"Kita harus memenangkan pertempuran ini! Jangan ada kesalahan apa pun! Ini saatnya untuk memberi kontribusi!" seru Daivat. Saat berikutnya, 50.000 prajurit menyerbu ke Dusun Darmadi dengan penuh semangat.Anehnya, Dusun Darmadi yang jelas-jelas sudah begitu dekat masih terlihat tenang seperti biasanya. Daivat memang merasa gelisah. Akan tetapi, seperti yang dikatakan wakil jenderalnya, keraguan semacam ini tidak ada gunanya karena mereka memiliki kekuatan absolut.Wira telah memobilisasi sebagian besar pasukannya ke Benteng Talog. Meskipun telah memasang perangkap di sini, dia tidak mungkin menang dari kekuatan 50.000 prajurit.Jadi, bisa dibayangkan hasilnya akan seperti apa. Daivat yakin bahwa kemenangan ini akan menjadi milik mereka.Tepat ketika pasukan Daivat melancarkan serangan, tiba-tiba terdengar seruan dari kejauhan. Detik berikutnya, muncul sekelompok orang yang memegang meriam tangan. Semuanya bahkan membidik para prajurit itu.Seiring dengan suara ledakan yang keras, terde
"Semuanya, mundur! Cepat bukakan jalan! Jangan sampai seluruh pasukan tewas di sini!" seru Daivat.Kerajaan Beluana baru saja bangkit dari keterpurukan, kuda perang tentu sangat penting. Meskipun Ishan memiliki 700.000 prajurit, kavalerinya hanya berjumlah 100.000 lebih.Kini, Daivat membawa setengah kavaleri. Kalau semuanya tewas di sini, dia akan menjadi pendosa besar Kerajaan Beluana. Dia sungguh takut dan kewalahan sekarang."Jenderal memerintahkan untuk segera menerobos dari area terlemah. Mohon kerja sama semua orang. Setelah berhasil menerobos, kita akan berkumpul kembali di Benteng Talog!" instruksi seorang wakil jenderal. Kemudian, dia langsung memimpin pasukan.Daivat juga melakukan hal yang sama. Dengan perlindungan para prajurit, dia segera menemukan kesempatan untuk melarikan diri."Lihat, mereka pasti ketakutan sekarang. Pasukan Zirah Hitam sudah mengambil posisi. Jadi, jangan harap mereka bisa pergi dari sini," ujar Dewina sambil melipat lengannya di depan dada.Dewina b
"Tapi, dia belum punya cara untuk menahan serangan Meriam Darmadi. Cara terbaik sudah pasti dengan menyelinap masuk. Kalau berhasil menguasai Dusun Darmadi, dia akan bisa menahanku. Tentunya, aku juga akan berbuat begitu kalau aku di posisinya. Itu sebabnya, aku telah membuat persiapan sematang ini," jelas Wira.Mata Doddy seketika berbinar-binar. Dia menggosok tangannya sambil bertanya, "Karena para kakak ipar sudah membuat kontribusi, bagaimana kalau kamu memberiku pasukan untuk menyerang kamp Ishan?""Aku pasti akan membuatnya kewalahan. Meskipun nggak bisa melenyapkan mereka semua, mereka setidaknya akan tahu kehebatanku. Kelak, mereka akan ketakutan kalau mendengar namaku!"Wira tersenyum dan menggeleng. Dia menepuk bahu Doddy dan menyahut, "Nama Doddy terkesan kurang keren, sebaiknya pakai nama Zabran. Setelah menjadi jenderal nanti, nama ini akan terkesan lebih bermartabat."Para prajurit di kamp telah mengetahui kehebatan Doddy dan Danu. Mereka selalu dipanggil dengan sebutan J
Kini, ada 200.000 prajurit yang berkumpul di Benteng Talog. Jika tidak melakukan apa-apa dan hanya makan minum di sini setiap hari, mereka sendiri yang akan rugi.Sementara itu, Wira hanya memiliki Provinsi Lowala. Jika dibandingkan dengan Kerajaan Beluana, dia tentu kalah telak.Jika terus membuang-buang waktu di sini, mereka tidak ada bedanya dengan berlomba dengan Kerajaan Beluana, melihat sumber daya siapa yang akan habis duluan. Ketika saat itu tiba, Wira pun belum tentu bisa menang. Jadi, mengapa tidak menggunakan Meriam Darmadi untuk menguasai situasi perang?"Kamu sudah lupa, ya? Yang berperang bukan hanya kita dengan Ishan, tapi masih ada Kerajaan Beluana dan Kerajaan Nuala. Kalau kita menahan Ishan, berarti tekanan Kerajaan Nuala nggak akan sebesar sebelumnya. Wilayah yang direbut oleh Kerajaan Beluana juga perlahan-lahan akan menjadi milik Kerajaan Nuala kembali.""Dari sudut pandang tertentu, hal ini tentu menguntungkan untuk kita. Ingat, musuh dari musuh adalah teman. Kita
