[Baik, kalau begitu saya turut senang kalau ini menjadi masalah bagi Pak Firman. Tenang saja, saya akan menjaganya dengan baik. Zsalsya akan terjamin bersama saya di sini.] [Saya percaya dengan Bu Rosmala. Ya sudah, katakan saja pada Zsalsya kalau saya Papanya setuju.][Baik, nanti saya sampaikan padanya.]Tuutt.Setelah pembicaraan berakhir, Firman pun mematikan teleponnya. "Kenapa Papa main setuju-setuju saja!" kata Mariana yang tidak senang dengan cara Firman karena kini lebih mau menuruti keinginan Zsalsya. Padahal, sebelumnya Firman selalu menentangnya.Mariana memicingkan matanya curiga. "Hmm. Apa yang telah terjadi dengan waktu itu, kenapa setelah itu dia menjadi lebih menuruti keinginan Zsalsya," batin Mariana dengan segala dugaan yang tidak lepas dari berbagai macam prasangka.Firman tersenyum. "Sepertinya aku semakin sehat setelah mengetahui kalau anakku mendapat keluarga baru yang baik," celetuk Firman sembari tersenyum senang. Berbeda dengan Firman, Mariana justru menyi
Seberapa besar cara Zsalsya untuk menyembunyikan kelemahannya. Pada akhirnya, hati lembutnya pun terlihat jelas. Sekalipun niatnya adalah untuk membalas dendam. Tetapi, ia selalu tidak bisa menahan diri kala teringat pada sesuatu hal yang menyakitkan."Aku tidak bisa terus begini. Ikhlas, ayo ikhlas, Zsa. Kamu sudah menemukan sosok yang jauh lebih baik," batin Zsalsya. Ia berupaya menenangkan tangisnya. Rupanya, semakin lama menjalani hidup semakin dirinya sadar. Bahwa dendam tidak akan menyelesaikan segalanya. Itu tidak akan membuat puas, malah akan semakin menyakiti diri sendiri karena menyimpan dendam dalam waktu yang lama.Hatinya ingin bebas. Pikirannya pun ingin tenang tanpa menyimpan dendam apapun. Sebab, dendam itulah yang membuatnya tidak tenang.Dengan tubuh yang masih dalam pelukan Rosmala, ia menyeka air matanya yang terus mengalir keluar itu."Bisa. Bisa. Aku pasti bisa. Tidak apa-apa, aku harus ikhlas. Tidak semua orang menyukai, tetapi pasti ada orang yang memberimu ba
Setelah melewati berbagai gangguan yang tiada habisnya. Ketika semua persiapan telah dilakukan dan kini tibalah saat dimana waktu yang dinanti pun telah tiba.Baik di rumah Firman maupun rumah Rosmala semuanya sibuk dengan para perias wajah. Rosmala menyewa perias khusus, begitu pula dengan Firman yang menyewa perias karena ingin tampil lebih baik ketika di suatu acara nanti."Sini kamu!" bisik Mariana sembari menggertakkan giginya. Ia menarik pergelangan tangan Minah ke sebuah sudut dinding yang sepi.Kala itu, Minah tengah melihat keluarga Firman dirias. Ia berada di sana karena atas permintaan Firman, yang mana jika sedang dibutuhkan tidak terlalu sulit nantinya."Ampun. Saya tidak mengatakan apapun, kok," ucap Minah dengan nada ketakutan. Ia pun harus menahan sakit pada pergelangan tangannya yang ditarik kuat oleh Mariana saat itu.Mariana membungkuk dan mendekatkan bibirnya ke telinga Minah yang saat itu sudah tampak ketakutan dengan perkataan sekaligus mata Mariana yang tampak m
Tamu undangan satu persatu berdatangan. Namun, tak banyak yang diundang. Hanya beberapa di antaranya saja. Sebab, Endrick tidak mau jika kejadian buruk terdahulu kembali terulang. Yang diundang ke dalam pesta pernikahan itu hanya benar-benar orang yang bisa ia percaya saja. Dari kalangan keluarga dan rekan kerja yang sangat dekat. Jika tidak terlalu dekat, Rosmala memilih untuk tidak mengundangnya.Acara diadakan sangat tertutup dan benar-benar dijaga dengan ketat. Bodyguard diminta untuk sungguh mengecek semua tamu undangan dengan sebuah alat berukuran agak panjang. "Walaupun sangat tertutup, tetapi semua hiasannya sangat bagus. Dari bunga segar yang sepertinya dipesan dengan kualitas premium," ucap salah seorang tamu undangan yang menghadiri acara itu.Endrick berjalan di dampingi Rosmala di sampingnya. Rosmala memegang lengan Endrick, mereka melangkah perlahan menuju sebuah meja lengkap dengan kursi untuk melakukan akad.Semua pandangan tertuju pada Endrick yang berpakaian pengan
Pada malam harinya ketika semua tamu undangan sudah pulang dan suasana di rumah Endrick kembali seperti semula. Hanya tinggal pelayan, Zsalsya, Endrick, Rosmala, dan kepala pelayan. Bahkan, keluarga Firman serta para perias pengantin pun sudah tidak ada di sana."Kita sudah menikah. Boleh 'kan kalau panggilan kita jangan formal lagi. Maksudnya jangan saya dan kamu, tapi aku kamu saja, karena sekarang sudah menjadi kita," ucap Endrick dengan santai. Ia memegang tangan Zsalsya dan Zsalsya saat itu tampak malu-malu di depan Endrick.Zsalsya mengangguk malu. "Iya, Mas. Boleh." Begitu ucapnya dengan lembut dan agak malu-malu manja.Ia beranjak dari duduknya. Ketika itu keduanya duduk di tempat tidur yang telah telah disiapkan untuk pengantin. Hanya saja, riasan wajah itu masih melekat dan belum dibersihkan. Endrick segera menarik pergelangan tangannya. "Mau ke mana?" tanya Endrick dengan nada yang seolah tidak mau ditinggal oleh Zsalsya yang kini sudah menjadi istri sahnya tersebut.Zsal
Langkah kaki dengan suara handuk yang seolah tengah membersihkan tubuhnya yang basah itu terdengar. Zsalsya langsung melihat ke arah kamar mandi.Krieett!Endrick keluar dari kamar mandi dengan handuk kecil yang hanya menutup bagian sensitifnya saja. Handuk itu hanya menutupi dari bawah pusar sampai setengah paha bagian atasnya saja.Zsalsya yang menyaksikan hal itu pun langsung menelan ludah. Nyaris saja ia tidak bisa menahan diri ketika berhadapan langsung dengan Endrick yang hanya mengenakan sedikit kain.Tangannya mengepal kuat, ia berusaha menahan hasratnya. Jantungnya berdebar hebat dan dengan cepat ia langsung memalingkan wajahnya. Tetapi, bayangan tubuh Endrick yang bak seorang model dan atletis itu membuat perasaan sekaligus hasratnya tidak karuan."Tidak! Aku tidak boleh begini!" batin Zsalsya.Dengan tanpa menoleh, Zsalsya langsung meminta sesuatu kepada suaminya tersebut. "Mas, kenapa tidak langsung kamu pakai saja bajunya?" kata Zsalsya.Endrick yang dapat membaca pikiran
"Itu artinya belum selesai. Biar aku bantu saja, ya!" Endrick berjalan mengambil botol minyak sayur dan kemudian menuangkannya ke dalam wajan tersebut."Kamu mau buat apa?" tanya Endrick sembari melihat ke arah adonan -- campuran telur dan daging tadi.Setelah menuangkan cukup banyak minyak ke dalam wajan. Ia pun segera menaruh botol minyak sayur itu kembali. "Tidak tahu, Mas, saya cuma coba buat makanan sesuai seleraku saja. Ini tanpa melihat resep.""Memangnya kalau masak suka melihat resep?""Kadang, sih, Mas. Soalnya kadang aku suka lupa bumbu-bumbu yang dibutuhkan untuk masakan tertentu itu!" jelas Zsalsya.Endrick hanya mengangguk ketika mendengarnya dengan pandangan terus ke arah wajan, menunggu minyak matang. Begitu pun Zsalsya yang terus melihat ke arah wajan.Namun, dibalik tampak tenangnya Zsalsya saat itu, rupanya ia tengah memikirkan sesuatu dalam diam. "Setelah selesai makan nanti, apa dia masih akan mengajak?" batinnya.Sekalipun ia tengah memasak makanan untuk maka
