Share

Bab 32

Penulis: yukitahepi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
“Boleh juga idenya, Mang. Tapi Lala mau diskusi dulu sama Ibu dan Mas Agi ya.”

“Sebagai pengganti Bapakmu, Amang hanya ingin menolongmu. Ibumu juga pasti setuju. Hanya soal Agi … bagaimana ya bilangnya ….”

Amang Dasep menarik napas lalu menghembuskannya berat. Hatiku jadi tak enak. Ada apa dengan Mas Agi?

“Ada apa dengan Mas Agi, Mang? Dia baik-baik saja? terakhir ngontak mau berangkat kerja.”

“Begitulah, La. Kamu yang sabar ya. Si Agi itu ada selentingan kawin lagi dan sekarang tinggal di rumah istri mudanya.”

Deg. Ada yang sakit di dalam sana, tanpa diundang setetes air turun di pipiku. Mang Dasep pasti salah informasi. Mas Agi kemarin-kemarin memang sedang galau, tapi dia bukan orang yang suka berkhianat.

“Maaf ya, Mang, tapi Lala tak percaya. Mas Agi bukan orang seperti itu.”

“Kamu jangan naif jadi perempuan. Laki-laki mana tahan ditinggal istrinya berbulan-bulan apalagi tahunan. Amang juga percaya tak percaya, tapi gimana ya bilangnya. Lihat saja sendiri fotonya.”

Setelah telpon d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 33

    Selesai melayani Ummi aku membantu pekerjaan Ayu di dapur. Setelah itu aku mengelap perabotan rumah yang sebenarnya masih kinclong. Pokoknya aku harus bergerak dan melakukan banyak hal agar tak sempat melamun. Hingga malam hari setelah majikan tidur aku langsung tertidur karena kelelahan.“Sabar ya, jangan terlalu berprasangka buruk. Allah itu sesuai prasangka hamba-Nya.” Ayu mengusap lenganku. Aku hanya mengangguk untuk perhatiannya. Saat bangun di sepertiga malam aku langsung ambil air wudlu. Waktu yang ditunggu untuk curhat sepuasnya pada Dia yang menciptakan diri ini dan seluruh makhluk. Aku tak tahu yang sebenarnya terjadi, tapi Dia selalu tahu. Aku tak mampu mengobati hatiku sendiri yang nelangsa dan putus as. Tapi dia Maha Pembolak-balik hati, mudah bagi-Nya mengganti rasa sedih dengan rasa bahagia. Aku hanya mengira-ngira apa yang dapat membuatku bahagia. Tapi Dia bener-benar mengetahui apa yang akan membuatku bahagia dan Dia juga kuasa memberikannya jika berkehendak.Selesai

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 34

    Ini bukan kali pertama aku mendengar nama nasi mandhi. Dulu, saat pertama mendengar namanya, aku mempertajam pendengaran khawatir keliru. Yang namanya nasi ya pasti dimandiin alias dicuci dulu berasnya. Rasa penasaranku terjawab, saat Ayu menunjukkan sebuah video cara asli pembuatan nasi mandhi. Aku bengong, bikin nasi aja bisa seribet itu. Susah menjelaskannya, mesti melihat videonya langsung.“Memang aslinya lumayan ribet. Tapi tenang, kita akan bikin versi simpelnya,” kata Ayu sambil tertawa.Pemeran utama sajian tradisional yang berasal dari Yaman ini tetap nasi basmati yang panjang-panjang itu sama daging kambing. Konon katanya nasi basmati ini lebih menyehatkan dari pada nasi putih. Katanya sih karena kandungan gula dalam nasi putih lebih banyak, entah karena apa lagi. “Aku pertama kali lihat beras basmati pengen muntah lho. Panjang-panjang putih kekuningan gitu, mirip ulet. Tapi karena laper terpaksa aku makan juga. Eh ternyata rasanya enak, jadi doyan deh hehe.” Ayu terkekeh

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 35

    “Dari cerita kamu kok aku ada merasa sesuatu yang sedikit janggal, tapi entah apa. Tapi kalau memang sudah mantap dan ibumu setuju ya lanjutkan aja. Semoga itu yang terbaik buat kamu.”“Iya, aku juga enggak punya alasan untuk menolak keinginan Mang Dasep buat nabung di matrialnya. Toh akhirnya juga uang aku memang buat beli bahan bangunan.”Sayangnya aku tak terlalu menganggap serius kekhawatiran sahabatku itu.“Eh, aku kok penasaran sama ipar kembar kamu itu, apa mereka enggak marah waktu tahu dikirim karpet murahan?” Ayu mengambil sepotong sambosa.Aku yang tengah minum spontan tertawa dan tersedak. Ayu menepuk-nepuk punggungku.“Yee … belum juga ngejawab udah ketawa aja, tersedak kan jadinya.”“Xixixi habisnya aku enggak kuat pengen ketawa pas ingat kejadian itu. Lucu banget. Sayangnya waktu itu kamu pergi lama banget sama Madam, jadi aku enggak ada temen ketawa. Xixixi.” Aku ngikik sambil memegang perutku. Nasi mand

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 36

    Setelah salat dluha Ummi mengajak kami berkumpul di ruang keluarga. Ummi dan Madam mengenakan abaya biru dongker dengan border yang manis dilengkapi pashmina melilit cantik di kepala mereka. Keduanya terlihat cantik dan menawan dengan wajah khas Arabnya. Kami duduk lesehan di atas karpet tebal dengan bantal-bantal cantik sebagai sandaran. Aku mengambil posisi dekat Ummi Maimunah dan Ayu dekat Madam Hindun. Supaya mudah kalau mereka perlu sesuatu.Di depan kami televisi layar datar nyaris sebesar papan tulis tengah menampilkan moderator yang membuka acara. Sebentar lagi kajian dari seorang syaikh favorit Ummi akan segera di mulai. Semacam kuliah dluha kalau di Indonesia.“Matamu kenapa?” Ayu mencolek lenganku saat kami ke dapur untuk mengambil cangkir.“Kepikiran Mas Agi terus. Waktu sibuk aku bisa melupakan masalahku, tapi saat santai suka kepikiran. Aku takut.” Aku hampir menangis lagi.“Tarik napas panjang dan hembuskan pelan-pelan. Ka

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 37

    “Kita akan berangkat pakai travel kayak di Indonesia atau gimana sih umroh di sini?”“Enggak lah. Kita berangkat rombongan keluarga aja cukup. Beda kalau mau ibadah haji, harus daftar dulu ke pemerintah. Umroh orang sini simpel banget, bisa dilakukan pulang pergi kalau mau. Seperti kamu dari Tasik main ke rumahku di Jogja, bisa PP kan, cuma ya lumayan capek.”“Kalau cuma beberapa jam ngapain ini kita nyiapin baju banyak ke koper?” tanganku yang tengah memasukkan pakaian Ummi Maimunah ke koper terhenti. Ayu sudah lebih dulu selesai packing pakaian Madam Hindun.“Oh iya lupa ngasih tahu. Ummi mau kita malam ini mabit depan ka’bah terus besok habis subuh istirahat di hotel. Sorenya kita mampir ke masjid Nabawi sebelum pulang.”“Masya Allah, kita juga mau nginep di hotel? Duh udah nggak sabar, seumur-umur aku belum pernah tidur di kamar hotel, gimana rasanya ya?”Ayu tertawa geli melihat kenorakanku. Biarlah, di depan dia aku tak ak

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 38

    Selesai berkemas kami pun beristirahat untuk memulihkan tenaga. Baru juga merebahkan badan, hapeku berbunyi. Nomor Ibu.“Assalamualaikum Teteh … lagi istirahat ya maaf Ibu ganggu. Ini sodara-sodara mau minta doa sama Teteh di depan ka’bah katanya.” Terlihat wajah perempuan tercintaku di layar hape. Layar berubah dengan pemandangan tengah rumah. Karpet Turki tergelar anggun di sana di duduki para saudara yang semuanya berwajah cerah.“Lala doakan Uwak yaa ….”“Lala doakan Amang juga ….”“Lala, Imah juga doakan ….”Semuanya berebut ingin minta didoakan. Aku tertawa geli sekaligus terharu.“Bagaimana kalau ditulis dikertas aja, biar nanti Lala bacakan satu-satu depan ka’bah. Kalau disebutin khawatir lupa lagi kan banyak. Nanti tulisannya Lina fotoin ya, Lin.” Aku ngasih solusi. Pengang juga kupingku mendengar mereka berebut bicara.Beberapa saat aku ngobrol sama anak semata wayangku dan juga tantenya yan

