Ishan bersumpah akan menentukan pemenang antara dirinya dan Wira.Di atas tembok Benteng Talog, Wira berdiri di tengah dan memandang ke arah ratusan ribu pasukan lawan yang berada di kejauhan. Harus diakui, pasukan lawan itu memang sangat tangguh. Bukan hanya jumlahnya yang banyak, pasukan-pasukan itu juga memiliki aura yang mengintimidasi."Ishan ahli dalam memimpin pasukan dan pasukan yang dilatihnya juga cukup kompeten." Wira sama sekali tidak merasa cemas dengan pasukan-pasukan yang ada di depannya itu, melainkan mengomentarinya dengan santai."Kak Wira, sekarang mereka sudah menuju ke arah kita dan peperangan akan dimulai sewaktu-waktu, kenapa kamu masih bisa sesantai ini? Bukankah kita harusnya mempersiapkan strateginya? Pasukan kali ini ada 500.000 orang. Begitu mereka mulai menyerang kota, mungkin kita nggak akan bisa mempertahankan Benteng Talog," kata Danu dengan cemas.Hati para perwira di sekitar mereka juga merasa gelisah. Bagaimanapun juga, perbedaan jumlah pasukan di ant
Begitu Wira memberikan perintah itu, anak panah langsung memenuhi langit. Ishan langsung terkejut dan wajahnya menjadi pucat. Untungnya, ada pasukan berperisai di sampingnya untuk melindunginya. Jika tidak, sekarang dia sudah tertusuk anak panah tersebut."Jenderal Ishan cepat mundur! Wira ini sangat licik. Kita datang ke sini untuk berbicara dengannya, tapi dia malah menyerang dengan panah."Beberapa jenderal segera melindungi Ishan di belakang mereka sambil berbicara dan juga terus bergerak mundur. Pasukan Wira mendominasi tempat itu dari atas dan mereka seperti sasaran yang bergerak. Jika tetap berada di sana, mereka hanya akan kehilangan nyawa dengan sia-sia."Wira, aku pasti akan membalas dendam ini. Kalalu kamu tetap ingin berselisih dengan kami, berarti kita akan bertarung sampai mati. Aku mau lihat, apa yang bisa kamu lakukan dengan pasukan dalam jumlah yang begitu sedikit," teriak Ishan dengan marah.Wira menopang tubuhnya di atas tembok dengan kedua tangannya dan menatap ke a
Daivat segera menganggukkan kepala. Dia sudah mengikuti Ishan selama bertahun-tahun dan bisa dianggap sebagai seorang jenderal yang berpengalaman. Selain itu, usianya juga baru hampir 30 tahun, dia masih berada di masa prima. Hanya saja, dia selalu tidak memiliki kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya. Kali ini adalah kesempatan yang bagus. Asalkan bisa membawa pasukan berkuda untuk menyerang Dusun Darmadi, Wira pasti akan patuh kepada mereka dan dia juga bisa mendapat reputasi yang bagus. Dia ingin membangun reputasinya di atas kegagalan Wira."Jenderal, tenang saja. Daivat pasti nggak akan mengecewakanmu!"Ishan kembali berkata, "Kamu minta 30.000 pasukan berkuda, 'kan? Aku akan beri kamu 50.000 pasukan. Targetmu sangat sederhana, yaitu harus memenangkan peperangan ini, nggak boleh gagal!"Setelah mengiakan, Daivat langsung keluar.Dua hari kemudian, di istana Kerajaan Nuala. Jihan sudah menerima surat dari Wira dan saat ini sedang rapat dengan para pejabat."Raja, sekarang Wira s
Jihan sudah menyatakan sikapnya dengan jelas. Para pejabat tidak berani berkutik lagi, hanya bisa menyatakan setuju."Segera sampaikan perintahku kepada para pasukan, aku akan memimpin ekspedisi sendiri!" seru Jihan sambil bangkit. Penampilannya sungguh berkarisma.Meskipun seorang wanita, Jihan harus melindungi kerajaannya dengan baik. Dia tidak akan menjadi pemimpin yang gagal.Jihan adalah raja wanita pertama di sejarah Kerajaan Nuala dan bukan raja terakhir. Jika gagal, orang-orang pasti akan menghinanya. Kebetulan sekali, dia akan memanfaatkan kesempatan ini untuk membuktikan diri.Para pejabat juga dipenuhi semangat. Semua setuju dengan pernyataan Jihan, bahkan berniat untuk bergabung dengan ekspedisi.Tiga hari kemudian, Jihan hanya menyisakan 30.000 prajurit untuk melindungi ibu kota kerajaan. Sisanya mengikuti Jihan menuju ke perbatasan Kerajaan Beluana.Tempat ini dulunya adalah wilayah Kerajaan Nuala, bahkan orang-orang yang tinggal di sini jugalah rakyat Kerajaan Nuala.Nam
"Kita harus memenangkan pertempuran ini! Jangan ada kesalahan apa pun! Ini saatnya untuk memberi kontribusi!" seru Daivat. Saat berikutnya, 50.000 prajurit menyerbu ke Dusun Darmadi dengan penuh semangat.Anehnya, Dusun Darmadi yang jelas-jelas sudah begitu dekat masih terlihat tenang seperti biasanya. Daivat memang merasa gelisah. Akan tetapi, seperti yang dikatakan wakil jenderalnya, keraguan semacam ini tidak ada gunanya karena mereka memiliki kekuatan absolut.Wira telah memobilisasi sebagian besar pasukannya ke Benteng Talog. Meskipun telah memasang perangkap di sini, dia tidak mungkin menang dari kekuatan 50.000 prajurit.Jadi, bisa dibayangkan hasilnya akan seperti apa. Daivat yakin bahwa kemenangan ini akan menjadi milik mereka.Tepat ketika pasukan Daivat melancarkan serangan, tiba-tiba terdengar seruan dari kejauhan. Detik berikutnya, muncul sekelompok orang yang memegang meriam tangan. Semuanya bahkan membidik para prajurit itu.Seiring dengan suara ledakan yang keras, terde
"Semuanya, mundur! Cepat bukakan jalan! Jangan sampai seluruh pasukan tewas di sini!" seru Daivat.Kerajaan Beluana baru saja bangkit dari keterpurukan, kuda perang tentu sangat penting. Meskipun Ishan memiliki 700.000 prajurit, kavalerinya hanya berjumlah 100.000 lebih.Kini, Daivat membawa setengah kavaleri. Kalau semuanya tewas di sini, dia akan menjadi pendosa besar Kerajaan Beluana. Dia sungguh takut dan kewalahan sekarang."Jenderal memerintahkan untuk segera menerobos dari area terlemah. Mohon kerja sama semua orang. Setelah berhasil menerobos, kita akan berkumpul kembali di Benteng Talog!" instruksi seorang wakil jenderal. Kemudian, dia langsung memimpin pasukan.Daivat juga melakukan hal yang sama. Dengan perlindungan para prajurit, dia segera menemukan kesempatan untuk melarikan diri."Lihat, mereka pasti ketakutan sekarang. Pasukan Zirah Hitam sudah mengambil posisi. Jadi, jangan harap mereka bisa pergi dari sini," ujar Dewina sambil melipat lengannya di depan dada.Dewina b
"Tapi, dia belum punya cara untuk menahan serangan Meriam Darmadi. Cara terbaik sudah pasti dengan menyelinap masuk. Kalau berhasil menguasai Dusun Darmadi, dia akan bisa menahanku. Tentunya, aku juga akan berbuat begitu kalau aku di posisinya. Itu sebabnya, aku telah membuat persiapan sematang ini," jelas Wira.Mata Doddy seketika berbinar-binar. Dia menggosok tangannya sambil bertanya, "Karena para kakak ipar sudah membuat kontribusi, bagaimana kalau kamu memberiku pasukan untuk menyerang kamp Ishan?""Aku pasti akan membuatnya kewalahan. Meskipun nggak bisa melenyapkan mereka semua, mereka setidaknya akan tahu kehebatanku. Kelak, mereka akan ketakutan kalau mendengar namaku!"Wira tersenyum dan menggeleng. Dia menepuk bahu Doddy dan menyahut, "Nama Doddy terkesan kurang keren, sebaiknya pakai nama Zabran. Setelah menjadi jenderal nanti, nama ini akan terkesan lebih bermartabat."Para prajurit di kamp telah mengetahui kehebatan Doddy dan Danu. Mereka selalu dipanggil dengan sebutan J
Kini, ada 200.000 prajurit yang berkumpul di Benteng Talog. Jika tidak melakukan apa-apa dan hanya makan minum di sini setiap hari, mereka sendiri yang akan rugi.Sementara itu, Wira hanya memiliki Provinsi Lowala. Jika dibandingkan dengan Kerajaan Beluana, dia tentu kalah telak.Jika terus membuang-buang waktu di sini, mereka tidak ada bedanya dengan berlomba dengan Kerajaan Beluana, melihat sumber daya siapa yang akan habis duluan. Ketika saat itu tiba, Wira pun belum tentu bisa menang. Jadi, mengapa tidak menggunakan Meriam Darmadi untuk menguasai situasi perang?"Kamu sudah lupa, ya? Yang berperang bukan hanya kita dengan Ishan, tapi masih ada Kerajaan Beluana dan Kerajaan Nuala. Kalau kita menahan Ishan, berarti tekanan Kerajaan Nuala nggak akan sebesar sebelumnya. Wilayah yang direbut oleh Kerajaan Beluana juga perlahan-lahan akan menjadi milik Kerajaan Nuala kembali.""Dari sudut pandang tertentu, hal ini tentu menguntungkan untuk kita. Ingat, musuh dari musuh adalah teman. Kita
Tatapan Osman menjadi dingin, lalu mengepalkan tinjunya dan berkata dengan dingin, "Bagaimanapun juga, kita harus menyelamatkan Kak Wira. Ingat, Kak Wira terjebak dalam bahaya besar ini juga karena urusan kita. Kalau kita nggak menyelamatkannya, ini jelas nggak masuk akal dan aku juga akan merasa malu.""Lagi pula, masalah kali ini juga berhubungan dengan Baris. Ambisinya masih besar. Apa pun caranya, aku harus membuatnya menerima balasan dari tindakannya. Meskipun dia adalah adik kandungku, aku juga nggak akan memberinya kesempatan lagi."Osman awalnya mengira Baris sudah menghilang tanpa jejak, tetapi dia tidak menyangka Baris ternyata diam-diam merencanakan begitu banyak hal. Karena Baris sendiri mencari mati, dia juga tidak akan berbelas kasihan lagi pada adik kandungnya ini."Raja ...."Trenggi masih ingin berbicara, tetapi Osman langsung berkata dengan tegas dan dingin, "Nggak perlu membujukku lagi, masalah ini sudah diputuskan. Segera siapkan pasukan, kamu sendiri yang akan memi
Sementara itu, di pihak Wira dan yang lainnya. Situasi di luar tenda perkemahan sudah sangat genting karena Nafis dan Agha memimpin pasukan mereka untuk berusaha menahan serangan dari pasukan besar Kahlil.Arhan yang selalu berada di samping Wira berkata dengan pelan, "Tuan, kali ini kita salah perhitungan, ternyata musuh diam-diam menyerang kita."Wira berkata dengan nada muram, "Nggak perlu panik. Adjie dan yang lainnya masih belum kembali, yang kita perlukan sekarang adalah waktu."Setelah kedua belah pihak saling berbentrokan beberapa kali, terlihat Adjie dan Hayam memimpin pasukan mereka kembali di kejauhan.Melihat kedua orang itu, Wira segera maju dan bertanya, "Sudah berhasil?"Adjie memberi hormat dan berkata, "Tuan, ada masalah. Bimala sendiri yang memimpin satu juta pasukan ke selatan. Kali ini mereka sepertinya berniat untuk memusnahkan Kerajaan Nuala sekaligus."Mendengar laporan itu, Wira mengernyitkan alis dan terlihat sangat terkejut. Mereka masih bisa menanganinya jika
Tepat pada saat itu, Darsa dan Joko tiba-tiba mendengar teriakan pertempuran dari luar. Mereka langsung saling memandang dengan tatapan yang panik, lalu segera berlari keluar. Begitu sampai di luar, mereka melihat banyak orang di kejauhan sudah berkerumun.Melihat situasi itu, Joko langsung mengernyitkan alis dan bertanya pada mata-matanya, "Apa yang sedang terjadi?"Mata-mata yang menyaksikan pemandangan itu sejak tadi langsung menjawab, "Jenderal, pasukan musuh sedang menyerang."Joko tertegun sejenak saat mendengar jawaban itu, lalu segera menatap Darsa yang juga terlihat sangat terkejut. Mereka benar-benar tidak menyangka pasukan musuh sudah menyerang sampai ke sini. Namun, begitu melihat pemandangan itu, hal pertama yang terlintas di benak mereka adalah mengapa Zaki tidak berada di sini saat terjadi situasi genting seperti ini.Setelah berpikir sejenak, Joko mengernyitkan alis dan berkata, "Apa yang sebenarnya telah terjadi? Kenapa bisa terjadi hal seperti ini?"Melihat situasi it
Mendengar teriakan penuh amarah itu, Adjie dan Hayam yang sedang menyerbu dari kejauhan langsung merasa gembira. Mereka benar-benar tidak menyangka rencana mereka kali ini akan berhasil. Mereka langsung memimpin sisa pasukan untuk menerjang ke depan.Melihat pemandangan itu dari kejauhan, semua pasukan langsung berteriak dengan penuh semangat, "Aku benar-benar nggak menyangka kita akan bertemu dengan pasukan musuh di saat seperti ini. Cepat habisi mereka semua."Setelah Zaki tewas, sisa pasukannya seolah-olah kehilangan arah. Dalam sekejap, hampir semua dari mereka berhasil dihancurkan.Melihat pemandangan itu, Adjie merasa sangat bersemangat. Saat melihat pasukan musuh sudah dihabisi, dia perlahan-lahan berkata, "Aku benar-benar nggak menyangka orang-orang ini ternyata begitu mudah dihabisi."Mendengar perkataan itu, semua orang merasa sangat gembira.Tepat pada saat itu, Hayam maju dan berkata, "Bagaimana kalau sekarang kita langsung menyerbu ke bawah?"Adjie menganggukkan kepala dan
Mendengar perkataan itu, Zaki langsung menganggukkan kepala dengan penuh semangat dan berkata dengan nada muram, "Dengarkan perintahku, serang!"Berhubung mereka sedang berada di dekat saluran air, Zaki dan yang lainnya tidak menunggang kuda. Oleh karena itu, para pasukan utara pun menyerbu dengan berjalan kaki.Namun, tepat pada saat itu, panah tiba-tiba menghujani arah Zaki dan yang lainnya. Melihat pemandangan itu, ekspresinya langsung berubah drastis. Dalam sekejap, sebagian besar pasukan di sekitarnya sudah mati atau terluka parah. Jika bukan karena dia memiliki reaksi yang cepat, mungkin dia sendiri juga sudah celaka."Sialan, kita sudah terperangkap. Mundur!" teriak Zaki dengan ekspresi yang berubah, lalu berbalik dan hendak melarikan diri. Namun, pada saat itu tiba-tiba terdengar teriakan dengan lantang dari atas bukit. Saat menoleh, dia melihat pemandangan yang sangat mengerikan.Melihat sekelompok pasukan musuh yang menunggang kuda dan menyerbu ke bawah bukit, Zaki langsung t
Setelah berpikir sejenak, Joko yang masih berdiri di tempat semula pun mengernyitkan alis dan berkata, "Aku khawatir ini adalah strategi mengalihkan perhatian dari musuh. Jenderal Zaki, kamu bawa pasukanmu ke saluran air dulu, aku akan berjaga di sini sambil mengirim kabar ke Tuan."Setelah mendengar rencana Joko, Zaki menganggukkan kepala dan langsung berjalan keluar. Setelah berjalan beberapa saat dan melihat bayangan samar-samar orang di sekitar saluran air, ekspresinya langsung terlihat gembira dan segera memimpin pasukannya maju.Namun, saat jaraknya tinggal beberapa langkah lagi dari saluran air, Zaki mengernyitkan alis dan berkata dengan pelan, "Orang-orang ini terlalu berani, sampai sekarang pun masih belum pergi juga. Apa mereka ingin memindahkan logistiknya?"Wakil jenderal yang berdiri di samping Zaki pun mengernyitkan alis dan berkata dengan pelan, "Jenderal, apa yang harus kita lakukan sekarang?"Saat ini, Adjie dan yang lainnya sedang menunggu musuh mereka. Setelah tahu l
Mendengar pertanyaan itu, Adjie langsung tersenyum dan berkata, "Hehe. Strategi ini sebenarnya nggak sulit. Kita harus memastikan musuh melihat orang-orangan sawah yang kita buat dulu, mereka pasti akan mengira itu manusia sungguhan. Kalau dilihat dari kebiasaan musuh, mereka pasti akan menembak orang-orangan itu dengan panah, 'kan?"Adjie tidak melanjutkan kalimat selanjutnya, tetapi Hayam langsung mengerti maksudnya. Dia menatap Adjie dan berkata dengan penuh semangat, "Aku akhirnya mengerti setelah mendengar penjelasanmu. Dengan begitu, musuh pasti akan menembak semua panah itu ke orang-orang sawah itu. Panah kita juga akan makin banyak."Setelah mengatakan itu, Hayam merasa sangat gembira dan menatap Adjie dengan tatapan kagum. Strategi seperti ini memang bukan hal yang bisa dipikirkan oleh sembarangan orang.Adjie tersenyum, lalu berdiri dan berkata pada para mata-mata, "Kita harus bergerak dengan cepat, kalian segera menyebar. Kalau ada pergerakan dari musuh, harus langsung lapor
Joko langsung menatap perwira pembawa bendera dan berkata, "Kamu bawa sepuluh orang untuk berjaga di sini. Jaga baik-baik logistiknya, jangan sampai terjadi masalah. Kalau sampai jatuh ke dalam air, aku akan menghukum kalian."Perwira pembawa bendera itu pun menganggukkan kepala. Setelah memberi hormat, dia langsung memimpin pasukannya pergi.Melihat sisa pasukan di sana, Joko kembali berteriak, "Semuanya kembali ke gudang logistik dan bersembunyi di sana. Kalau ada pasukan musuh datang, pastikan untuk menangkap mereka semua."Semua orang langsung mengiakan setelah mendengar perkataan itu, lalu segera berpencar dan meninggalkan tempat itu.Tidak lama setelah Joko dan yang lainnya pergi, mata-mata Hayam yang bersembunyi di tempat sejauh setengah mil dari saluran air pun diam-diam mundur. Setelah bertemu dengan Adjie dan Hayam yang sedang perlahan-lahan maju dari belakang, mereka memberi hormat dan berkata, "Jenderal Adjie, Jenderal Hayam, seperti perkiraan kalian, pasukan musuh memang s
Melihat para prajurit yang sedang memindahkan logistik, Joko dan Zaki segera bertanya, "Masih ada berapa banyak logistik yang belum dipindahkan?"Seorang perwira pembawa bendera mendekat. Setelah melihat Joko, dia memberi hormat dan berkata, "Jenderal, saat ini masih ada sisa dua gerobak logistik. Kalau dilihat dari kecepatan kita, mungkin butuh waktu sekitar sepuluh menit lagi sudah selesai."Mendengar jawaban itu, Joko langsung menganggukkan kepala dengan puas. Setelah terdiam sejenak, dia menatap Zaki yang berdiri di sampingnya berkata dengan pelan, "Ada kabar dari para mata-mata?"Zaki menggelengkan kepala dan berkata, "Nggak ada kabar sama sekali dari mata-mata, mungkin mereka belum menemukan apa-apa. Kalau ada informasi, mereka pasti akan langsung melapor."Mendengar jawaban itu, Joko juga tidak berpikir terlalu banyak lagi karena dia merasa memang belum ada hal yang mencurigakan juga.Tepat pada saat itu, Adjie dan rombongan yang sedang bergegas menuju ke saluran air juga sudah