Arzov yang dengan mulut palsunya melakukan berbagai cara agar dirinya tetap mendapat kepercayaan dari Kyora."Sebenarnya waktu itu bukan sepenuhnya salahku juga. Saudara tirinya itu, Tan, yang sepertinya mencoba membantu Zsalsya supaya bisa keluar dari kamar tempat dirinya dikurung!" bisik Arzov yang mencoba mengambing hitamkan Nana atas apa yang terjadi ini.Kyora menoleh sekilas. "Ya harusnya kamu lebih cerdik, dong! Kenapa malah membiarkan mereka dan kamu berleha-leha! Kalau tidak ceroboh, semua ini tidak akan terjadi!"Arzov sebetulnya gampang kesal. Mendengar ucapan Kyora yang seolah memiliki kuasa atas dirinya pun sudah membuatnya cukup jengkel. Tetapi, ia sadar dengan dirinya yang memang tidak memiliki posisi apapun. Pekerjaan tidak punya dan kini uang tabungan pun mulai menipis demi bisa menjalani hidup."Pokoknya, aku janji bakal membuat Tante aku yang cantik ini menikahi Endrick! Eh, tapi kenapa tidak langsung dipelet saja?" tanyanya. Arzov mulai berpikir mengenai hal yang s
Karena kecelakaan terjadi saat Firman sudah tancap gas pergi, sehingga ia tidak tahu bahwa di sana telah terjadi kecelakaan. Ia juga tidak tahu jika yang mengalami itu adalah Mariana.Firman hanya fokus untuk pulang ke rumah tanpa berpikir apapun. Zsalsya yang kala itu tengah memasak pun mendadak ingat kepada Ayahnya, yang membuatnya langsung menghentikan tangannya. Ia melamun, hingga percikan minyak itu membuatnya langsung terhenyak kaget dan menjauh dari wajan tersebut.Endrick yang melihat itu langsung meniupi tangan Zsalsya yang terkena percikan minyak. "Biar pelayan kita saja yang melakukannya!"Endrick menoleh ke samping -- tepatnya ke arah pelayan yang ada di sana. "Tolong kamu lanjutkan!""Baik!" sahut salah seorang pelayan yang saat itu tengah berdiri di sana. Tetapi begitu mendapat perintah, ia pun langsung menuju wajan yang ada di sana.Endrick mengajak Zsalsya pergi menuju kursi yang ada di sana. "Kamu sedang memikirkan apa?" tanya Endrick yang melihat Zsalsya dengan tata
"Baik, biar saya periksa dulu," ujar dokter itu yang kemudian melakukan pemeriksaan terhadap Firman.Sementara di sana, Mariana mengintip dan kini tengah bersembunyi. Ia terus memperhatikan Firman yang saat ini tengah diperiksa oleh dokter tersebut. "Mana obatnya?" gumamnya.Selang lima menit, pemeriksaan selesai. Dokter itu pun kemudian pergi sebentar untuk mengambil obat untuk Firman.Di kala dokter itu mengambilkan obat, Mariana yang sudah sejak tadi menunggu saat itu tiba pun membuatnya langsung bergegas pergi sejenak mengikuti kemanapun dokter itu pergi.Mariana menghampiri dokter itu ketika obat pada sebuah kotak kecil itu tergeletak di meja."Dok, saya mau memeriksa jantung saya yang sedang kurang baik. Dokter mana, ya, yang suka memeriksanya?" tanya Mariana seraya mengenakan maskernya. Ia bertingkah seolah tidak tahu apa-apa.Dengan santainya, dokter itu pun kemudian menyahut. "Saya dokter jantung. Kalau mau, bisa saya periksa, tapi biarkan saya melayani pasien yang lain dul
