Home / Pernikahan / Perginya Istriku / Season 2 Bab 143

Share

Season 2 Bab 143

Author: Goresan Pena93
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Fia!" Sebuah teriakan membuat kedua wanita itu menoleh cepat. Namun, sebelah pipi Nayla sudah terlanjur panas dan merah. Ada aliran bening yang membasahinya.

Davin yang ternyata kembali lagi untuk mengambil barang yang ketinggalan pun lantas menghampiri mereka. Ia menarik pinggang Nayla dan bertanya, "Kamu enggak apa-apa, Nay?" Pipi mulus itu kini dalam sentuhan jemari kokoh.

"Sakit," lirih Nayla seraya terus memegangi pipinya.

Davin beralih pada gadis yang kini terlihat ketakutan. Wajah Fia berubah pucat dan bibir bergetar akibat dari perbuatannya yang terekam oleh kedua mata Davin. Pria berwajah tegas itu lantas menaikkan nada bicaranya. "Aku tidak mau sekali lagi kau berbuat kasar dengan Nayla, Fi! Dia ini istriku. Kenapa kamu menamparnya, hah!"

Kedua lutut Fia bergetar. Terasa seperti patah hati yang kedua kali. Kali ini, dari mulut Davin sendiri yang membuatnya patah. Air matanya mulai menganak sungai. Gadis itu tak tahan lagi lalu pergi memasuki mobilnya lagi.

"Nay, kita ma
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 144

    Jam tangan di sebelah kiri menunjuk pukul dua siang, lelaki itu setelah menghabiskan makanannya satu jam yang lalu. Bolak-balik mengecek ponsel, ia berharap akan mendapat notifikasi dari istrinya di rumah. Pria itu menahan senyuman dan segera berdiri. Semua kegiatan hari ini telah ia selesaikan. Davin mulai melangkah maju dan meninggalkan ruangan. Saat ia ditanya karyawannya, pria itu menjawab hanya ingin pulang cepat. Davin menghirup udara segar setelah keluar dari ruangan ber-AC. Mobil segera ia masuki dan pergi dari sana. Saat di jalan, tak lupa ia mampir membeli buket bunga. Melihat kecantikan mawar merah itu, ia teringat sosok yang ada di rumah. Mobil sampai di depan rumah, Davin bergegas masuk ke dalam dengan langkahnya yang panjang. Ia membuka pintu rumah dengan keras karena sudah tak sabar lagi. Lelaki itu merenggangkan dasinya dan tangannya mulai meraih gagang pintu kamar. Davin melihat sang istri tengah terbaring dengan tubuh miring. Langkah pria itu sangat pelan dan ber

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 145

    "Ada apa, Pak Bakhtiar ke sini? Tumben sekali. Apakah karena diminta oleh Mama?" tanya Davin pada lelaki yang kini duduk dengan tenang di sofa."Benar, Mas Davin. Bu Indri dan Tuan Dave memercayakan pesan ini pada saya. Untuk disampaikan kepada anak dan menantunya."Lelaki berjas hitam itu dipersilakan untuk meneguk minumannya terlebih dahulu. Setelah menghela napas lagi, dia mulai membuka tasnya. Dia mengeluarkan sebuah berkas dengan map berwarna kuning muda. "Begini, Mas Davin. Sesuai dengan perintah kedua orangtua Mas Davin, separuh harta akan Anda miliki setelah memiliki keturunan. Namun, untuk sementara ini Mas Davin hanya akan menggunakan fasilitas mobil saja dari kantor. Selebihnya, akan digaji sesuai posisi Mas Davin di kantor," terang lelaki itu. Mendengar keterangan lelaki kepercayaan keluarga otu, dada Davin mendadak sempit. Oksigen yang masuk sepertinya sangat sedikit. Bisa-bisanya Mama sama Papanya membuat peraturan seperti itu. Bisa-bisanya mereka tega dengan anak send

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 146

    Semalam suntuk, pria itu memeluk sang istri. Sebelum itu, ia tak pernah seperti itu. Bahkan, saat kedua orangtuanya sakit, Davin tak pernah seperhatian ini. Di mana ia sampai terkantuk-kantuk demi menjaga Nayla yang belum juga reda demamnya. Nayla belum bisa bangkit dari tempat tidur. Sementara Davin, dia merenggangkan kedua tangan lalu keluar kamar untuk membuat sarapan. Pria itu mulai membuka kulkas dan mengeluarkan roti tawar serta daging yang sudah diolah. Setelah kompor menyala dan teflon dipanaskan, Davin meraih margarin dan memanggang daging tadi. Ia berniat membuat sandwich dengan toping sayuran. Di tengah memasak, Davin mendengar suara ketukan di depan pintu. Ia segera menangguhkan pekerjaannya.Lelaki berkaus putih itu segera melangkah keluar dari dapur dan membuka pintu. Betapa terkejut, ia melihat Fia datang dengan rantang di tangannya. "Fia?""Iya, Vin. Maaf. Aku datang tanpa memberitahu kamu dulu. Aku bawakan makanan." Gadis itu mengulurkan rantang tadi pada Davin. R