"Kak Wira, orang kita sudah berhasil memasuki Kerajaan Beluana. Menurut penyelidikan mereka, Kerajaan Beluana sangat kacau sekarang. Karena perang berkepanjangan, pajak terus naik dan rakyat nggak tahan lagi.""Kerusuhan telah terjadi di berbagai tempat. Dengar-dengar, belakangan ini terjadi insiden mencuri pangan. Kerajaan Beluana mengutus pasukan untuk menekan para rakyat dan hal ini membuat publik makin marah," lapor Biantara.Danu dan Doddy mendengarkan dari samping. Selama setengah tahun ini, Wira tidak mengerahkan pasukan, tetapi mengetahui semua yang terjadi di dunia. Semua ini berkat Biantara."Gimana dengan Kerajaan Nuala? Apa situasinya sama dengan Kerajaan Beluana? Para rakyat terus mengeluh?" tanya Wira.Biantara menggeleng dan menjawab, "Nggak. Harus diakui, Jihan cukup hebat. Perang masih belum berakhir dan kas negara telah kosong, tapi mereka sama sekali nggak menaikkan pajak. Para rakyat memang mengeluh, tapi yang mereka keluhkan adalah Kerajaan Beluana dan Kerajaan Agr
"Aku punya ide!" Tiba-tiba, seorang pejabat menghampiri dan menatap Wira. Belakangan ini, ada banyak genius baru di kamp Wira. Beberapa adalah jenderal yang pandai berperang, beberapa adalah staf yang pintar memberikan saran dalam strategi perang."Osmaro? Aku ingat kamu, kamu cendekiawan terkenal di Provinsi Lowala. Usul apa yang ingin kamu berikan?" tanya Wira sambil menatap Osmaro.Osmaro menyahut dengan perlahan, "Jenderal, aku rasa usul Tuan Biantara cukup masuk akal. Tentu bagus kalau kita bisa membuat rakyat Kerajaan Beluana menentang Ciputra. Tapi, aku memahami kekhawatiranmu karena Ishan memang memiliki peluang untuk berkhianat.""Seperti yang semua orang katakan, Ishan menguasai ratusan ribu pasukan sekarang. Hanya dengan satu perintahnya, dia sudah bisa menyerang Kerajaan Beluana dan menjadi penguasa. Ada banyak genius di Kerajaan Beluana, di antaranya adalah jenderal hebat! Mereka sangat cinta tanah air.""Kalau bisa bekerja sama dengan mereka dan merebut kekuasaan militer
Penampilannya yang seperti ini seolah-olah bisa membunuh Biantara kapan saja, begitu juga dengan yang lainnya.Di sisi lain, Biantara justru tidak terlihat panik sedikit pun. Sebaliknya, dia tersenyum santai sambil berucap, "Aku nggak berniat jahat pada kalian. Kalau nggak, semua orang pasti sudah tahu tentang data yang kuberi barusan. Kalau seperti itu, bukankah reputasi kalian akan rusak?"Baru-baru ini, Biantara telah mengumpulkan informasi kotor beberapa orang ini. Ada yang suka minum-minum dan cabul, ada yang menggelapkan uang, juga ada yang memanfaatkan kekuasaan untuk membantu kerabatnya.Penyelidikan inilah yang membuat Biantara merasa Kerajaan Beluana akan segera binasa. Mereka semua adalah pejabat bermartabat. Tanpa diduga, ternyata mereka begitu tercela."Apa maksudmu? Kamu mengancam kami?" tanya jenderal yang membentak tadi.Biantara menatap mereka, lalu tersenyum sambil menyahut, "Jenderal Bhurek, kamu nggak perlu semarah ini. Biar kuperjelas sekali lagi, aku nggak berniat
"Begitu Ciputra dilengserkan dan Farrel menguasai takhta, kalian tentu akan menjadi pejabat yang berjasa dan mendapatkan imbalan. Selain itu, Tuan Wira juga berjanji nggak akan melawan kerajaan kalian, bahkan akan beraliansi dengan kalian. Dengan demikian, kedua kerajaan akan sama-sama melewati kehidupan damai. Bagus, 'kan?" jelas Biantara.Penjelasan ini membuat Bhurek dan lainnya merenung. Mereka tentu mengetahui situasi sekarang, yaitu Wira sama sekali tidak bisa dihentikan dan telah menyerang Benteng Talog.Asal tahu saja, Benteng Talog adalah gerbang kota mereka. Karena Ishan gagal merebutnya kembali, Ciputra terpaksa memindahkan ibu kota. Hal seperti ini sangatlah memalukan.Namun, mereka tidak mungkin berani mengungkapkannya, apalagi tidak memiliki kekuasaan militer untuk sekarang. Mana mungkin mereka berani mengusik Ishan ataupun menunjukkan kekesalan masing-masing? Jika bertindak gegabah, mereka hanya akan mati!"Yang kamu katakan semua ini fakta?" tanya salah seorang jenderal
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan
"Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele
"Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap
Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai