Dalam sekejap, Ishan sudah tiba di aula utama."Jenderal Ishan, apa kamu tahu sekarang situasinya semakin memburuk? Aku sudah mengutus orang untuk bernegosiasi dengan Wira, tapi dia keras kepala dan enggan mengembalikan Benteng Talog. Dia bahkan menggunakan alasan kamu mencuri persediaan makanan itu untuk mengancamku. Kalau masalah dengan Wira nggak diselesaikan dengan baik, kita harus pindah ibu kota dan meninggalkan kota ini untuk sementara." Ciputra marah hingga wajahnya memerah. Wibawanya sebagai seorang raja kini sudah hilang tak bersisa. Baginya, menghadapi masalah dengan ekspresi yang tetap tenang itu hanya omong kosong belaka.Ishan berkata dengan cuek, "Dia cuma sekadar ngomong, selain itu kita juga nggak perlu pindah ibu kota. Saat ini kita punya 600.000 pasukan yang bisa dikerahkan kapan saja. Sementara itu, ratusan ribu pasukan yang lainnya sekarang masih menjaga perbatasan. Kalau Wira memutuskan untuk memulai peperangan, aku akan memanggil semua pasukan untuk kembali dan s
Ishan bersumpah akan menentukan pemenang antara dirinya dan Wira.Di atas tembok Benteng Talog, Wira berdiri di tengah dan memandang ke arah ratusan ribu pasukan lawan yang berada di kejauhan. Harus diakui, pasukan lawan itu memang sangat tangguh. Bukan hanya jumlahnya yang banyak, pasukan-pasukan itu juga memiliki aura yang mengintimidasi."Ishan ahli dalam memimpin pasukan dan pasukan yang dilatihnya juga cukup kompeten." Wira sama sekali tidak merasa cemas dengan pasukan-pasukan yang ada di depannya itu, melainkan mengomentarinya dengan santai."Kak Wira, sekarang mereka sudah menuju ke arah kita dan peperangan akan dimulai sewaktu-waktu, kenapa kamu masih bisa sesantai ini? Bukankah kita harusnya mempersiapkan strateginya? Pasukan kali ini ada 500.000 orang. Begitu mereka mulai menyerang kota, mungkin kita nggak akan bisa mempertahankan Benteng Talog," kata Danu dengan cemas.Hati para perwira di sekitar mereka juga merasa gelisah. Bagaimanapun juga, perbedaan jumlah pasukan di ant
Begitu Wira memberikan perintah itu, anak panah langsung memenuhi langit. Ishan langsung terkejut dan wajahnya menjadi pucat. Untungnya, ada pasukan berperisai di sampingnya untuk melindunginya. Jika tidak, sekarang dia sudah tertusuk anak panah tersebut."Jenderal Ishan cepat mundur! Wira ini sangat licik. Kita datang ke sini untuk berbicara dengannya, tapi dia malah menyerang dengan panah."Beberapa jenderal segera melindungi Ishan di belakang mereka sambil berbicara dan juga terus bergerak mundur. Pasukan Wira mendominasi tempat itu dari atas dan mereka seperti sasaran yang bergerak. Jika tetap berada di sana, mereka hanya akan kehilangan nyawa dengan sia-sia."Wira, aku pasti akan membalas dendam ini. Kalalu kamu tetap ingin berselisih dengan kami, berarti kita akan bertarung sampai mati. Aku mau lihat, apa yang bisa kamu lakukan dengan pasukan dalam jumlah yang begitu sedikit," teriak Ishan dengan marah.Wira menopang tubuhnya di atas tembok dengan kedua tangannya dan menatap ke a
Daivat segera menganggukkan kepala. Dia sudah mengikuti Ishan selama bertahun-tahun dan bisa dianggap sebagai seorang jenderal yang berpengalaman. Selain itu, usianya juga baru hampir 30 tahun, dia masih berada di masa prima. Hanya saja, dia selalu tidak memiliki kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya. Kali ini adalah kesempatan yang bagus. Asalkan bisa membawa pasukan berkuda untuk menyerang Dusun Darmadi, Wira pasti akan patuh kepada mereka dan dia juga bisa mendapat reputasi yang bagus. Dia ingin membangun reputasinya di atas kegagalan Wira."Jenderal, tenang saja. Daivat pasti nggak akan mengecewakanmu!"Ishan kembali berkata, "Kamu minta 30.000 pasukan berkuda, 'kan? Aku akan beri kamu 50.000 pasukan. Targetmu sangat sederhana, yaitu harus memenangkan peperangan ini, nggak boleh gagal!"Setelah mengiakan, Daivat langsung keluar.Dua hari kemudian, di istana Kerajaan Nuala. Jihan sudah menerima surat dari Wira dan saat ini sedang rapat dengan para pejabat."Raja, sekarang Wira s
Jihan sudah menyatakan sikapnya dengan jelas. Para pejabat tidak berani berkutik lagi, hanya bisa menyatakan setuju."Segera sampaikan perintahku kepada para pasukan, aku akan memimpin ekspedisi sendiri!" seru Jihan sambil bangkit. Penampilannya sungguh berkarisma.Meskipun seorang wanita, Jihan harus melindungi kerajaannya dengan baik. Dia tidak akan menjadi pemimpin yang gagal.Jihan adalah raja wanita pertama di sejarah Kerajaan Nuala dan bukan raja terakhir. Jika gagal, orang-orang pasti akan menghinanya. Kebetulan sekali, dia akan memanfaatkan kesempatan ini untuk membuktikan diri.Para pejabat juga dipenuhi semangat. Semua setuju dengan pernyataan Jihan, bahkan berniat untuk bergabung dengan ekspedisi.Tiga hari kemudian, Jihan hanya menyisakan 30.000 prajurit untuk melindungi ibu kota kerajaan. Sisanya mengikuti Jihan menuju ke perbatasan Kerajaan Beluana.Tempat ini dulunya adalah wilayah Kerajaan Nuala, bahkan orang-orang yang tinggal di sini jugalah rakyat Kerajaan Nuala.Nam
"Kita harus memenangkan pertempuran ini! Jangan ada kesalahan apa pun! Ini saatnya untuk memberi kontribusi!" seru Daivat. Saat berikutnya, 50.000 prajurit menyerbu ke Dusun Darmadi dengan penuh semangat.Anehnya, Dusun Darmadi yang jelas-jelas sudah begitu dekat masih terlihat tenang seperti biasanya. Daivat memang merasa gelisah. Akan tetapi, seperti yang dikatakan wakil jenderalnya, keraguan semacam ini tidak ada gunanya karena mereka memiliki kekuatan absolut.Wira telah memobilisasi sebagian besar pasukannya ke Benteng Talog. Meskipun telah memasang perangkap di sini, dia tidak mungkin menang dari kekuatan 50.000 prajurit.Jadi, bisa dibayangkan hasilnya akan seperti apa. Daivat yakin bahwa kemenangan ini akan menjadi milik mereka.Tepat ketika pasukan Daivat melancarkan serangan, tiba-tiba terdengar seruan dari kejauhan. Detik berikutnya, muncul sekelompok orang yang memegang meriam tangan. Semuanya bahkan membidik para prajurit itu.Seiring dengan suara ledakan yang keras, terde
"Semuanya, mundur! Cepat bukakan jalan! Jangan sampai seluruh pasukan tewas di sini!" seru Daivat.Kerajaan Beluana baru saja bangkit dari keterpurukan, kuda perang tentu sangat penting. Meskipun Ishan memiliki 700.000 prajurit, kavalerinya hanya berjumlah 100.000 lebih.Kini, Daivat membawa setengah kavaleri. Kalau semuanya tewas di sini, dia akan menjadi pendosa besar Kerajaan Beluana. Dia sungguh takut dan kewalahan sekarang."Jenderal memerintahkan untuk segera menerobos dari area terlemah. Mohon kerja sama semua orang. Setelah berhasil menerobos, kita akan berkumpul kembali di Benteng Talog!" instruksi seorang wakil jenderal. Kemudian, dia langsung memimpin pasukan.Daivat juga melakukan hal yang sama. Dengan perlindungan para prajurit, dia segera menemukan kesempatan untuk melarikan diri."Lihat, mereka pasti ketakutan sekarang. Pasukan Zirah Hitam sudah mengambil posisi. Jadi, jangan harap mereka bisa pergi dari sini," ujar Dewina sambil melipat lengannya di depan dada.Dewina b
"Tapi, dia belum punya cara untuk menahan serangan Meriam Darmadi. Cara terbaik sudah pasti dengan menyelinap masuk. Kalau berhasil menguasai Dusun Darmadi, dia akan bisa menahanku. Tentunya, aku juga akan berbuat begitu kalau aku di posisinya. Itu sebabnya, aku telah membuat persiapan sematang ini," jelas Wira.Mata Doddy seketika berbinar-binar. Dia menggosok tangannya sambil bertanya, "Karena para kakak ipar sudah membuat kontribusi, bagaimana kalau kamu memberiku pasukan untuk menyerang kamp Ishan?""Aku pasti akan membuatnya kewalahan. Meskipun nggak bisa melenyapkan mereka semua, mereka setidaknya akan tahu kehebatanku. Kelak, mereka akan ketakutan kalau mendengar namaku!"Wira tersenyum dan menggeleng. Dia menepuk bahu Doddy dan menyahut, "Nama Doddy terkesan kurang keren, sebaiknya pakai nama Zabran. Setelah menjadi jenderal nanti, nama ini akan terkesan lebih bermartabat."Para prajurit di kamp telah mengetahui kehebatan Doddy dan Danu. Mereka selalu dipanggil dengan sebutan J
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m