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 39

    Di pelataran Masjidil Harom tidak terlalu banyak orang seperti yang kukira. Syukurlah jadi aku tak kesulitan mendorong kursi roda Ummi. Memasuki Masjidil Harom aku masih biasa, hanya dada merasa mengembang saking bahagia. Lalu saat bangunan ka’bah hanya beberapa meter di depan kami, tenggorokanku seperti tercekik oleh air mata yang ingin berjejalan keluar. Terima kasih ya Allah, hamba yang hina ini Engkau perkenankan menjadi tamu-Mu dan akan menikmati jamuan kasih sayang-Mu. Bangunan kotak berwarna hitam itu adalah bangunan yang sama yang dipandang baginda Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam saat beribadah. Bangunan yang sama pula meski dalam bentuk lebih sederhana, yang dibangun Nabi Ibrahim ‘alaihissalam sebagai tempat ibadah pertama. “Teteh sangat beruntung, baru beberapa bulan kerja sudah diajak umroh sama majikan. Kemarin Ceu Kiki cerita, dia baru diajak umroh setelah hampir dua tahun kerja. Itu pun setelah merengek-rengek karena sudah mau pulang tapi belum pernah umroh.

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 40

    “Latifah, ta’ali! Tolong ambilkan mushaf Al Quran sama isi air zamzam, tempat minum Ummi sudah kosong. Pastikan airnya tidak dingin ya.” Aku mengangguk patuh dan beranjak. Kuedarkan pandanganku, memang di dalam masjidil Harom ini banyak mushaf Al Quran yang disimpan di dalam rak. Berarti galon-galon besar yang berjajar di hampir setiap tempat itu berisi air zam-zam.Kuambil mushaf Al Quran yang berada di rak dekat kami dua buah, satu untuk majikanku dan satu untukku. Kuberikan dulu mushaf pada Ummi lalu mengambil tempat minum. Pantesan majikanku wanti-wanti ngisi air zamzamnya jangan yang dingin. Ternyata galon-galon ini kebanyakan berisi air dingin. Dari belasan galon yang berjajar pada satu tempat, hanya ada dua galon yang berisi air tidak dingin. Saat kembali, kulihat Ayu masih khusyu berdoa. “Kamu berdoa apa aja, La? Khusyu banget sampat nangis-nangis gitu,” tanya Ayu agak berbisik sambil menyelonjorkan kakinya selesai salat Subuh.“Sam

Bab terbaru

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 138 Pesantren Gratis dari Suami Sultanku (TAMAT)

    “Aku enggak butuh tanah seluas ini, ya Habibi. Aku tahu uangmu tak berseri. Tapi jangan hamburkan untuk sesuatu yang sia-sia.” Suamiku mengusap-usap tanganku yang memegang lengannya.“Kalau aku tetap mau membelinya, gimana?” senyumnya dengan alis dinaik-turunkan untuk menggodaku.Ah, kadang-kadang sultan Arab ini nyebelin juga. Eh, tapi masa mau dibeliin tanah sepuluh hektar dibilang nyebelin. Tapi buat apa tanah seluas itu coba? Siapa yang mau ngurus?Aku menyimpan nomor ponsel yang tertera atas perintah suamiku tercinta sambil cemberut. Dia malah tertawa sambil mengecup bibirku dan membuat mataku melotot. Kan malu kalau ada orang yang melihat.“Bagaimana menurutmu bila di tempat ini kita bangun sebuah pesantren? Anak-anak akan belajar di sini dengan fasilitas yang baik tanpa dipungut bayaran sepeser pun?”Aku menatap matanya lekat. Itu adalah impian selintasku dulu sekali yang bahkan tak pernah berani kukatakan pada siapa pun. Impian yang muncul saat membaca tentang pesantren tahfidz

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 137 Ratu Sehari, Istri Sultan Selamanya

    Setelah walimah kami memutuskan tinggal di rumah baru kami dengan status visa suami sebagai wisatawan. Setelah masa berlaku bisa hampir habis baru akan kami pikirkan rencana selanjutnya, apakah memperpanjang visa suami atau kami kembali ke kota Madinah. Beliau tak perlu khawatir dengan bisnisnya karena punya beberapa orang kepercayaan. Ada orang yang khusus mengelola hotel, juga ada yang khusus mengelola kebun kurma. Istilahnya mungkin bisnis jalan tapi ownernya jalan-jalan. Ibu, Lina dan Yusril senang sekali bisa berkumpul setiap hari setelah berpisah sekian lama. Rumah kami sekarang selalu hangat dengan kasih sayang dan gelak tawa.“Ucil senang sekali sekarang Ucil bisa main sama Bubu tiap hari. Sama Baba juga Ucil suka main kuda-kudaan.”Anakku selalu riang gembira. Berpindah-pindah dari pangkuanku, ke pangkuan ayah sambungnya, lalu ke pangkuan Ibu, juga ke pangkuan Lina. Dia seolah sedang memuaskan dirinya bermain bersama semua orang yang menyayanginya. Setiap waktu salat dia aka

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 138 Bertemu Mantan Suami di Pelaminan

    Menjelang Ashar tamu masih berdatangan satu-satu. Tapi kami sudah terlalu lelah dan pamit masuk ke rumah untuk beristirahat. Di tenda luar dan ruang tamu masih ada Ibu dan Uwa yang bisa mewakili kami menerima tamu. Kecuali tamu spesial maka kami akan menemuinya sebentar.Saat masuk kamar mataku membola melihat ke arah tempat tidur kami. Besar sekali ukuran kasur ini. Lalu tiba-tiba aku menyadari sesuatu, suamiku yang berbadan lebih tinggi dari orang Indonesia pasti merasa tak nyaman saat tidur di kasurku. aku merasa bersalah tetapi dia tak protes. Subhanallah, manisnya suamiku."Ekhem, sudah tak sabar menunggu malam, ya Habibati? Lihat kasur terus." Sebuah suara dengan nada menggoda berbisik di telingaku membuat wajahku memerah. "Apaan sih, enggak kok. Aku hanya baru sadar kasur di kamarku kecil banget buatmu. Maaf ya, Habibi, aku kurang peka." Suamiku hanya tersenyum. Dia memang selalu tidur lebih akhir dan bangun lebih awal sehingga aku tak menyadarinya."Mari kubantu melepas baju

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 137 Para Gadis yang Antre

    Akhirnya tiba juga hari ini. Menjadi ratu sehari dalam pernikahan kedua. Kami duduk di pelaminan yang didekorasi indah di halaman rumah kami yang luas. Aku mengenakan gaun pengantin putih cantik yang dikirim memakai cargo dari Arab sana. Suamiku yang gagah terlihat makin memesona dalam balutan baju pengantin warna putih senada dengan gaunku. Aku di-make up minimalis saja. Ibu dan Wak Endo duduk mendampingi kami. Yusril bergabung bersama kami sebentar tapi kemudian bosan dan memilih main bersama sepupunya."Istriku cantik sekali, Masya Allah. Inginnya kusembunyikan saja di kamar," komentar suamiku saat melihatku selesai didandani."Aku juga malu sekali buat duduk di pelaminan. Betul katamu, sebaiknya aku ngumpet di kamar.""Haha aku bercanda, ya Habibati. Kita harus tetap duduk untuk menyalami tamu. Seperti adat di sini. Lagi pula kelihatannya tamu-tamu di sini sopan-sopan pakaian dan perilakunya."Panggung hiburan berdiri kokoh di sebelah kanan gerbang. Siapa pun boleh ikut berpartisi

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 136 Kehebohan di Dapur Ibu

    Hari ini merupakan salah satu hari paling bahagia dalam hidup Ibuku, dan melihat kebahagiaan beliau adalah salah satu kebahagiaan terbesarku. Sebenarnya aku malu bila harus dipajang lagi di pelaminan sebagai mempelai. Tetapi Ibu ingin berbagi kebahagiaan kami dengan seluruh warga kampung dan kerabat kami, maka aku pun memenuhi keinginannya dengan mengadakan walimah yang meriah untuk ukuran kami.Dua hari sebelum hari-H Alhamdulillah rumah baru kami sudah selesai dibangun dan siap digunakan untuk resepsi. Masjid kampung kami pun meski belum selesai dibangun tapi sudah nampak bangunan utuhnya yang megah. Sehingga kami tidak terlalu merasa bersalah bila memiliki rumah megah tapi masjid diabaikan.Kami memilih tidak memakai jasa catering, dan memberikan kesempatan pada para tetangga untuk berpartisifasi. Para tetangga pun dengan senang hati berkumpul di dapur Ibu untuk membantu memasak. Kue-kue tradisional yang lezat-lezat memenuhi ruang keluarga rumah kontrakan Ibu sejak malam. Sementara

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 135 Bertemu Mantan Ipar Kembar

    Entah berapa lama aku terjebak di sini hingga tiba-tiba semua orang terdiam dan melihat ke arah yang sama. Aku yang tengah menunduk jadi bingung dan ikut melihat arah tatapan mereka.“Masya Allah Nabi Yusuf lewat.”“Masya Allah ada malaikat di kampung kita.”"Lihat punggungnya, jangan-jangan dia punya sayap."Pria macho dengan wajah ganteng itu kaget sebentar saat melihat gerombolan ibu-ibu, tapi kemudian dengan tenang melewati mereka. Tanpa memandang dan tanpa senyum hanya mengucapkan assalamualaikum dengan suara tegas penuh kharisma. Di Arab sana pasti tak pernah ditemuinya gerombolan ibu-ibu nangkring sore-sore. Aku geleng-geleng kepala saat para ABG putri diam-diam mengambil foto Mister Halim.Menjelang Jum'atan aku sudah siap berangkat bersama Lina menuju rumah mantan mertua. Mengantarkan kartu undangan sebagai alasanku untuk bersilaturahim dengan beliau. Sebenarnya aku kangen sekali dengan mantan mertua yang baik hati itu. Tapi hati selalu bimbang setiap mengingat kemungkinan aka

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 134 Ada Nabi Yusuf di Kampung Kita

    “Jodoh kan takdir. Yang namanya takdir kan kita bisa berikhtiar enggak pasrah gitu aja. Kayaknya enggak mungkin sultan Arab itu tiba-tiba jatuh hati pada, maaf ya, seorang pembantu.”Jleb! Meski benar aku pembantu di negeri orang, tapi tak usahlah sampai ditegaskan begitu. Pembantu juga manusia yang punya hati. Rasanya malas sekali menghadapi tamu tak diundang ini. Sudah mah minta tips yang aneh-aneh eh malah menghina yang diminta tipsnya pula.“Eh, ada de Linda sama Melin, tumben ke mari. Ada hal penting ya?” Ibu masuk dari warung dan langsung menyapa. “Iya nih, Teh, ada yang mau ditanyakan sama Lala, tapi Lalanya kayak enggak mau berbagi ilmu yang dia punya.” Eh, Bi Linda malah ngadu.“Ooh mau minta ilmu jualan kurma mungkin ya? Kasih tahu atuh, Teh.” Aku jadi ingin ketawa lihat ekspresi melongo Bi Linda.“Sebentar ya, Uwa ambilin rujak, Melin suka rujak, kan?’ Ah, ibu yang selalu baik sama semua orang meski orang itu tak pernah menganggapnya.Setelah Ibu ke warung, Bi Linda dan

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 133 Bagi Tips Biar Dinikahi Sultan Arab, Dong!

    “Anak Ibu sama ponakan Ibu sama-sama cantiknya. Apalagi cantiknya keluar dari hati, makinlah keluar aura cantiknya.” Ibu menepuk-nepuk lengan kami. Kulihat Wak Yati tertawa dengan wajah berseri meski juga tak dapat menyembunyikan kelelahan setelah seharian keliling kota.Ucil yang tertidur dalam pelukan Wak Yati menggeliat-geliat. Sepertinya dia kelelahan dan merasa kurang nyaman tidurnya. Akhirnya kami memutuskan untuk segera pulang. Tak lupa mampir sebentar membeli ikan bakar untuk makan malam di rumah. Rasanya hari ini banyak orang bertingkah lucu. Dimulai dengan pagi-pagi ada tamu teman sekolahku. Sebenarnya kami dulu tidak bisa dibilang dekat, dia yang lumayan kaya bergaul dengan teman selevelnya. Entah angina apa yang membawanya kemari. Dia tak sendiir, membawa dua orang temannya yang tinggal di desa sebelah juga katanya. Dan kedua temannya itu masing-masing membawa dua temannya juga. Jadilah pagi ini aku menerima tamu rombongan dadakan yang sebenarnya tak kukenal. Ibu yang men

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 132 Jalan-jalan ke Kota

    Kami sepakat untuk menggunakan jasa WO temannya Lina. Setelah itu kami mengobrolkan banyak hal seputar persiapan walimah. Sebenarnya aku malu harus walimahan yang kedua kali, cukup syukuran keluarga. Tapi suamiku tetap pada pendiriannya ingin mengadakan walimahan sekalian mengenal handai tolan kami katanya. Betul juga sih, kalau mengunjungi satu-satu kapan waktunya. Hari ini kami akan berbelanja kebutuhan walimah ke kota. Aku, Ibu, Lina, Yusril, Wak Yati, dan Imah, Kami menggunakan jasa rental mobil plus sopirnya. Sengaja kami menggunakan mobil yang agak besar karena nanti akan berbelanja cukup banyak. Suamiku yang kaya dan baik hati itu memberikan uang rupiah dalam kartu ATM-ku.“Ajak Ibu dan siapa pun yang Adik mau untuk berbelanja ke kota. Terserah mau belanja apa pun yang Adik inginkan dan butuhkan terutama untuk walimah kita. Kalian bersenang-senanglah sesekali. Makan di restoran, perawatan di salon, apa pun. Abang ingin Adik bahagia dengan keluarga. Seharian ini Abang akan sibu

DMCA.com Protection Status