Share

Perasaan Aisha

Author: Anana-chan
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Aku dan Sali segera menuju ke tempat mas Gani. Aisha sedang duduk termenung di taman. Gani memaksanya untuk pulang namun wanita itu menolak.

Apa dia benar suka sama Gani? Kalo seperti itu, apa aku salah menjodohkan Gani dengan Sali? Di dalam mobil, aku tidak tenang memikirkan hal ini.

“Aisha pernah cerita sama kamu?”

“Cerita apa, Bulan?”

Sali menoleh dan menatapku.

“Cerita tentang Gani, apa ada petunjuk kalo dia suka sama Gani. Soalnya pas kita makan di restoran, Aisha tuh nggak mau pindah,” jelasku.

Sali terdiam cukup lama.

“Sali, apa aku udah salah yah?”

“Nggak Bulan, kamu nggak salah. Nanti aku tanya Aisha masalah ini,” ucapnya. Aku menghela napas panjang. Bingung juga dengan semua ini. Jika Aisha menyukai Gani. Dia akan kecewa. Gani tidak menyukainya. Gani hanya tertarik dengan Sali.

Sesampai di taman kota, aku berlari ke arah Aisha. Sali mengekor di belakangku. Gani sedang duduk di sampingnya. Mereka berdua terdiam membisu.

“Ada apa? Mengapa Aisha di sini? Apa dia culik?” tanyaku
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Bertemu Layla

    Reza Pov “Jadi, lo nggak suka sama Sali?” Aku menatap Gani yang tengah merenung di dalam ruanganku. Wajahnya menatap ke arah jendela. Sesekali dia menghela napas panjang. Seakan ada beban di dalam dadanya. “Aku sadar kalo Sali itu cantik, baik dan juga sopan, Rez. Tapi entah kenapa, melihat Aisha tuh, aku jadi tertarik.” “Tapi kamu tahu kan Gan, kalo dia …,” “Bisu?” Gani menoleh dan menatapku. Perlahan, dia tersenyum. “Aku tahu Gan, tipikal wanita yang kamu sukai tuh, nggak seperti Aisha. Aku juga tahu, kalo kamu nggak mungkin mau sama dia,” jelasku. Aku mengenal Gani dan aku tahu selera wanita yang disukainya. “Aku melihat Aisha tuh berbeda, Rez. Banyak wanita yang berusaha menarik hatiku. Banyak wanita yang berusaha membuatku jatuh cinta. Tapi, Aisha berbeda.” Gani berdiri lalu berjalan ke arah mejaku. Dia duduk di hadapanku sambil tersenyum. “Saat bertemu dengan Bulan, perasaan kamu bagaimana?” tanyanya. Dia berbalik bertanya kepadaku. “Hmm, biasa aja sih,” jawa

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Perjodohan

    Reza Pov“Aku yakin Rez, lo pasti bisa bantu aku.”“Mohon. aku mohon!”Layla terus menangis di hadapanku. Sesekali dia menyeka air matanya dan menatapku. Aku kasihan kepadanya. Dia wanita baik dan penuh dengan masalah.Tapi menikahinya, aku tidak bisa dan tidak akan melakukannya. Aku sudah memiliki Bulan. Dulu, aku pernah berjanji akan menikahinya, tapi itu dulu. Setelah Mardiah meninggalkanku, hanya Layla yang menjadi teman pelipur lara. Gani adalah saksinya.Masa lalu tetaplah masa lalu. Aku yakin, Layla juga sudah melupakan hal itu. Janji yang dibuat karena aku lagi frustasi akibat Mardiah.“Reza?” panggilnya.“Aku harus pergi, Layla. Kamu mau bertemu Zizi kan? Aku pergi dulu yah!”Aku segera berlari dan menjauh darinya. Aku mempercepat langkah masuk ke ruangan dokter Zizi. Tidak, tidak. Aku tidak akan menyukainya. Aku tidak menginginkannya.“Mas?”Bulan duduk di ruang tunggu dan menatapku. Wajahnya terlihat cemas. “Tadi Bulan nunggu mas Reza di sini. Kok lama banget ketemu temanny

