini. Pergilah," kata Wira sambil melambaikan tangannya.Mendengar perkataan itu, utusan itu menghela napas dan segera meninggalkan tempat berbahaya itu. Tak lama kemudian, dia sudah kembali ke istana."Bagaimana? Apa Wira bersedia mundur?" tanya Ciputra dengan terburu-buru. Dia sudah berkorban seperti ini hingga menurunkan martabatnya di surat itu dan terus memohon kepada Wira. Dia berharap Wira bisa memberinya sebuah jalan keluar, tetapi yang dilakukannya ini hanya strategi untuk mundur sem
Dalam sekejap, Ishan sudah tiba di aula utama."Jenderal Ishan, apa kamu tahu sekarang situasinya semakin memburuk? Aku sudah mengutus orang untuk bernegosiasi dengan Wira, tapi dia keras kepala dan enggan mengembalikan Benteng Talog. Dia bahkan menggunakan alasan kamu mencuri persediaan makanan itu untuk mengancamku. Kalau masalah dengan Wira nggak diselesaikan dengan baik, kita harus pindah ibu kota dan meninggalkan kota ini untuk sementara." Ciputra marah hingga wajahnya memerah. Wibawanya sebagai seorang raja kini sudah hilang tak bersisa. Baginya, menghadapi masalah dengan ekspresi yang tetap tenang itu hanya omong kosong belaka.Ishan berkata dengan cuek, "Dia cuma sekadar ngomong, selain itu kita juga nggak perlu pindah ibu kota. Saat ini kita punya 600.000 pasukan yang bisa dikerahkan kapan saja. Sementara itu, ratusan ribu pasukan yang lainnya sekarang masih menjaga perbatasan. Kalau Wira memutuskan untuk memulai peperangan, aku akan memanggil semua pasukan untuk kembali dan s
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan
"Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele
"Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap
Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai