Share

Bab 27

Penulis: yukitahepi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Para khadimat menghampiri kami di dapur. Mereka membantu menghidangkan makanan dan piring-piring. Di dapur pun suasana tak kalah serunya. Mereka seperti reunian. Hanya aku yang cuma bisa tersenyum-senyum karena baru kenalan. Mereka menjelaskan siapa majikan mereka dan hubungannya sama Ummi Maimunah.

“Aku Tita, kerja di Madam Dewi. Itu lho yang wajahnya Indonesia sendiri. Dia dulunya seperti kita juga, lalu dijadikan istri ketiga Babah Khalid, majikannya.” Gadis Cianjur itu menjelaskan. Lalu obrolan pun jadi merumpi seputar Madam Dewi.

“Beruntung banget ya dia. Sekarang sudah jadi sultanah. Ke mana-mana naik mobil mewah, tinggal di rumah mewah, mau apa-apa tinggal perintah.”

“Aku juga mau lah jadi madam meski jadi istri ketiga.” Ayu nyeletuk. “Dari pada istri satu-satunya tapi direcokin ipar sama mertua mulu, miskin pula.”

“Iya, terus gaya kamu jadi selangit. Merasa lebih madam dari madam Arab.” Mereka tertawa. Tita terlihat senyum masam, mung
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 28

    “Kenapa, Ummi?” “Perutku sakit banget. Melilit. Aduh aku nggak kuat.”Kudengar suara kentut dengan suara aneh. Ah, tak salah lagi Ummi mencret. Aku pernah melihat Mama mertua seperti ini juga waktu salah makan. Ukh, baunya semerbak memenuhi kamar.“Aduh, bocor.” Ummi meraba bagian bawah belakang tubuhnya. Kotorannya keluar dari diapers. Cepat kubantu majikanku membersihkan diri. Setelah selesai kupasangkan lagi diapers yang tak berapa lama kemudian terkena lagi kotoran baru. Ummi bolak-balik mengeluarkan kotoran encer dan aku bolak-balik membersihkannya. Badan perempuan sepuh itu terlihat sangat lemas, kuberikan air minum putih hangat.“Telpon dokter, khawatir dehidrasi,” bisik Ayu yang ternyata telah berdiri di belakangku.Pukul sepuluh malam, belum terlalu larut untuk menelpon dokter keluarga ini. Telpon diangkat pada deringan ketiga. Dokter bilang akan segera meluncur ke rumah ini. Rumah beliau tiga puluh menit perjalan

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 29

    Menjelang Subuh aku terbangun mendengar suara rintihan majikanku. Masya Allah ini mata kayak dikasih lem tembak, lengket banget rasanya susah buat dibuka. Pasti ini akibat kelelahan kemarin. Tapi mana sempat bermalas-malasan, majikanku tengah sangat membutuhkanku. Tergesa kulangkahkan kaki menuju kamar majikanku. Kulihat Ummi Maimunah merintih sambil tetap memejamkan mata. Dahinya mengernyit. Kusapa dengan pelan agar tak membuatnya kaget.“Ummi, ada yang bisa Latifah bantu? Ummi mau apa?”Perempuan sepuh yang masih cantik itu membuka kelopak matanya yang sayu. Lalu menunjuk perutnya sambil menggumam sakit.“Latifah ambilkan kompres air panas ya, Ummi, biar agak enakan.”Kuambilkan kompresan dan membantu majikanku untuk menyandar di bantal agar lebih nyaman. Kupasang kompresan di perut dan punggungnya setelah dilapisi kain karena khawatir terlalu panas. Kulihat Ummi menikmati kompresan di perut dan punggungnya.“Lumayan bikin nyaman. Makasih ya, Latifah.” Seulas senyum tersungging di b

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 30

    “Apakah menurutmu mereka harus dikabari?”Aku bingung harus menjawab apa. Bukankah seorang ibu biasanya ingin ditengok anak-anaknya saat sakit.“Tolong panggikan saja Hindun.”Aku melakukan perintah majikanku. Madam Hindun terlihat kaget saat mengetahui ibunya sakit dari semalam. Pasti beliau lelap tidurnya karena lelah dan kenyang makan-makan kemarin.“Kamu kabari sodara-sodaramu. Bilang Ummi sakit tapi tak usah khawatir karena sudah ditangani dokter. Ada Latifah juga yang merawatku. Kalau tak dikabari nanti mereka menyalahkanmu.”Aku memberikan sarapan lebih awal supaya Ummi bisa segera minum obat. Kompresan air panas juga kuganti karena airnya sudah agak dingin.“Ummi kenapa kok bisa jadi sakit?” aku bertanya dengan hati-hati.“Sepertinya kemarin kebanyakan makan, maklum perut tua, salah dikit langsung protes hehe.” Syukurlah majikanku sudah bisa tertawa.“Masakan kalian kemarin itu enak-enak banget. Apalagi kue semut itu, Ummi makan banyak sekali. Semua orang juga bilang kue itu le

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 31

    Tak terasa tiga bulan aku berjauhan dengan keluarga. Sekarang hatiku sudah mulai terbiasa, tak lagi sering menangis diam-diam menjelang tidur. Tapi air mata tetap tak bisa ditahan setiap kali bersujud di sepertiga malam, dan menyebut nama orang-orang tersayang dalam doa. Lina pun bilang Yusril sudah ceria dan aktif, dia punya banyak teman main yang membuatnya aktif seharian. Hal itu pun membuatnya selalu makan dengan lahap sehingga badannya semakin kuat. Hatiku menghangat bahagia mendengarnya, kuputar lagi video Yusril yang Lina kirimkan.{Teh, Amang Dasep sudah ngontak belum? Kemarin minta nomor Teteh katanya ada perlu.} Chat dari Lina masuk saat aku istirahat siang di kamarnya. Dia sudah tahu waktu-waktu aku agak santai.{Belum. Memangnya ada apa? Tumben Amang Dasep mau ngontak Teteh.}{Kurang tahu, Teh. Mungkin mau pesen karpet Turki hehe ….}{Maksudnya gimana?}Bukan tak senang dikontak saudara, tapi rasanya aneh saja. Selama ini adik Bapak yang kaya itu nyaris tak pernah bersilatu

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 32

    “Boleh juga idenya, Mang. Tapi Lala mau diskusi dulu sama Ibu dan Mas Agi ya.”“Sebagai pengganti Bapakmu, Amang hanya ingin menolongmu. Ibumu juga pasti setuju. Hanya soal Agi … bagaimana ya bilangnya ….”Amang Dasep menarik napas lalu menghembuskannya berat. Hatiku jadi tak enak. Ada apa dengan Mas Agi?“Ada apa dengan Mas Agi, Mang? Dia baik-baik saja? terakhir ngontak mau berangkat kerja.”“Begitulah, La. Kamu yang sabar ya. Si Agi itu ada selentingan kawin lagi dan sekarang tinggal di rumah istri mudanya.”Deg. Ada yang sakit di dalam sana, tanpa diundang setetes air turun di pipiku. Mang Dasep pasti salah informasi. Mas Agi kemarin-kemarin memang sedang galau, tapi dia bukan orang yang suka berkhianat.“Maaf ya, Mang, tapi Lala tak percaya. Mas Agi bukan orang seperti itu.”“Kamu jangan naif jadi perempuan. Laki-laki mana tahan ditinggal istrinya berbulan-bulan apalagi tahunan. Amang juga percaya tak percaya, tapi gimana ya bilangnya. Lihat saja sendiri fotonya.”Setelah telpon d

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 33

    Selesai melayani Ummi aku membantu pekerjaan Ayu di dapur. Setelah itu aku mengelap perabotan rumah yang sebenarnya masih kinclong. Pokoknya aku harus bergerak dan melakukan banyak hal agar tak sempat melamun. Hingga malam hari setelah majikan tidur aku langsung tertidur karena kelelahan.“Sabar ya, jangan terlalu berprasangka buruk. Allah itu sesuai prasangka hamba-Nya.” Ayu mengusap lenganku. Aku hanya mengangguk untuk perhatiannya. Saat bangun di sepertiga malam aku langsung ambil air wudlu. Waktu yang ditunggu untuk curhat sepuasnya pada Dia yang menciptakan diri ini dan seluruh makhluk. Aku tak tahu yang sebenarnya terjadi, tapi Dia selalu tahu. Aku tak mampu mengobati hatiku sendiri yang nelangsa dan putus as. Tapi dia Maha Pembolak-balik hati, mudah bagi-Nya mengganti rasa sedih dengan rasa bahagia. Aku hanya mengira-ngira apa yang dapat membuatku bahagia. Tapi Dia bener-benar mengetahui apa yang akan membuatku bahagia dan Dia juga kuasa memberikannya jika berkehendak.Selesai

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 34

    Ini bukan kali pertama aku mendengar nama nasi mandhi. Dulu, saat pertama mendengar namanya, aku mempertajam pendengaran khawatir keliru. Yang namanya nasi ya pasti dimandiin alias dicuci dulu berasnya. Rasa penasaranku terjawab, saat Ayu menunjukkan sebuah video cara asli pembuatan nasi mandhi. Aku bengong, bikin nasi aja bisa seribet itu. Susah menjelaskannya, mesti melihat videonya langsung.“Memang aslinya lumayan ribet. Tapi tenang, kita akan bikin versi simpelnya,” kata Ayu sambil tertawa.Pemeran utama sajian tradisional yang berasal dari Yaman ini tetap nasi basmati yang panjang-panjang itu sama daging kambing. Konon katanya nasi basmati ini lebih menyehatkan dari pada nasi putih. Katanya sih karena kandungan gula dalam nasi putih lebih banyak, entah karena apa lagi. “Aku pertama kali lihat beras basmati pengen muntah lho. Panjang-panjang putih kekuningan gitu, mirip ulet. Tapi karena laper terpaksa aku makan juga. Eh ternyata rasanya enak, jadi doyan deh hehe.” Ayu terkekeh

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 35

    “Dari cerita kamu kok aku ada merasa sesuatu yang sedikit janggal, tapi entah apa. Tapi kalau memang sudah mantap dan ibumu setuju ya lanjutkan aja. Semoga itu yang terbaik buat kamu.”“Iya, aku juga enggak punya alasan untuk menolak keinginan Mang Dasep buat nabung di matrialnya. Toh akhirnya juga uang aku memang buat beli bahan bangunan.”Sayangnya aku tak terlalu menganggap serius kekhawatiran sahabatku itu.“Eh, aku kok penasaran sama ipar kembar kamu itu, apa mereka enggak marah waktu tahu dikirim karpet murahan?” Ayu mengambil sepotong sambosa.Aku yang tengah minum spontan tertawa dan tersedak. Ayu menepuk-nepuk punggungku.“Yee … belum juga ngejawab udah ketawa aja, tersedak kan jadinya.”“Xixixi habisnya aku enggak kuat pengen ketawa pas ingat kejadian itu. Lucu banget. Sayangnya waktu itu kamu pergi lama banget sama Madam, jadi aku enggak ada temen ketawa. Xixixi.” Aku ngikik sambil memegang perutku. Nasi mand

Bab terbaru

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 138 Pesantren Gratis dari Suami Sultanku (TAMAT)

    “Aku enggak butuh tanah seluas ini, ya Habibi. Aku tahu uangmu tak berseri. Tapi jangan hamburkan untuk sesuatu yang sia-sia.” Suamiku mengusap-usap tanganku yang memegang lengannya.“Kalau aku tetap mau membelinya, gimana?” senyumnya dengan alis dinaik-turunkan untuk menggodaku.Ah, kadang-kadang sultan Arab ini nyebelin juga. Eh, tapi masa mau dibeliin tanah sepuluh hektar dibilang nyebelin. Tapi buat apa tanah seluas itu coba? Siapa yang mau ngurus?Aku menyimpan nomor ponsel yang tertera atas perintah suamiku tercinta sambil cemberut. Dia malah tertawa sambil mengecup bibirku dan membuat mataku melotot. Kan malu kalau ada orang yang melihat.“Bagaimana menurutmu bila di tempat ini kita bangun sebuah pesantren? Anak-anak akan belajar di sini dengan fasilitas yang baik tanpa dipungut bayaran sepeser pun?”Aku menatap matanya lekat. Itu adalah impian selintasku dulu sekali yang bahkan tak pernah berani kukatakan pada siapa pun. Impian yang muncul saat membaca tentang pesantren tahfidz

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 137 Ratu Sehari, Istri Sultan Selamanya

    Setelah walimah kami memutuskan tinggal di rumah baru kami dengan status visa suami sebagai wisatawan. Setelah masa berlaku bisa hampir habis baru akan kami pikirkan rencana selanjutnya, apakah memperpanjang visa suami atau kami kembali ke kota Madinah. Beliau tak perlu khawatir dengan bisnisnya karena punya beberapa orang kepercayaan. Ada orang yang khusus mengelola hotel, juga ada yang khusus mengelola kebun kurma. Istilahnya mungkin bisnis jalan tapi ownernya jalan-jalan. Ibu, Lina dan Yusril senang sekali bisa berkumpul setiap hari setelah berpisah sekian lama. Rumah kami sekarang selalu hangat dengan kasih sayang dan gelak tawa.“Ucil senang sekali sekarang Ucil bisa main sama Bubu tiap hari. Sama Baba juga Ucil suka main kuda-kudaan.”Anakku selalu riang gembira. Berpindah-pindah dari pangkuanku, ke pangkuan ayah sambungnya, lalu ke pangkuan Ibu, juga ke pangkuan Lina. Dia seolah sedang memuaskan dirinya bermain bersama semua orang yang menyayanginya. Setiap waktu salat dia aka

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 138 Bertemu Mantan Suami di Pelaminan

    Menjelang Ashar tamu masih berdatangan satu-satu. Tapi kami sudah terlalu lelah dan pamit masuk ke rumah untuk beristirahat. Di tenda luar dan ruang tamu masih ada Ibu dan Uwa yang bisa mewakili kami menerima tamu. Kecuali tamu spesial maka kami akan menemuinya sebentar.Saat masuk kamar mataku membola melihat ke arah tempat tidur kami. Besar sekali ukuran kasur ini. Lalu tiba-tiba aku menyadari sesuatu, suamiku yang berbadan lebih tinggi dari orang Indonesia pasti merasa tak nyaman saat tidur di kasurku. aku merasa bersalah tetapi dia tak protes. Subhanallah, manisnya suamiku."Ekhem, sudah tak sabar menunggu malam, ya Habibati? Lihat kasur terus." Sebuah suara dengan nada menggoda berbisik di telingaku membuat wajahku memerah. "Apaan sih, enggak kok. Aku hanya baru sadar kasur di kamarku kecil banget buatmu. Maaf ya, Habibi, aku kurang peka." Suamiku hanya tersenyum. Dia memang selalu tidur lebih akhir dan bangun lebih awal sehingga aku tak menyadarinya."Mari kubantu melepas baju

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 137 Para Gadis yang Antre

    Akhirnya tiba juga hari ini. Menjadi ratu sehari dalam pernikahan kedua. Kami duduk di pelaminan yang didekorasi indah di halaman rumah kami yang luas. Aku mengenakan gaun pengantin putih cantik yang dikirim memakai cargo dari Arab sana. Suamiku yang gagah terlihat makin memesona dalam balutan baju pengantin warna putih senada dengan gaunku. Aku di-make up minimalis saja. Ibu dan Wak Endo duduk mendampingi kami. Yusril bergabung bersama kami sebentar tapi kemudian bosan dan memilih main bersama sepupunya."Istriku cantik sekali, Masya Allah. Inginnya kusembunyikan saja di kamar," komentar suamiku saat melihatku selesai didandani."Aku juga malu sekali buat duduk di pelaminan. Betul katamu, sebaiknya aku ngumpet di kamar.""Haha aku bercanda, ya Habibati. Kita harus tetap duduk untuk menyalami tamu. Seperti adat di sini. Lagi pula kelihatannya tamu-tamu di sini sopan-sopan pakaian dan perilakunya."Panggung hiburan berdiri kokoh di sebelah kanan gerbang. Siapa pun boleh ikut berpartisi

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 136 Kehebohan di Dapur Ibu

    Hari ini merupakan salah satu hari paling bahagia dalam hidup Ibuku, dan melihat kebahagiaan beliau adalah salah satu kebahagiaan terbesarku. Sebenarnya aku malu bila harus dipajang lagi di pelaminan sebagai mempelai. Tetapi Ibu ingin berbagi kebahagiaan kami dengan seluruh warga kampung dan kerabat kami, maka aku pun memenuhi keinginannya dengan mengadakan walimah yang meriah untuk ukuran kami.Dua hari sebelum hari-H Alhamdulillah rumah baru kami sudah selesai dibangun dan siap digunakan untuk resepsi. Masjid kampung kami pun meski belum selesai dibangun tapi sudah nampak bangunan utuhnya yang megah. Sehingga kami tidak terlalu merasa bersalah bila memiliki rumah megah tapi masjid diabaikan.Kami memilih tidak memakai jasa catering, dan memberikan kesempatan pada para tetangga untuk berpartisifasi. Para tetangga pun dengan senang hati berkumpul di dapur Ibu untuk membantu memasak. Kue-kue tradisional yang lezat-lezat memenuhi ruang keluarga rumah kontrakan Ibu sejak malam. Sementara

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 135 Bertemu Mantan Ipar Kembar

    Entah berapa lama aku terjebak di sini hingga tiba-tiba semua orang terdiam dan melihat ke arah yang sama. Aku yang tengah menunduk jadi bingung dan ikut melihat arah tatapan mereka.“Masya Allah Nabi Yusuf lewat.”“Masya Allah ada malaikat di kampung kita.”"Lihat punggungnya, jangan-jangan dia punya sayap."Pria macho dengan wajah ganteng itu kaget sebentar saat melihat gerombolan ibu-ibu, tapi kemudian dengan tenang melewati mereka. Tanpa memandang dan tanpa senyum hanya mengucapkan assalamualaikum dengan suara tegas penuh kharisma. Di Arab sana pasti tak pernah ditemuinya gerombolan ibu-ibu nangkring sore-sore. Aku geleng-geleng kepala saat para ABG putri diam-diam mengambil foto Mister Halim.Menjelang Jum'atan aku sudah siap berangkat bersama Lina menuju rumah mantan mertua. Mengantarkan kartu undangan sebagai alasanku untuk bersilaturahim dengan beliau. Sebenarnya aku kangen sekali dengan mantan mertua yang baik hati itu. Tapi hati selalu bimbang setiap mengingat kemungkinan aka

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 134 Ada Nabi Yusuf di Kampung Kita

    “Jodoh kan takdir. Yang namanya takdir kan kita bisa berikhtiar enggak pasrah gitu aja. Kayaknya enggak mungkin sultan Arab itu tiba-tiba jatuh hati pada, maaf ya, seorang pembantu.”Jleb! Meski benar aku pembantu di negeri orang, tapi tak usahlah sampai ditegaskan begitu. Pembantu juga manusia yang punya hati. Rasanya malas sekali menghadapi tamu tak diundang ini. Sudah mah minta tips yang aneh-aneh eh malah menghina yang diminta tipsnya pula.“Eh, ada de Linda sama Melin, tumben ke mari. Ada hal penting ya?” Ibu masuk dari warung dan langsung menyapa. “Iya nih, Teh, ada yang mau ditanyakan sama Lala, tapi Lalanya kayak enggak mau berbagi ilmu yang dia punya.” Eh, Bi Linda malah ngadu.“Ooh mau minta ilmu jualan kurma mungkin ya? Kasih tahu atuh, Teh.” Aku jadi ingin ketawa lihat ekspresi melongo Bi Linda.“Sebentar ya, Uwa ambilin rujak, Melin suka rujak, kan?’ Ah, ibu yang selalu baik sama semua orang meski orang itu tak pernah menganggapnya.Setelah Ibu ke warung, Bi Linda dan

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 133 Bagi Tips Biar Dinikahi Sultan Arab, Dong!

    “Anak Ibu sama ponakan Ibu sama-sama cantiknya. Apalagi cantiknya keluar dari hati, makinlah keluar aura cantiknya.” Ibu menepuk-nepuk lengan kami. Kulihat Wak Yati tertawa dengan wajah berseri meski juga tak dapat menyembunyikan kelelahan setelah seharian keliling kota.Ucil yang tertidur dalam pelukan Wak Yati menggeliat-geliat. Sepertinya dia kelelahan dan merasa kurang nyaman tidurnya. Akhirnya kami memutuskan untuk segera pulang. Tak lupa mampir sebentar membeli ikan bakar untuk makan malam di rumah. Rasanya hari ini banyak orang bertingkah lucu. Dimulai dengan pagi-pagi ada tamu teman sekolahku. Sebenarnya kami dulu tidak bisa dibilang dekat, dia yang lumayan kaya bergaul dengan teman selevelnya. Entah angina apa yang membawanya kemari. Dia tak sendiir, membawa dua orang temannya yang tinggal di desa sebelah juga katanya. Dan kedua temannya itu masing-masing membawa dua temannya juga. Jadilah pagi ini aku menerima tamu rombongan dadakan yang sebenarnya tak kukenal. Ibu yang men

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 132 Jalan-jalan ke Kota

    Kami sepakat untuk menggunakan jasa WO temannya Lina. Setelah itu kami mengobrolkan banyak hal seputar persiapan walimah. Sebenarnya aku malu harus walimahan yang kedua kali, cukup syukuran keluarga. Tapi suamiku tetap pada pendiriannya ingin mengadakan walimahan sekalian mengenal handai tolan kami katanya. Betul juga sih, kalau mengunjungi satu-satu kapan waktunya. Hari ini kami akan berbelanja kebutuhan walimah ke kota. Aku, Ibu, Lina, Yusril, Wak Yati, dan Imah, Kami menggunakan jasa rental mobil plus sopirnya. Sengaja kami menggunakan mobil yang agak besar karena nanti akan berbelanja cukup banyak. Suamiku yang kaya dan baik hati itu memberikan uang rupiah dalam kartu ATM-ku.“Ajak Ibu dan siapa pun yang Adik mau untuk berbelanja ke kota. Terserah mau belanja apa pun yang Adik inginkan dan butuhkan terutama untuk walimah kita. Kalian bersenang-senanglah sesekali. Makan di restoran, perawatan di salon, apa pun. Abang ingin Adik bahagia dengan keluarga. Seharian ini Abang akan sibu

DMCA.com Protection Status