Share

Bab 119 Mendadak Akad

Author: yukitahepi
last update Last Updated: 2022-12-26 21:37:20

Setelah salat Isya keluarga Mister Halim tiba di rumah majikanku. Aku kaget saat mendengar rombongan mereka sudah tiba. Kok aku malah berpikir keluarga kami yang akan mengunjungi keluarga beliau, aku menepuk kepalaku. Woy, konsentrasi Lala!

Ayu yang Melihat kelakuanku lalu menempelkan punggung tangannya dikeningku. “Enggak panas kok,” katanya tanpa merasa bersalah dan membuatku menahan tawa. Iseng banget dia.

“Tenang, penampilanmu sudah sangat paripurna. Dua kali ke salon cukup untuk membuat yang tidak terawat jadi kinclong seketika.” Bisikannya di telingaku membuat Lina menoleh pada kami dan bertanya dengan alisnya.

“Tetehmu gugup banget, jadi kuhibur dulu.” Sahabatku menunjuk-nunjukku. Lina membulatkan bibirnya.

Kami langsung mingkem saat keluarga Mister Halim sudah benar-benar duduk bersama kami. Kutundukkan kepala dalam-dalam. Meski ini bukan pernikahan pertamaku tapi aku merasa sangat gugup. Padahal Ummi Maimunah sudah memperkenalkanku pada sebagian mereka saat kami bertemu di s
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Yukita Hepi
horee akhirnya Lala bahagia
goodnovel comment avatar
Yukita Hepi
semoga hari ini bisa dobel ya
goodnovel comment avatar
Yukita Hepi
maaf ya kemaren rada rempong di duta...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 120 Pelangi setelah Badai

    Ruangan yang tadi sepi dan syahdu kini berubah menjadi penuh tawa bahagia. Ibu memelukku erat sekali sambil terisak-isak. Aku mengerti apa yang dirasakan Ibu karena persis apa yang kurasakan. Kami bahagia dengan pernikahan yang menjadi anugerah luar biasa dalam hidup kami. Namun ada sedih terselip andai Bapak masih ada dan menyaksikan kebahagiaan luar biasa ini.“Setelah ini Ibu harap Teteh tidak lagi banyak mengucurkan air mata. Sungguh Allah Maha Baik, Dia memberikan kebahagiaan tak terkira setelah berbagai ujian yang Teteh alami. Semoga kalian terus bersama dan saling menyayangi hingga tutup usia.” Doa Ibu seakan tak akan ada akhirnya untuk pernikahan kami. Dan memang demikian adanya. Aku yakin itu hanya sebagian dari doanya, karena doa lain akan terus teruntai dalam sujud panjang wanita terkasihku itu.“Selamat bergabung di keluarga kami, Sayangku. Halim benar-benar beruntung mendapatkanmu. Wanita yang cantil lahir batinnya.” Ummi Maimunah memelukku dengan senyuman. Aku merasa te

    Last Updated : 2022-12-29
  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 121 Bersama Para Bestie

    Kuedarkan pandangan ke seluruh penjuru rumah Ummi Maimunah yang luas dan megah. Hatiku hangat dan disesaki rasa haru yang luar biasa. Rasanya seperti mimpi melihat keluargaku makan minum dan bercengkrama dengan santai di rumah majikanku. Semua menikmati makanan yang buat mereka mewah ini dengan gembira. “Sayang, suamimu menunggu di kamar yang dekat kamar Ummi.” Suara Ummi Maimunah menghentikan senyumanku berganti rasa gugup yang luar biasa.Kudengar para sesepuh berembuk waktu walimah dan akhirnya sepakat walimah akan diselenggarakan lusa supaya keluargaku bisa menghadiri. Aku pamit sebentar pada Ibu akan menjumpaisuamiku. Dengan tersenyum lembut Ibu mengangguk.Ummi menggandeng tanganku dan membawaku ke kamar yang dimaksud. Kuhela napas beberapa kali untuk menghilangkan kegugupan.Ummi mmebuka pintu dan tersenyum pada ponakannya lalu meninggalkan kami berdua dalam kecanggungan. Mister Halim mengahampiriku yang berdiri tertunduk di depan pintu. Tersenyum dan menyapaku dengan lembut

