Share

55. Permintaan Maaf

"Benarkah?"

"Iya pak, bu, desa ini sekarang punya pertanian sendiri, terus ada bank sampah juga yang menampung hasil karya para warga. Semua ide itu dari Mas Anjar," pujiku lagi. Aku menoleh, kulihat Mas Anjar hanya tersenyum.

"Ya, kami akan lihat-lihat dulu," jawab Pak Darmawan sambil menyesap kopinya.

Aku berlalu ke belakang untuk kembali mencuci piring.

"Mas bantu ya, dek, biar cepat selesai, terus kita bisa jalan-jalan bersama," ujar Mas Anjar. Dari kapan dia disini?

Aku hanya mengangguk dan tersenyum.

Kami berjalan-jalan bersama melihat ladang sayur milik warga. Semuanya masih sama, hijau dan subur.

"Disini yang tadinya semak-semak itu bukan?" tanya Pak Darmawan pada Mas Anjar.

"Iya pak, betul. Kami memanfaatkan lahan kosong, agar bisa ditanami sayur mayur."

"Hebat ini, bisa subur kayak gini, pakai pupuk apa?"

"Kami mengutamakan pupuk organik pak, dari sisa-sisa sampah makanan yang ada kami campur jadi satu lalu diolah, kadang pakai pupuk kandang, kami memanfaatkan apa yang ada
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status