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 147

    Nayla terdiam di pojok ruangan dengan tangan di kusen jendela. Ia menatap ke keluar yang udaranya sejuk. Rindu akan tempatnya tumbuh kembang lagi. Rindu dengan keluarga yang membesarkannya.Davin baru saja masuk. Dengan membawa segelas susu dan roti isi yang ia buat sendiri, lelaki itu menghampiri Nayla. "Nay, sarapan dulu." Davin mengulurkan apa yang ada di tangannya. "Makasih, Mas Davin." Nayla menerimanya. Akan tetapi, saat Davin mundur dua langkah untuk duduk di tepi ranjang, Nayla berdiri dan meletakkan piring serta gelas itu ke atas meja rias. Nayla memutuskan untuk keluar kamar, tetapi Davin mencegahnya. "Kenapa, Nay? Kenapa kamu tidak memakannya? Apakah kamu masih marah?" "Maaf, Mas Davin. Untuk apa saya marah? Tidak ada alasan untuk saya marah. Saya hanya ingin sendiri."Gadis itu menghela napas. Pergi bersama hatinya yang berkecamuk. Davin tak pernah menjelaskan tentang perasaannya. Namun, begitu melihat lelaki itu berpelukan dengan Fia, perih sekali. Nayla ingin melupaka

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 148

    Pria berkemeja putih itu mengusap kepala istrinya. Di atas tempat tidur, Davin mematung tatapannya. Ia menunggu istrinya yang belum juga membuka mata. Saat Nayla mulai menggerakkan jemarinya dan menarik tangan dari genggaman Davin, pria itu terkesiap. Ia menegakkan lagi punggungnya dan menarik napas dalam-dalam. "Nay ...."Nayla membuka mata. Ia melihat Davin di sampingnya tengah menatap dengan seksama. Gadis itu terkejut dan segera bangkit. Namun, kepalanya masih terasa sangat sakit. Nayla meringis dan menekan kening."Jangan bangun dulu. Istirahat saja. Aku akan menemanimu," kata Davin seraya meminta Nayla tiduran lagi."Saya kenapa, Mas?" tanya Nayla dengan perasaan bimbang. Ia bingung melihat ekspresi wajah suaminya yang aneh."Kamu pingsan tadi." Davin menunduk sejenak. Ia ragu ingin melanjutkan ucapannya. "Nay, aku mau tanya sesuatu padamu. Tolong jawab jujur."Nayla menatap Davin dengan penuh tanya. "Tanya apa, Mas?""Nay, aku menemukan tespek di kamar mandi." Seketika kedua

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 149

    Pagi itu, Davin sudah siap dengan setelan kantornya. Namun, Nayla tak kunjung menemuinya. Wanita muda itu entah ke mana. Rumah sepi dan tak ada suara apapun. Saat Davin mencarinya ke samping dan ke semua sudut ruangan, ia tak juga menemukan istrinya.Namun, di meja makan sudah terdapat sarapan dan bekal. Kening Davin berkerut. Ia mulai menduga-duga. Bekal makan dalam kotak plastik itu segera ia masukkan ke dalam tas. Lalu, keluar dan membuka gerbang. Sebuah pemandangan yang mengejutkan saat pintu besi itu ia geser. Nayla duduk di bangku depan rumah dengan wajah melamun. Gadis itu menarik sesuatu dalam hidungnya. Akan tetapi, ia tak menoleh saat suara pintu gerbang terdorong. Davin dengan langkah pelan mulai mendekat. Lalu, duduk di sebelah istrinya. "Kenapa malah di sini? Aku cari kamu ke mana-mana." Davin menatap tanah berpaving lalu kembali ke depan."Enggak apa-apa, Mas. Cuman mau liat mobil lewat," balas Nayla tanpa menatap."Ayo, masuk!" Davin menggeret tangan Nayla dengan tanp

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 150

    "Davin!" Davin segera berdiri tegak. Ia membalik badan ingin segera pergi dari sana. Muak sudah menatap wajah gadis yang dahulu ia kira baik-baik dan polos itu. Ternyata benar naluri Mamanya tentang gadis itu. "Davin, tunggu! Tolong aku, Dav." "Kupikir kamu bisa bangun sendiri, Fi. Jangan mengira kalau aku bodoh! Aku tau, kau menyuruhku ke sini untuk menjebakmu, bulan? Hina sekali caramu. Kotor!" Davin segera pergi dari sana dan mengeluarkan kunci mobilnya. Ia bergegas pulang karena ingin bertemu dengan sang istri. Rasa-rasanya, sudah sangat rindu sekali. Mobil meluncur pada jalanan yang mulai basah karena hujan yang telah merata. Hawa sejuk kali ini semakin menyiksa diri kala jauh dari Nayla. Sampai di rumah, ia berencana ingin memberikan kejutan. Mobil berhenti di depan sebuah toko coklat. Pria tampan dengan jas setengah basah karena hujan itupun segera berteduh di toko seraya memesan buket berisi aneka coklat. Setelah membayar, Davin kembali ke dalam mobil. Pulang dengan per

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 151

    Siang itu, tepatnya saat Davin libur kerja, dia sibuk membersihkan kolam renang. Nayla yang memerhatikannya sejak tadi tampak kasihan. Selangkah ingin membantu suaminya, tetapi gadis itu urungkan lagi. Sebab, Davin pasti tak mau dibantu. Sejak hamil, Davin seringkali melarang Nayla mengerjakan pekerjaan yang berat. Termasuk membantu suaminya sendiri. Hanya masak saja, jika ingin makan di rumah. Namun, seringnya lelaki itu mengajak makan di luar dengan alasan istrinya tak boleh lelah. "Mas Davin, minum dulu." Nayla datang dengan nampan satu gelas minuman dingin. Ia meletakkannya di atas meja taman dekat Davin berjongkok."Makasih, Nay." Lelaki dengan kaus putih dan celana selutut itupun segera duduk dan meneguk minumannya. "Mas, hari ini ada jadwal periksa kandungan." Dengan malu-malu, Nayla menyampaikan sebuah kabar. Ia khawatir kalau Davin tidak bisa mengantarnya."Oh ya? Kenapa kamu baru bilang? Sekalian kita beli baju buat dia, ya." Davin meraih kepala Nayla dan menciumnya. Mere

Latest chapter

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 205

    "Tapi nggak siang bolong begini juga Mas, nggak enak dengan tamu undangan juga keluarga yang lain. Pak penghulu aja belum pulang lo," elak Anggi beralasan yang sebenarnya dirinya masih grogi dan malu harus sekamar kembali dengan Reno."Berarti kalau sudah nggak siang boleh dong," goda Reno sambil menaik turunkan kedua alisnya."Ish ... Apaan sih, minggir mau keluar." Anggi menggeser tubuh tegap suaminya."Cium dulu," pinta Reno sambil mendekatkan bibirnya yang sengaja dimonyongkan."Mas ... Jangan ngadi-ngadi deh, minggir mau keluar dulu." Anggi kembali mendorong dada sang suami yang semakin mendekat pada dirinya."Cium dulu sekali ajaz habis itu kita keluar bareng, biar enak kalau keluarnya bareng," jawab Reno sambil tersenyum manis."Mesum ....""Eh, siapa ya mesum, kamu kali yang pikirannya udah traveling ke mana-mana. Maksudku kalau kita keluar kamar bareng kan enak dilihatnya. Masak pengantin baru keluar kamar sendiri-sendiri, apa kata mereka coba?" Reno menyentil ujung hi

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 204

    "Terima kasih sudah mau menerimaku kembali, juga sudah memberikan Rea, hingga hidupku kembali berwarna." Ungkapan tulus Reno begitu tangannya menyambut tangan Anggi untuk diajak duduk di bangku sebelahnya.Rea yang tak mau lepas dari papanya malah memeluk leher Reno dengan posesif. Mau tidak mau, acara penyematan cincin nikah yang dilanjutkan penandatanganan buku nikah, dilakukan dengan Rea tetap di gendongan sang papa. Tamu undangan, keluarga juga semua yang menyaksikan merasa terharu juga geli, baru kali ini menyaksikan acara ijab qobul dengan membawa anak mereka. Apapun keadaan mempelai, yang pasti doa restu terucap tulus dari setiap hati yang hadir dan menyaksikan bersatunya kembali orang tua Rea tersebut.Cincin berlian berwarna pink sengaja dipesan khusus oleh Reno untuk Anggi. Eternal pink, berlian langka dan termahal di dunia, menjadi simbol bersatunya kembali rumah tangga Reno dan Anggi. Cincin dengan harga lebih dari lima puluh milyar itu tersemat dengan cantik di jari Mas