    Last Updated : 2022-12-30
  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 122 Anak Kita

    Aku terbangun saat mendengar adzan Subuh dari pengeras suara di sudut kamar. Sejenak aku tertegun mengingat-ingat di mana diriku saat ini. “Sudah Subuh, ayo katanya ingin salat Subuh di Masjid Nabawi.” Suara bariton seorang laki-laki yang baru keluar dari kamar mandi menyadarkanku. Wajahnya yang basah oleh air wudlu memancarkan pesona yang membuatku tersipu. Wajah memesona itu tersenyum sambil mengerling saat menyadari mataku terpaku padanya. Rupanya aku ketiduran setelah mandi dan tahajud.Rasanya bagaikan mimpi, semalam kami melaksanakan walimah di hotel yang tak jauh dari masjid Nabawi. Lalu aku dan suamiku menginap di kamar terbaiknya. Kami hanya mengundang seluruh rombongan umroh yang bersama keluargaku juga keluarga serta relasi terbatas Mister Halim. Menurut suamiku ini pesta yang sederhana karena hanya mengundang ratusan orang. Tapi bagiku ini pesta yang amat mewah dilihat dari tempat, dekorasi, serta hidangannya.“Sudah dua puluh tahun saya bolak balik membimbing jama’ah umro

    Last Updated : 2022-12-31
  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 123 Rencana Membangun Rumah

    “Aku menikahimu untuk memuliakanmu dan membuatmu bahagia. Biarlah pekerjaan rumah dikerjakan orang lain sekaligus berbagi rejeki. Habibati boleh memilih siapa yang ingin dipekerjakan di rumah kita.” Perkataan suamiku membuatku berkaca-kaca. Semoga kebaikan Mister Halim bukan hanya saat awal pernikahan, doaku dalam hati.“Ya Habibati, hati-hati berjalan. Jangan banyak melamun, suami gantengmu ada di sini bersamamu.” Aku tersipu kedapatan melamun selama perjalanan menuju masjid Nabawi, hampir saja jatuh bila tanganku tak digenggamnya.Pulang dari masjid kami berjalan-jalan di seputar masjid yang amat indah ini. Aku senyum-senyum saat ingat menjelang kajian tarhib Ramadhan yang lalu. Segerombolan merpati yang bermain di pelataran masjid menarikperhatianku. Aku menghambur ke arah mereka yang berusaha menangkapnya namun gagal. Suamiku tertawa melihat kelakuanku. Sambil berjalan-jalan kami mengobrol apa saja. Kami begitu haus informasi mengenai satu sama lain. “Setelah selesai ibadah haj

    Last Updated : 2023-01-01
  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 124 Viral

    Setelah menjadi istri Mister Halim hari-hariku terasa sangat cepat berlalu. Suami tampanku selalu bersikap manis membuatku serasa menjadi perempuan paling bahagia di dunia. Setiap dini hari kami lomba untuk bangun lebih awal untuk salat tahajud dan yang menang boleh meminta hadiah apa pun dari yang kalah. Ini bukan hal mudah bagiku mengingat malamnya selalu kelelahan setelah melakukan ibadah lain. Walhasil aku sering menjadi pihak yang kalah dan dengan penuh kemenangan suamiku akan menagih hadiahnya."Ya Habibi, aku menyerah. Kalau seperti ini terus aku tak akan pernah menang."Suamiku malah tertawa melihatku mengangkat kedua tangan usai dibangunkan untuk yang ke sekian kali."Tapi Habibati sudah menang setiap hari di hatiku," ujarnya seraya menggendongku seolah aku ini gadis kecilnya yang menggemaskan dan membawaku ke kamar mandi.Setelah bersuci kami pun larut dalam sujud dan doa, pada Dia yang telah memberikan selaksa nikmat pada kami."Ya Habibi, apakah aku boleh ikut ke kebun ku

    Last Updated : 2023-01-05
  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 125 Kepergok

    "Masya Allah ini orang-orang sudah seperti semut saja." Spontan aku berkomentar melihat tayangan di YouTube."Lagi lihat apa, ya Habibati?""Ibadah haji. Aku merinding melihatnya."Suamiku mendekat dan ikut menonton. Minggu depan kami akan melakukan ibadah haji dan aku makin giat mengumpulkan ilmu Tara cara ibadah haji. Meski sudah dijelaskan oleh suamiku yang sudah ibadah haji berkali-kali tapi belum terbayang. Menonton video pun tetap tak membuatku hapal seluruhnya."Aduh aku pusing deh. Enggak hafal-hafal pelaksanaannya." Aku mengeluh untuk ke sekian kalinya."Haha ... Kamu itu lucu kalau cemberut. Enggak usah dipikirin, nanti ikuti aja Umar sebagai pemimpin rombongan ibadah haji kita. Sudah siap kopernya belum?""Astaghfirullah aku lupa nyiapin koper. Saking bingungnya enggak hafal-hafal makasik haji. Aku siapin dulu ya Habibi."Aku beranjak mendekati lemari. Tak banyak yang akan kami bawa karena hanya sekitar seminggu kami akan melakukan ibadah haji.Aku ingat pernah mempertanyaka

    Last Updated : 2023-01-09
  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 126 Mudik Bawa Sultan

    “Ya, Habibi, serius kita hanya bawa baju sekoper kecil ini?” Aku menepuk-nepuk koper hitam nan keren itu.“Sangat serius. Biarlah kita bawa baju sedikit biar tak repot di jalan. Gampanglah di Indonesia nanti kita ngeborong baju buat di rumahmu.”Ah, aku selalu lupa kalau suamiku seorang sultan. “Lala, kamu tega banget sih enggak ngajakin aku mudik.” Ayu sahabatku merajuk.Aku tertawa melihatnya memanyunkan bibir dengan maksimal. “Ish, konsisikan itu bibir. Kalau saja bisa, sungguh aku ingin sekali ngajak kamu mudik bareng. Apa daya Madam lagi sakit jadi kamu tak mungkin ninggalin beliau kan?” Aku menepuk-nepuk lengannya menunjukkan rasa empati.“Kamu mau titip salam sama keluargamu, Na?” Aku bertanya pada Erna yang merawat Ummi menggantikanku.Erna tersenyum dengan segan. Padahal kami berasal dari latar belakang yang sama. Rumah kami pun tak terlalu jauh. Tapi Erna segan padaku hanya karena aku menikah sama sultan. Kok jadi tak enak gini.“Salam sama Ibu dan keluargamu. Sampaikan per

    Last Updated : 2023-01-12
  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 127 Kau Cantik Sekali Bila Tersenyum

    "Ya Habibatii, kenapa wajahmu sekelam malam. Padahal tadi wajahmu masih secerah matahari." Suami tampanku menghentikan jalannya dan memandang penuh rasa khawatir."Orang-orang itu menggunjing kita. Mereka menyanjungmu dan mencemoohku." Aku mengisyaratkan dengan pandangan mataku.Rasanya menyesal mengikuti saran suamiku untuk tak memakai cadar. Coba kalau tetap bercadar seperti kebiasaan di Arab mungkin aku tak akan sakit hati begini."Kamu bilang di Indonesia orang masih menganggap aneh orang bercadar. Tak apa buka saja, yang penting tak ada aurat yang kau perlihatkan," kata beliau saat aku minta pendapatnya saat di pesawat."Apa yang mereka bilang?" suamiku memang belum mengerti Bahasa Indonesia kecuali sedikit saja yang umum seperti terima kasih, tolong, saya, kamu, dan yang seperti itu.Aku mengatakan semua yang kudengar. Sebenarnya aku bukan seorang pengadu, tapi untuk hal yang satu ini rasanya aku ingin beliau menenangkan hatiku."Ucapan mereka tentangmu semuanya salah. Kita lebih

    Last Updated : 2023-01-13

Latest chapter

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 138 Pesantren Gratis dari Suami Sultanku (TAMAT)

    “Aku enggak butuh tanah seluas ini, ya Habibi. Aku tahu uangmu tak berseri. Tapi jangan hamburkan untuk sesuatu yang sia-sia.” Suamiku mengusap-usap tanganku yang memegang lengannya.“Kalau aku tetap mau membelinya, gimana?” senyumnya dengan alis dinaik-turunkan untuk menggodaku.Ah, kadang-kadang sultan Arab ini nyebelin juga. Eh, tapi masa mau dibeliin tanah sepuluh hektar dibilang nyebelin. Tapi buat apa tanah seluas itu coba? Siapa yang mau ngurus?Aku menyimpan nomor ponsel yang tertera atas perintah suamiku tercinta sambil cemberut. Dia malah tertawa sambil mengecup bibirku dan membuat mataku melotot. Kan malu kalau ada orang yang melihat.“Bagaimana menurutmu bila di tempat ini kita bangun sebuah pesantren? Anak-anak akan belajar di sini dengan fasilitas yang baik tanpa dipungut bayaran sepeser pun?”Aku menatap matanya lekat. Itu adalah impian selintasku dulu sekali yang bahkan tak pernah berani kukatakan pada siapa pun. Impian yang muncul saat membaca tentang pesantren tahfidz

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 137 Ratu Sehari, Istri Sultan Selamanya

    Setelah walimah kami memutuskan tinggal di rumah baru kami dengan status visa suami sebagai wisatawan. Setelah masa berlaku bisa hampir habis baru akan kami pikirkan rencana selanjutnya, apakah memperpanjang visa suami atau kami kembali ke kota Madinah. Beliau tak perlu khawatir dengan bisnisnya karena punya beberapa orang kepercayaan. Ada orang yang khusus mengelola hotel, juga ada yang khusus mengelola kebun kurma. Istilahnya mungkin bisnis jalan tapi ownernya jalan-jalan. Ibu, Lina dan Yusril senang sekali bisa berkumpul setiap hari setelah berpisah sekian lama. Rumah kami sekarang selalu hangat dengan kasih sayang dan gelak tawa.“Ucil senang sekali sekarang Ucil bisa main sama Bubu tiap hari. Sama Baba juga Ucil suka main kuda-kudaan.”Anakku selalu riang gembira. Berpindah-pindah dari pangkuanku, ke pangkuan ayah sambungnya, lalu ke pangkuan Ibu, juga ke pangkuan Lina. Dia seolah sedang memuaskan dirinya bermain bersama semua orang yang menyayanginya. Setiap waktu salat dia aka

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 138 Bertemu Mantan Suami di Pelaminan

    Menjelang Ashar tamu masih berdatangan satu-satu. Tapi kami sudah terlalu lelah dan pamit masuk ke rumah untuk beristirahat. Di tenda luar dan ruang tamu masih ada Ibu dan Uwa yang bisa mewakili kami menerima tamu. Kecuali tamu spesial maka kami akan menemuinya sebentar.Saat masuk kamar mataku membola melihat ke arah tempat tidur kami. Besar sekali ukuran kasur ini. Lalu tiba-tiba aku menyadari sesuatu, suamiku yang berbadan lebih tinggi dari orang Indonesia pasti merasa tak nyaman saat tidur di kasurku. aku merasa bersalah tetapi dia tak protes. Subhanallah, manisnya suamiku."Ekhem, sudah tak sabar menunggu malam, ya Habibati? Lihat kasur terus." Sebuah suara dengan nada menggoda berbisik di telingaku membuat wajahku memerah. "Apaan sih, enggak kok. Aku hanya baru sadar kasur di kamarku kecil banget buatmu. Maaf ya, Habibi, aku kurang peka." Suamiku hanya tersenyum. Dia memang selalu tidur lebih akhir dan bangun lebih awal sehingga aku tak menyadarinya."Mari kubantu melepas baju

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 137 Para Gadis yang Antre

    Akhirnya tiba juga hari ini. Menjadi ratu sehari dalam pernikahan kedua. Kami duduk di pelaminan yang didekorasi indah di halaman rumah kami yang luas. Aku mengenakan gaun pengantin putih cantik yang dikirim memakai cargo dari Arab sana. Suamiku yang gagah terlihat makin memesona dalam balutan baju pengantin warna putih senada dengan gaunku. Aku di-make up minimalis saja. Ibu dan Wak Endo duduk mendampingi kami. Yusril bergabung bersama kami sebentar tapi kemudian bosan dan memilih main bersama sepupunya."Istriku cantik sekali, Masya Allah. Inginnya kusembunyikan saja di kamar," komentar suamiku saat melihatku selesai didandani."Aku juga malu sekali buat duduk di pelaminan. Betul katamu, sebaiknya aku ngumpet di kamar.""Haha aku bercanda, ya Habibati. Kita harus tetap duduk untuk menyalami tamu. Seperti adat di sini. Lagi pula kelihatannya tamu-tamu di sini sopan-sopan pakaian dan perilakunya."Panggung hiburan berdiri kokoh di sebelah kanan gerbang. Siapa pun boleh ikut berpartisi

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 136 Kehebohan di Dapur Ibu

    Hari ini merupakan salah satu hari paling bahagia dalam hidup Ibuku, dan melihat kebahagiaan beliau adalah salah satu kebahagiaan terbesarku. Sebenarnya aku malu bila harus dipajang lagi di pelaminan sebagai mempelai. Tetapi Ibu ingin berbagi kebahagiaan kami dengan seluruh warga kampung dan kerabat kami, maka aku pun memenuhi keinginannya dengan mengadakan walimah yang meriah untuk ukuran kami.Dua hari sebelum hari-H Alhamdulillah rumah baru kami sudah selesai dibangun dan siap digunakan untuk resepsi. Masjid kampung kami pun meski belum selesai dibangun tapi sudah nampak bangunan utuhnya yang megah. Sehingga kami tidak terlalu merasa bersalah bila memiliki rumah megah tapi masjid diabaikan.Kami memilih tidak memakai jasa catering, dan memberikan kesempatan pada para tetangga untuk berpartisifasi. Para tetangga pun dengan senang hati berkumpul di dapur Ibu untuk membantu memasak. Kue-kue tradisional yang lezat-lezat memenuhi ruang keluarga rumah kontrakan Ibu sejak malam. Sementara

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 135 Bertemu Mantan Ipar Kembar

    Entah berapa lama aku terjebak di sini hingga tiba-tiba semua orang terdiam dan melihat ke arah yang sama. Aku yang tengah menunduk jadi bingung dan ikut melihat arah tatapan mereka.“Masya Allah Nabi Yusuf lewat.”“Masya Allah ada malaikat di kampung kita.”"Lihat punggungnya, jangan-jangan dia punya sayap."Pria macho dengan wajah ganteng itu kaget sebentar saat melihat gerombolan ibu-ibu, tapi kemudian dengan tenang melewati mereka. Tanpa memandang dan tanpa senyum hanya mengucapkan assalamualaikum dengan suara tegas penuh kharisma. Di Arab sana pasti tak pernah ditemuinya gerombolan ibu-ibu nangkring sore-sore. Aku geleng-geleng kepala saat para ABG putri diam-diam mengambil foto Mister Halim.Menjelang Jum'atan aku sudah siap berangkat bersama Lina menuju rumah mantan mertua. Mengantarkan kartu undangan sebagai alasanku untuk bersilaturahim dengan beliau. Sebenarnya aku kangen sekali dengan mantan mertua yang baik hati itu. Tapi hati selalu bimbang setiap mengingat kemungkinan aka

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 134 Ada Nabi Yusuf di Kampung Kita

    “Jodoh kan takdir. Yang namanya takdir kan kita bisa berikhtiar enggak pasrah gitu aja. Kayaknya enggak mungkin sultan Arab itu tiba-tiba jatuh hati pada, maaf ya, seorang pembantu.”Jleb! Meski benar aku pembantu di negeri orang, tapi tak usahlah sampai ditegaskan begitu. Pembantu juga manusia yang punya hati. Rasanya malas sekali menghadapi tamu tak diundang ini. Sudah mah minta tips yang aneh-aneh eh malah menghina yang diminta tipsnya pula.“Eh, ada de Linda sama Melin, tumben ke mari. Ada hal penting ya?” Ibu masuk dari warung dan langsung menyapa. “Iya nih, Teh, ada yang mau ditanyakan sama Lala, tapi Lalanya kayak enggak mau berbagi ilmu yang dia punya.” Eh, Bi Linda malah ngadu.“Ooh mau minta ilmu jualan kurma mungkin ya? Kasih tahu atuh, Teh.” Aku jadi ingin ketawa lihat ekspresi melongo Bi Linda.“Sebentar ya, Uwa ambilin rujak, Melin suka rujak, kan?’ Ah, ibu yang selalu baik sama semua orang meski orang itu tak pernah menganggapnya.Setelah Ibu ke warung, Bi Linda dan

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 133 Bagi Tips Biar Dinikahi Sultan Arab, Dong!

    “Anak Ibu sama ponakan Ibu sama-sama cantiknya. Apalagi cantiknya keluar dari hati, makinlah keluar aura cantiknya.” Ibu menepuk-nepuk lengan kami. Kulihat Wak Yati tertawa dengan wajah berseri meski juga tak dapat menyembunyikan kelelahan setelah seharian keliling kota.Ucil yang tertidur dalam pelukan Wak Yati menggeliat-geliat. Sepertinya dia kelelahan dan merasa kurang nyaman tidurnya. Akhirnya kami memutuskan untuk segera pulang. Tak lupa mampir sebentar membeli ikan bakar untuk makan malam di rumah. Rasanya hari ini banyak orang bertingkah lucu. Dimulai dengan pagi-pagi ada tamu teman sekolahku. Sebenarnya kami dulu tidak bisa dibilang dekat, dia yang lumayan kaya bergaul dengan teman selevelnya. Entah angina apa yang membawanya kemari. Dia tak sendiir, membawa dua orang temannya yang tinggal di desa sebelah juga katanya. Dan kedua temannya itu masing-masing membawa dua temannya juga. Jadilah pagi ini aku menerima tamu rombongan dadakan yang sebenarnya tak kukenal. Ibu yang men

  • Pergi Jadi TKW Pulang Jadi Sultanah   Bab 132 Jalan-jalan ke Kota

    Kami sepakat untuk menggunakan jasa WO temannya Lina. Setelah itu kami mengobrolkan banyak hal seputar persiapan walimah. Sebenarnya aku malu harus walimahan yang kedua kali, cukup syukuran keluarga. Tapi suamiku tetap pada pendiriannya ingin mengadakan walimahan sekalian mengenal handai tolan kami katanya. Betul juga sih, kalau mengunjungi satu-satu kapan waktunya. Hari ini kami akan berbelanja kebutuhan walimah ke kota. Aku, Ibu, Lina, Yusril, Wak Yati, dan Imah, Kami menggunakan jasa rental mobil plus sopirnya. Sengaja kami menggunakan mobil yang agak besar karena nanti akan berbelanja cukup banyak. Suamiku yang kaya dan baik hati itu memberikan uang rupiah dalam kartu ATM-ku.“Ajak Ibu dan siapa pun yang Adik mau untuk berbelanja ke kota. Terserah mau belanja apa pun yang Adik inginkan dan butuhkan terutama untuk walimah kita. Kalian bersenang-senanglah sesekali. Makan di restoran, perawatan di salon, apa pun. Abang ingin Adik bahagia dengan keluarga. Seharian ini Abang akan sibu

DMCA.com Protection Status