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Keinginan Layla

    Reza POVGani mendesak untuk segera bertemu dengan paman Aisha. Dia ingin pernikahan segera dilaksanakan. Jadi, aku dan Bulan membahas hal ini secara serius.“Mas, Layla tuh, sahabat mas yah? Bukan mantan kan?”Setelah membersihkan diri dan siap tidur, Bulan tiba-tiba bertanya mengenai Layla.“Nggak kok sayang, mana ada mantan mas. Mantan istri ada. Tapi kalo mantan kekasih, mas nggak ada,” jawabku.Aku menarik selimut.“Tidur yah sayang. Udah malam. Pasti kamu capek. Lagian besok pagi, mas ada urusan penting di rumah sakit. Nggak apa-apa yah, mas pergi cepat?” tanyaku.Bulan berjalan ke tempat tidur. Dia duduk di sampingku.“Nggak apa-apa kok sayang,” jawabnya.Bulan menyentuh pipiku dengan lembut. Dia menatapku dengan intens. Baru kali ini, dia memandangiku dengan sangat lama. Apa Bulan berpikir jika aku sedang membohonginya? Aku takut jika Bulan merasa aku sedang membohonginya.“Tidur yuk,” ucapku sambil mencoba mencuri ciuman malamku hari ini.“Iya,” jawabnya lembut.Aku memelukny

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Pernikahan Aisha dan Gani

    Reza POVGani akan ke Turkey untuk bertemu dengan paman Aisha. Gani serius ingin melangsungkan pernikahan dengan Aisha dua bulan lagi. “Kayaknya Layla tuh berharap sama kamu, Rez.”“Kalo kamu sembunyikan masalah pernikahanmu, Layla bakalan tahu deh. Lambat atau cepatnya, dia bakalan tahu juga. Mendingan sekarang waktunya untuk jujur,” ucap Gani saat kami sedang berada di ruanganku.“Aku, aku sebenarnya mau jujur. Tapi, nunggu waktu dulu sih.”Aku tahu bagaimana karakter Layla. Dia terlalu memaksa. Wanita itu sudah mengalami banyak ujian hidup.“Dia ajak aku untuk nikah, Gan. Gila nggak!” ucapku. Ekspresi Gani biasa-biasa saja. Dia tidak terlihat terkejut. Apa Layla sudah cerita sama Gani? Kok dia tidak kaget yah? “Hmm, aku udah tahu Rez. Pasti Layla minta itu. Salahmu sih, janji nikah sama dia.”“Kalo frustasi mah, frustasi aja. Nggak usah janji nikah!” cetusnya meledek. Aku mengusap wajahku sambil beristigfar. Bingung harus berkata apa.“Aku takut kalo Bulan salah paham, Rez. Cew

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Layla

    Reza POVSesampai di rumah, aku melihat Layla sedang memasak di dapur bersama ibu.“Layla, kok di sini Mas?” tanya Bulan terheran. Bulan melangkah dengan cepat menghampiri ibu di dapur.Aku berlari masuk ke dalam kamar. Aku tidak ingin Layla melihatku. Ya Tuhan, bagaimana menjelaskannya?Dulu, aku menyukai Layla. Aku rasa, dia wanita yang memahamiku. Namun aku salah, dia meninggalkanku juga seperti Mardiah. Di Malaysia, Layla tidak pernah mengirimkan pesan kepadaku. Bahkan menyampaikan kabarnya pun, Layla tidak pernah melakukannya. Ku pikir, dia sudah melupakanku dan tidak ingin bersamaku lagi.Setahun lamanya, aku sendiri. Terkadang, perasaan rindu kepada Mardiah memuncak dan aku hanya bisa bersedih.Namun, itu semua sirna saat Bulan hadir di hidupku. Aku melihat Bulan dan aku jatuh cinta. Segera mungkin, aku menikahinya karena aku takut, dia meninggalkanku juga.“Mas?”“Dicari Layla tuh!” panggil Bulan. Dia mengetuk pintu kamar. Aku tidak tahu, bagaimana ibu menjelaskan kepada Bul