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 203

    "Iya Mbak, tanpa pakai make up berlebih, wajah Mbak Anggi sudah tampak cantik dan mangglingi ," jawab perias yang masih menyapukan kuas di wajah Anggi.Rea menatap mamanya dari balik pintu. Gadis kecil yang baru sempurna berjalan sendiri itu menatap takjub pada wanita yang melahirkannya, entah apa yang dipikirkan anak anak sekecil itu. Kepalanya beberapa kali juga menoleh, memperhatikan lalu lalang orang yang mempersiapkan acara akad nikah kedua orang tuanya. Rumah yang biasanya sepi, kini terasa ramai. Anggi yang sempat melirik bayangan putri kecilnya langsung meminta perias menghentikan aktivitasnya, lalu dirinya beranjak menghampiri malaikat kecil yang garis wajahnya seperti pinang dibelah dua dengan Reno."Sayang, kenapa di sini? Nenek mana?" Anggi mengangkat tubuh Rea dalam gendongannya lalu membawanya masuk ke dalam kamar."Mbak, maaf sambil pangku anak saya nggak pa-pa kan?" Anggi meminta izin pada perias yang akan melanjutkan pekerjaannya."Nggak pa-pa Mbak, yang penting a

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 202

    Anggi yang biasanya cuek, jutek, wajahnya menghangat dan terlihat memerah. Dia tahu kalau ayah dari anaknya itu memang lelaki romantis tapi, tidak pernah menyangkan kalau akan diperlakukan seromantis ini, ya walau hanya dalam butik, bukan di suasanya makan malam yang sangat romantis tapi, cukuplan untuk bisa membuat hati Anggi semakin berbunga-bunga.Pemilik juga karyawan butik sampai menutup mulut mereka, takjub dengan keromantisan calon pengantin pria. Baru kali ini mendapatkan klien yang unik dan cukup menarik. Seorang pegawai butik, mungkin bagian marketing langsung merekam agedan tanpa rencana itu. "Jangan sembarangan rekam, nanti kalau mereka tahu bisa runyam urusannya," tergur pemilik butik sambil berbisik."Yang penting rekam dulu Bu, nanti baru minta izin pada mereka. Kalau diizinkan lumayan buat konten marketing butik. Kalau nggak diizinkan ya simpan saja dulu. Siapa tahu lain waktu mereka berubah pikiran," balas si pegawai sambil terus melanjutkan aksinya."Semoga saja

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 201

    "Sayang, aku sudah di jalan. Kamu berangkat sendiri atau sekalian aku jemput?" Reno menghubungi Anggi begitu selesai meting dengan klien. Hari ini keduanya ada janji untuk fithing baju pengantin."Aku sudah di butik, baru saja sampai," balas Anggi dengan senyum menghias wajahn cantiknya.Semenjak Anggi jujur pada Reno kalau Rea adalah darah daging mantan suaminya. Akhirnya mereka memutuskan untuk rujuk kembali, mungkin sebuah alasan klise demi anak tapi, jika ditelisik lebih dalam lagi. Orang tua Rea sebenarnya masih saling menyimpan rasa, hanya mereka masih mengedepankan ego tanpa mempertimbangkan perasaan juga kebutuhan kasih sayang putri kecil mereka.Dan di sinilah mereka, berada di butik yang dulu juga pernah membuatkan baju pengantin untuk Reno da Anggi di pernikahan sebelumnya. Pemilik butik juga pegawai butik hanya mengulum senyum ketika Anggi menceritakan secara singkat perjalan pernikahannya dengan sang mantan suami."Mbak Anggi mau pakai baju dengan model yang bagaimana

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 200

    Saat Anggi muncul dari toilet, ia melihat Mamanya sudah duduk bersama putri dan mantan suaminya. Meski sudah dua tahun lamanya, Anggi masih ingat jelas wajah itu. Wajah yang masih sangat melekat di hatinya. "Rea, ayo ikut Mama." Anggi tiba-tiba menyerobot meraih putrinya dari pangkuan Reno. "Tunggu, Anggi." Reno berdiri menyamai wanita cantik itu. Anggi terlihat tampak lebih segar dari yang dahulu. Tampak lebih bersinar setelah bercerai dengan suaminya."Aku tidak bisa lama-lama di sini. Putriku harus tidur. Juga besok aku harus kerja." Anggi masang wajah ketus. "Nak, jangan bilang begitu. Jujurlah pada Reno. Siapa Rea sebenarnya." Mama Anggi ikut berdiri. Namun, ia tak ingin mencampuri urusan mereka. "Mama ke sana dulu. Kalian bicaralah berdua. Jangan ada yang mengedepankan ego. Belajarlah kalian untuk bersikap dewasa dan tidak mengikuti hawa nafsu sendiri." Wanita tua itu lantas pergi. Meninggalkan mereka bertiga saja. Karena tak bisa mencegah lelaki itu melarangnya, maka Anggi

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 199

    "Hai, Bro!" Seorang lelaki tampan datang dari balik pintu. Ia mengulas senyuman pada Reno yang terkejut akan kehadirannya. "Wah, elu." Mereka berpelukan karena sudah lama tak bertemu. Reno menepuk punggung lelaki itu berkali-kali. Lalu, menyuruhnya untuk duduk. "Wah, udah sukses nih ceritanya." Dian tertawa. "Sukses apaan? Ya, gini-gini aja dari dulu." Reno menghela napas panjang. Mereka lantas duduk di sofa dalam ruangan itu. "Udah move on belum? Masa iya masih aja menghukum diri sendiri?" Lelaki sahabat Reno sejak masa kuliah itu memang senang sekali menyindir. Ia akan membuat lelaki di sebelahnya itu mengakhiri masa lajangnya. "Gue udah mati rasa. Cuman Anggi yang masih di dalam hati gua. Lu mau nyomblangin sama siapa aja, kagak bakal mempan." Reno tertawa. "Mending lu ikut gue. Nanti malam ada acara peresmian di gedung sebelah. Bukan sebelah elu. Sebelah kantor gue. Di sana, lu bisa pilih siapa pun yang lu mau." Dian tertawa. "Tapi, jangan harap ada Anggi di sana."Dari san

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 198

    Tak lama polisi datang beserta ambulan. Zia langsung dinyatakan meninggal dunia di tempat itu juga. Sempat warga melihat gadis itu keluar dari rumah Reno. Namun, Reno tak menanggapi apa pun. Pria itu diam saja selain mengakuo bahwa Zia hanya tetangga saja. Reno sudah tak ingin tahu lagi urusan mengenai Zia. Kematian yang tragis akibat menggoda suami orang, membuatnya binasa dengan cara menyedihkan. Reno menutup rapat semua kejadian pagi itu. Ia tahu semua itu salah dia juga, tetapi karena sudah lelah, maka pria itu hanya bisa menyesali semuanya. Pagi itu, penampilan Reno tampak rapi. Bukan ingin ke kantor, melainkan ingin pergi menemui Anggi di rumah kedua orang tuanya. Orang tua Anggi tak ingin ikut campur dalam rumah tangga anaknya. Mama Anggi menyuruh Reno masuk ke dalam. Reno duduk di sofa dengan satu gelas cangkir teh hangat yang baru saja dihidangkan oleh pembantu rumah orang tua Anggi. "Ang, temui dia. Dia masih suami kamu." Anggi dibujuk oleh Mamanya. Namun, dia tetap tak

  • Perginya Istriku    Season 2 Bab 197

    Tak lama, saat mereka masih berdebar, tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari balik dinding. "Hallo, Mas. Kamu udah datang?" Anggi tiba-tiba muncul saat dua orang itu tengah berdebat.Kedua mata Reno pun terbelalak. "Ang, kenapa dia ada di sini?" tanya Reno penuh rasa penasaran. "Kenapa memangnya? Bukannya kalian sering ketemuan di belakang aku?" Bagai tersambar petir, tubuh Reno gemetaran. Kepalanya mendadak berdenyut nyeri dan sudah dipastikan akan terjadi perang di ruang itu. "Ang, aku bisa jelasin. Kamu pasti salah paham." Reno mencoba menjelaskan. "Ini enggak seperti yang kamu kira.""Maaf, Mas. Aku udah tau semuanya. Aku kecewa sama kamu. Dia sendiri yang mengaku dan menunjukkan bukti padaku. Kalian memang benar-benar pasangan yang enggak punya malu." Anggi menggeleng kepalanya. Reno melangkah mendekati sang istri. Ia segera mendekap tubuh ramping Anggi tak ingin melepasnya. "Lepaskan aku, Mas. Kalian sudah berhasil membuatku mati rasa. Hatiku sudah hancur. Untuk yang k

DMCA.com Protection Status