Rosmala yang belum mendapat kabar apapun, baik itu dari Endrick maupun dari Priyatna -- sopir pribadi Endrick, membuatnya mondar-mandir karena khawatir."Kenapa belum juga ada kabar apapun?" gumam Rosmala yang saat itu dalam kebingungan. Meskipun begitu, ia merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja.Tak lama dari itu, sebuah mobil memasuki halaman rumah dan kemudian mobil itu menepi.Rosmala yang terus mondar-mandir di teras pun langsung menghentikan langkah kakinya. Segera saja ia menuruni sedikit tangga dan langsung menghampiri mobil tersebut yang mana ia pikir bahwa itu adalah Endrick dan seharusnya bersama Zsalsya.Begitu pintu mobil terbuka, langsung terlihatlah kaki Endrick yang keluar dari sana."Nak, akhirnya kamu kembali! Mana Zsalsya?" tanya Rosmala. Ia melihat ke dalam mobil dan saat itu Zsalsya pun memang hendak keluar dari mobil tersebut.Begitu Zsalsya turun, Rosmala langsung memeluk menantunya. "Akhirnya kamu kembali juga. Mama khawatir dengan keadaan kalian. Mengingat
Telepon Endrick yang saat itu sudah terhubung dengan Piryatna yang merupakan sopir kepercayaannya membuatnya bisa tahu kapan ia akan bergerak melakukan tugasnya. Setelah tahu bahwa Zsalsya ditemukan di lantai dua, sopir pribadi itu pun langsung mengajak kepada para bodyguard untuk mengikuti Endrick ke lantai atas sana. Sedangkan polisi, pada saat yang sama mereka juga masuk dan langsung menyergap. Sontak saja, semua preman yang ada di sana pun langsung berusaha kabur, termasuk Arzov. Namun sayangnya, polisi yang datang jauh lebih banyak dibanding para preman itu sendiri. "Jangan bergerak!" ujar salah seorang polisi sembari menembakkan pistol ke atas. Preman yang saat itu masih berada di sana pun langsung angkat tangan kala para polisi yang sejak awal sudah siap sedia untuk menangkap mereka kini memperlihatkan diri mereka. "Sialan! Kenapa harus ada banyak polisi!" gumam Arzov dengan kedok yang masih terpasang di kepala hingga menutup wajahnya. Namun, polisi yang bertugas la
DOORR!!!Endrick melesatkan peluru dari pistol yang dipegangnya. Sontak, polisi yang sudah bersiap pun langsung turun dari mobil dan mengepung rumah itu. Kyora tidak tahu jika rumahnya telah terkepung dan tidak memiliki jalan lagi untuk keluar.Sekalipun polisi yang mengepung, tetapi mereka tidak langsung masuk ke dalam. Para bodyguard Endrick hanya bersiap siaga di luar rumah."Serahkan Zsalsya padaku sekarang juga!" pinta Endrick. Namun, preman yang ada di sana seolah langsung siap siaga untuk menyerang Endrick. Para saat yang sama, ketika mereka hendak menyerang, Endrick melesatkan peluru ke sebuah botol kaca yang ada di sana, hingga tercipta suara berisik yang membuat para bodyguard Endrick keluar. Ketika para preman lengah karena fokusnya teralihkan kepada para bodyguard Endrick. Lada saat itulah Endrick pergi untuk mencari keberadaan Zsalsya. Endrick memplintir tangan Kyora ke belakang dan langsung menodongnya. "Cepat tunjukkan padaku di mana Zsalsya sekarang berada!" perint
"Ma, aku pergi sekarang!" pamit Endrick ketika dirinya sudah menambahkan jaket pada pakaian atasnya. "Iya, Nak!" sahut Rosmala.Mereka yang telah mengatur rencana untuk segala sesuatunya pun kemudian berangkat dari rumah itu untuk kemudian pergi menuju lokasi alamat yang ia dapatkan sebelumnya.Endrick memasuki sebuah mobil. Ia kembali mengemudi sendiri. Kali ini, ia menggunakan mobil yang lain dengan warna putih. Rosmala yang saat itu melihat Anaknya berangkat untuk menyelamatkan Zsalsya pun hanya berdo'a agar selamat dan mereka menjalankan rencana dengan baik dan berhasil, agar bisa membawa Zsalsya kembali.Setelah Endrick pergi, di belakang itu, mobil yang dikemudikan oleh para bodyguardnya ada di belakang mobil Endrick. Hanya saja, saat itu cukup berjarak. Sebab, Endrick tidak mau jika lawan menganggap bahwa Endrick datang bersama orang lain."Zsa, tunggu aku, aku datang untuk menyelamatkanmu sekarang! Kita pasti akan bersama lagi!" ujar Endrick sembari mengemudi. Pandangannya f