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Janji Masa Lalu

    Aku tidak tahu, apa yang disukai Gani dari Aisha. Namun ada satu hal yang aku pahami, Gani butuh ketenangan. Aisha baik, lembut dan dia selalu tersenyum di hadapan Gani.Berbeda dengan Sali.Hari ini, Bulan mengajak Sali dan Aisha untuk ke salon. Bulan sangat bahagia karena dia memiliki teman sekarang. Aku juga bahagia karena Bulan tidak kesepian lagi di rumah. Walaupun ada ibu, namun Bulan butuh teman sebaya.“Rez, sepertinya om Wisnu benar-benar mau hancurin Layla sih. Lo lihat status Layla kemarin?” tanya Gani. Dia tiba-tiba berdiri di depan ruanganku.“Yang mana sih?” tanyaku. Gania menunjukan status Instagram Layla. Wanita itu memasukan Gani ke daftar close friend miliknya.“Sedih kan?”Gani menunjukan kepadaku status media sosial milik Layla.Layla sedang berada di mobil. Dia menampilkan gambar langit yang mendung. Ada symbol senyuman di sana.“Aku dah tahu kalo Layla tuh sebenarnya suka sama kamu dan berharap sama kamu. Dari dulu sih. Tapi ya sulit juga. Soalnya dia nggak akan

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Permintaan

    Sali dan Aisha menginap di rumah milik Gani. Gani memiliki satu unit rumah di pondok Indah. Dia memberikannya kepada Aisha untuk ditempati. Semua perabotan sudah ada. Gani sepertinya sangat jatuh cinta kepada Aisha.Namun sampai sekarang, Gani belum memberanikan diri untuk mempertemukan Aisha dengan ibunya. Sepertinya Gani sedikit ragu. Namun dia malu-malu untuk mengatakannya kepadaku. “Mas? Kok bengong sih?”Bulan mengagetkanku. Sepulang dari rumah sakit, aku segera ke kamar. Duduk sejenak di depan jendela sambil membaca buku. Kata-kata Layla seakan menari-nari di kepalaku. Entah mengapa, aku jadi memikirkannya sekarang.“Mas?” ulang Bulan. Dia menyentuh tanganku dan sedikit mengagetkanku.“Ada apa masalah yah?” tanyanya. Aku menatapnya dan tersenyum.“Nggak ada sayang,” ucapku sambil mengecup pipinya.“Aku ketemu mas Gani tadi mas. Mas Gani lagi jemput Aisha. Kata mas Gani, mas Rez dulunya itu idola para perempuan yah. Kok aku jadi takut gini,” kekeh Bulan. Dia menatapkua sambil m

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Bertemu Om Wisnu

    Gani mengatakan jika dia akan ke Turkey secara khusus untuk menemui mas Burhan dan paman Gufron. Gani akan menjemput lelaki tua itu. Pernikahan akan dilaksanakan di Indonesia. Gani sudah memikirkan rencana ini jauh-jauh hari.Aku juga menjelaskan kepada Gani jika mas Burhan bukan lelaki yang baik. Dia punya tipu daya yang sangat hebat. Beruntung, Gani adalah orang cerdas. Dia sudah pernah menghadapi lelaki seperti mas Burhan.“Hati-hati yah mas,” ucap Sali.Gani hadir di rumah karena dia tahu jika Aisha dan Sali berada di rumah. Dia ingin bertemu dengan Aisha terlebih dahulu. Wajah Aisha tampak cemas. Dia ketakutan jika mas Burhan berbuat jahat kepada Gani.Semakin hari aku melihat Sali menjadi gadis yang baik. Dia memberikan perhatian kepada Aisha setelah mendiaminya cukup lama. Sali cemburu, perasaan cemburu masih terlihat di wajahnya saat Gali memberikan perhatian kepada Aisha.Sali hanya berpura-pura menutupinya agar orang-orang tidak melihat hal itu. Tapi, aku melihatnya. “Aku

Latest chapter

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Akhir Kehidupan

    Sebulan lebih di Turkey untuk perawatan lanjutan, akhirnya kami diizinkan untuk pulang ke Indonesia. Alhamdulillah, Mas Reza sudah lebih baik. Mertuaku sudah pulang lebih dahulu dan kami akan menyusulnya dua hari lagi. Mas Reza menatapku dengan sangat lama. Suasana di taman terasa sejuk. Sejak tadi, kami duduk di taman berdua saja. “Bulan?” panggilnya. Tangan mas Reza bergerak dengan sangat lambat menyentuh pipiku. Aku tersenyum. Pandangan kami bertemu. “Kamu capek?” Suaranya hampir tidak terdengar. “Nggak sayang,” jawabku. Demi dia, aku tidak pernah merasakan capek sedikit pun. Mas Reza adalah suamiku, dia adalah harapanku. Aku tidak pernah lelah untuk merawatnya. Aku meletakkan secangkir air mineral di samping kursi roda miliknya. “Bulan, a-aku mau tinggal di Jerman selama setahun. Aku ingin menenangkan pikiranku dan beristirahat sejenak di sana, bagaimana?”Aku menganggukan kepala setuju. “Mau Mas,” seruku. Swiss adalah kota impian kami berdua. Pertama kali bertemu mas R

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Mas Reza Sudah Sadar

    Satu bulan berada di Turkey, tidak ada yang berubah. Aktivitas kami masih saja sama. Berada di rumah sakit dan berusaha untuk merawat mas Reza. Meskipun harapan itu semakin hari semakin redup dan sangat nyata. Dokter mengatakan kepadaku jika mas Reza kemungkinan tidak akan bangun lagi. Jika dilihat dari bulan pertama dia koma, kondisinya semakin menurun. Beruntung, Mas Reza kuat dan dia masih bertahan hingga dua bulan ini. Aku tidak bisa berbuat apapun kecuali berdoa untuknya.“Mas?” bisikku. “Bangun sayang, Bulan sebentar lagi lahiran. Masa mas nggak ada di sini.”Sama seperti hari-hari sebelumnya, mas Reza tidak meresponku. Aku hanya bisa menangis lagi dan lagi. Setelah puas berbicara dengannya, aku keluar dari ruangan. Ibu Sandi mengajakku makan siang di restoran samping rumah sakit. Hal ini menjadi aktivitas kami selama satu bulan ini. “Dua bulan lagi kamu lahiran. Apa sudah menyiapkan mentalnya?”Ibu Sandi menatapku. “Insyallah Bu!” jawabku. Untuk sementara ini, kami tin

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Berjuang Kembali 2

    “Bagaimana kalo mas Reza pada akhirnya tidak bisa bangun?”“Kamu bicara apa sih?” tegurku dengan cepat.Sali memberikanku satu buku dan dia mengajakku untuk jalan-jalan di sekitar masjid biru. Kami sedang duduk di pelantaran masjid. Aku memandangi wajahnya dengan terheran.“Kamu nggak lagi berdoa agar mas Reza nggak bangun kan?”Sali menepuk pundakku dengan lembut.“Kamu mikir apa sih Bulan? Nggak lah. Aku hanya nanya saja. Tadi aku dengar beberapa pembicaraan dari tim medis mas Reza. Ya, mereka kayak menyerah gitu. Aku nggak lagi nakut-nakutin mu loh.”Aku menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Empat bulan lagi aku akan melahirkan. Jika mas Reza belum sadarkan diri. Maka hariku akan sangat menyedihkan.Ibu Sandi berencana akan datang seminggu lagi. Dia ingin menemaniku di sini. Aku setuju, aku butuh dia. Lagi pula, jika dia berada di Turkey. Maka ibu Sandi bisa bertemu dengan Hannah. Dia akan bahagia.Kami berjalan keluar dari masjid.“Aku yakin, Mardiah sudah tidak peduli

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Perjuangan Kembali

    “Apa kamu merencanakan semua ini? Maksudku, mengapa menganti nama mas Reza sebagai Hufo?”Aku memberanikan diri bertanya. Mardiah mengambil lipstick merah dari dalam tasnya. Dia membenarkan lipstick di bibirnya yang berantakan. Mardiah lalu tersenyum ke arahku.Beberapa saat, dia mengambil ponselnya lagi. Sepertinya dia baru saja selesai memperbaiki nail artnya.Aku masih menunggu jawabannya.Dia terlihat sombong sekarang, seakan dia mampu untuk melukaiku. Tapi tidak, aku tidak akan membiarkan dia melukaiku seperti ini. Tidak, dia tidak akan bisa melakukannya!“Aku tidak merencanakan ini. Mas Reza sendiri yang ingin berlibur bertiga denganku. Yah, mungkin saja sebelum anakmu lahir,” ucapnya terasa ringan.Dia tampak tidak peduli dengan semua kekhawatiranku. Sama seperti yang dikatakan ibu Sandi. Mardiah licik. Dia sangat licik. Orang-orang tidak akan pernah tahu bagaimana sifatnya sebelum kita berbicara dengannya.Aku mengelus perutku dengan pelan.Mas Reza masih berada di ruang ICU,

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Alasan

    Aku memeluk tubuh mas Reza. Sali berusaha menahanku namun mas Gani berseru.“Biarkan saja!”Pandanganku mulai kabur. Aku sangat kelelahan. Dengan pelan, aku menyentuh tangan mas Reza. Beberapa alat medis memenuhi tubuhnyaApa? Apa yang sebenarnya terjadi kepadanya? Aku bertanya-tanya.“Bulan, hanya ada satu orang yang bisa berada di ruangan ini. Sebaiknya, kita keluar dulu. Aku akan menjelaskan kepadamu, apa yang sebenarnya terjadi,” ucap mas Gani.Aku menganggukan kepala mengikutinya.Aku segera keluar dari ruangan dibantu oleh Sali. Tubuhku lemas. Air mata terus terjatuh di pipiku.Kami menuju ruang tunggu khusus untuk keluarga pasien. Aisha dan mas Ahmad sudah duduk lebih dahulu. Saat aku berada di ruang itu, dokter masuk ke ruangan mas Reza.Sepertinya mereka ingin memeriksa keadaan mas Reza.“Gini,” ucap mas Gani memulai pembicaraan. Dia menarik napas dalam-dalam lalu memghembuskan dengan pelan.“Reza ditemukan oleh tim di rumah sakit ini. Sampai sekarang, orang-orang belum tahu

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Petunjuk

    Aku segera berlari ke arah gadis kecil itu. Aku yakin, Hannah melihatku tadi. Aku yakin, dia menungguku.“Hannah!”“Hannah!” teriakku.Beberapa orang memandangiku. Beberapa di antara mereka mengatakan kepadaku untuk berhati-hati.Aku terus memanggil nama Hannah. Gadis kecil itu di sini!“Bulan!”“Bulan!” teriak Sali dari belakang.Aku menoleh ke belakang. Rupanya Sali berlari ke arahku. Wajahnya mendadak panik. “Are you oke?” tanyanya. Dia memegang kedua tanganku dan menatapku dengan cemas.“Sali, aku melihat Hannah di sini. Tapi dia tiba-tiba menghilang. Aku tidak melihatnya lagi. Dimana dia? Kita harus mencarinya, Sali!” ucapku.Aku melepaskan gengaman tangan Sali dan berlari. Sali terus mengejarku dari belakang.“Bulan, stop. Kita akan mencari Hannah. Tapi hati-hati. Jangan berlari!” panggil Sali.Aku tidak bisa berdiam diri. Hannah di dekatku sekarang. Aku yakin, dia ingin menemuiku.Aku berdiri di sebuah danau yang dikelilingi bunga tulip. Aku memegang sebuah pagar kayu yang meng

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Mereka di Turkey

    Pagi hari, Sali dan Aisha mengajakku untuk menenangkan diri di taman. Hotel tempat kami tinggal berdekatan dengan masjid biru. Di sana, ada taman indah. Lebih tepatnya spot untuk menikmati teh. Lokasinya tidak begitu luas. Ada beberapa kursi dan meja berjejeran dan dipenuhi oleh orang-orang yang menginap di sekitar hotel.“Are you oke?” tanya Sali. Dia menatapku.Semalam, aku menangis. Aku tidak tahu kenapa aku tiba-tiba menangis sampai berteriak.Aisha dan Sali ketakutan melihatku. Aku tahu kalo aku sangat merepotkan. Bahkan sekarang, aku berniat untuk terus menangis saja.Apakah aku wanita pembawah sial, mengapa semua orang yang aku cintai pergi? Mengapa mereka meninggalkanku begitu saja.Hatiku sangat sakit dan aku rasanya tidak mampu lagi.“Kamu tahu Bulan, Allah itu maha adil. Dia tidak akan memberikan beban kepada umatnya di luar batas kemampuan umatnya,” ucap Sali.Dia memberikanku bunga. Angin lembut menyapu hijabku. Suasana sangat ramai karena ini adalah musim semi.“Aku yaki

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Tidak Ada Petunjuk

    Aku belum mendapatkan kabar dari mas Gani. Dan mas Reza belum membalas pesanku. Aku sangat bingung sekarang.“Bulan.”Aku terpaksa menceritakan masalahku kepada ibu Sandi dan ibu di kampung. Aku katakan kepadanya kalo mas Reza tiba-tiba hilang kontak.Ibu Sandi gugup dan ingin segera terbang ke Turkey. Tapi, aku mencoba menenangkannya. Ku katakan kepadanya untuk menunggu informasi dari mas Gani.Kita bisa saja panik, tapi lebih baik berpikir tenang.“Ibu yakin loh, ini ulah si Mardiah. Dia tuh ular! Ibu nggak pernah percaya dengan wanita ular itu. Nggak pernah percaya!”Ibu Sandi sudah mulai hilang kesabarannya.Aku tidak mengenal Mardiah, aku tidak mengenal bagaimana sifatnya. Tapi beberapa kali dia membohongiku, aku jadi paham bagaimana Mardiah berpikir.“Apa dia berusaha merebut mas Reza kembali?” Aku bertanya-tanya.Ibu Sandi terdiam beberapa saat.Ketakutanku tiba-tiba muncul kembali.“Dia wanita angkuh dan sulit di tebak, berulang kali aku katakan kepadamu, Bulan. Dia akan menga

  • Perempuan Yang Mencintai Suamiku   Mas Reza Hilang

    Aku tidak tahu apa maksud dari kedatangan Mardiah kembali. Dia sangat aneh.“Bulan, lebih baik telepon aja deh. Kan bisa tuh di telepon,” saran dari Yuni.Aku segera menghubungi nomor telepon yang tertera. Namun nihil, wanita itu sama sekali tidak mengangkat teleponnya. Sepertinya dia sengaja membuatku marah.Yuni menginap dua hari di rumah. Malam ini, aku sama sekali tidak bisa tidur. Saat aku mencoba untuk menutup mataku, tiba-tiba saja aku teringat mengenai Hannah.Apa mas Reza punya rencana khusus ke sana?Aku bertanya-tanya.Yuni mengatakan jika mas Reza tidak mungkin bertemu dengan Mardiah, namun beberapa menit kemudian, dia mengatakan jika gambar tangan yang berada di foto itu adalah milik Mas Reza.Sejujurnya, Yuni hanya sedang menenangkanku saja.Aku keluar dari dalam kamar. Aku terkejut melihat mertuaku, ibu sandi duduk di depan piano.Dia menyeka air matanya saat aku mendekat ke arahnya. Sepertinya dia sadar kalo aku memperhatikannya dari tadi.“Bulan, dari tadi yah?” tanya

DMCA.com Protection Status