Share

54. Malam yang canggung

Hanya berdua dengannya di kamarku ini membuatku merasa canggung setengah mati. Jantungku berdegup tak menentu. Ah, aku gugup sekali, apakah Mas Anjar merasakan hal yang sama? Atau jangan-jangan hanya aku sendiri yang merasakan kegugupan ini.

"Hei, kenapa berdiam diri saja disitu?" tanyanya sambil beranjak dari tidurnya lalu mendekat kearahku berdiri.

"Mas, kenapa lihatin aku begitu?" sahutku salah tingkah.

"Hmmm, pangling. Mas baru lihat penampilanmu setelah lepas jilbab. Cantik," pujinya sambil membelai lembut rambutku. "Rambut panjangmu juga indah," tambahnya lagi.

Aku hanya menunduk, malu sekali rasanya. Sudah kupastikan wajahku merona merah karena tersipu malu dengan ucapannya. Jantung berdegup makin kencang, sulit untuk diredam.

"Kenapa? Jangan malu, mas kan sudah jadi suamimu," sahutnya lagi. Ia meraih daguku dan tersenyum manis.

Triing ... Triing ...

Nada dering ponselku mengagetkan kami.

"Handphonemu bunyi, Dek," kata Mas Anjar sambil meraih ponselku.

"Siapa mas, yang telepo
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status