"Tidak tahu terima kasih! Disuapin malah dimuntahin! Makan saja sendiri, terserah kalau kamu lapar juga!" sentak Arzov. Ia menaruh piring itu di meja dan kemudian melangkah pergi dari tempat itu.Arzov segera menemui Kyora, yang mana ada janji yang belum ia tagih sekaligus belum ia dapatkan pula uang yang dijanjikannya.Zsalsya berusaha untuk melepaskan dirinya, tetapi masih susah. "Aku mau buang air! Tolong lepaskan ikatan tanganku!" pinta Zsalsya dengan tegasnya.Namun, kedua preman itu hanya saling memandang satu sama lain. Mereka seolah tengah saling melempar kode melalui pandangan mata. Memutuskan apakah harus melepaskan ikatan tangan Zsalsya atau malah mengabaikannya.Mereka juga takut jika Zsalsya ternyata membohongi mereka, untuk itulah kedua preman itu tidak mau langsung percaya begitu saja."Apa kalian mau melihat aku buang air di sini?!" tambah Zsalsya dengan sedikit ancaman halus yang membuat kedua preman itu bingung dalam memilih. Namun, tak lama setelahnya, Arzov kembal
Dalam kesendiriannya, Zsalsya hanya harus menahan rasa takut dalam dirinya kala di tempat yang gelap itu ia sendirian. Namun, kemudian sebuah pikiran berlarian di kepala."Tapi waktu itu saja aku bisa melarikan diri. Bagaimana kalau sekarang aku juga mencobanya?" batin Zsalsya dalam diamnya. Ia terus memikirkan hal itu.Zsalsya melihat ke sekeliling. Ia berusaha melepaskan tali yang mengikat erat di pergelangan tangan dan kakinya itu. Tetapi, rupanya di tempat itu terdapat cctv tersembunyi. Kyora dan anak buahnya terus memantau sampai mendapat kabar dari Endrick bahwa pria itu datang ke tempat tersebut untuk menjemput Zsalsya.Semalaman Zsalsya tidak bisa tidur. Ia berusaha untuk melepaskan diri, tetapi dirinya tidak bisa membuka ikatan itu.Kyora yang memperhatikan setiap gerak-gerik Zsalsya itu hanya diam seraya menopang dagu. Sesekali ia menyungging licik dengan apa yang dilihatnya saat itu."Sekarang kamu tidak akan bisa kabur atau melepaskan diri dariku lagi. Aku tidak akan sebod
Sampai di dalam kamar, para pelayan yang ada di sana sontak mengambil kotak P3K untuk merawat luka Endrick. Lukanya sangat parah dan saking khawarisnya, Rosmala langsung memanggil dokter.Rosmala duduk di samping Endrick seraya membelai rambutnya. "Nak, kenapa ada orang jahat yang berani melakukan hal ini sama kamu?" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.Ibu mana yang tidak bersedih saat anak semata wayangnya terluka parah. "Mama tidak akan pernah memaafkan kesalahan orang yang tega melakukan semua ini!" ucapnya.Tak perlu menunggu waktu lama, dokter yang dipanggil oleh Rosmala beberapa saat yang lalu pun kemudian datang. Ia membawa alat untuk memeriksa kondisi pasiennya tersebut."Dok, tolong periksa. Saya tidak mau sesuatu terjadi pada tubuhnya!" pinta Rosmala kepada dokter itu.Dokter itu tersenyum seraya mengeluarkan alat untuk memeriksa. "Baik, biar saya periksa dulu kondisinya, ya," sahut dokter itu.Mulai dari detak jantung dan semua luka yang ada pada tubuh Endrick, semuanya dipe