Reza Pov“Aku yakin Rez, lo pasti bisa bantu aku.”“Mohon. aku mohon!”Layla terus menangis di hadapanku. Sesekali dia menyeka air matanya dan menatapku. Aku kasihan kepadanya. Dia wanita baik dan penuh dengan masalah.Tapi menikahinya, aku tidak bisa dan tidak akan melakukannya. Aku sudah memiliki Bulan. Dulu, aku pernah berjanji akan menikahinya, tapi itu dulu. Setelah Mardiah meninggalkanku, hanya Layla yang menjadi teman pelipur lara. Gani adalah saksinya.Masa lalu tetaplah masa lalu. Aku yakin, Layla juga sudah melupakan hal itu. Janji yang dibuat karena aku lagi frustasi akibat Mardiah.“Reza?” panggilnya.“Aku harus pergi, Layla. Kamu mau bertemu Zizi kan? Aku pergi dulu yah!”Aku segera berlari dan menjauh darinya. Aku mempercepat langkah masuk ke ruangan dokter Zizi. Tidak, tidak. Aku tidak akan menyukainya. Aku tidak menginginkannya.“Mas?”Bulan duduk di ruang tunggu dan menatapku. Wajahnya terlihat cemas. “Tadi Bulan nunggu mas Reza di sini. Kok lama banget ketemu temanny
Reza POVGani mendesak untuk segera bertemu dengan paman Aisha. Dia ingin pernikahan segera dilaksanakan. Jadi, aku dan Bulan membahas hal ini secara serius.“Mas, Layla tuh, sahabat mas yah? Bukan mantan kan?”Setelah membersihkan diri dan siap tidur, Bulan tiba-tiba bertanya mengenai Layla.“Nggak kok sayang, mana ada mantan mas. Mantan istri ada. Tapi kalo mantan kekasih, mas nggak ada,” jawabku.Aku menarik selimut.“Tidur yah sayang. Udah malam. Pasti kamu capek. Lagian besok pagi, mas ada urusan penting di rumah sakit. Nggak apa-apa yah, mas pergi cepat?” tanyaku.Bulan berjalan ke tempat tidur. Dia duduk di sampingku.“Nggak apa-apa kok sayang,” jawabnya.Bulan menyentuh pipiku dengan lembut. Dia menatapku dengan intens. Baru kali ini, dia memandangiku dengan sangat lama. Apa Bulan berpikir jika aku sedang membohonginya? Aku takut jika Bulan merasa aku sedang membohonginya.“Tidur yuk,” ucapku sambil mencoba mencuri ciuman malamku hari ini.“Iya,” jawabnya lembut.Aku memelukny
Reza POVGani akan ke Turkey untuk bertemu dengan paman Aisha. Gani serius ingin melangsungkan pernikahan dengan Aisha dua bulan lagi. “Kayaknya Layla tuh berharap sama kamu, Rez.”“Kalo kamu sembunyikan masalah pernikahanmu, Layla bakalan tahu deh. Lambat atau cepatnya, dia bakalan tahu juga. Mendingan sekarang waktunya untuk jujur,” ucap Gani saat kami sedang berada di ruanganku.“Aku, aku sebenarnya mau jujur. Tapi, nunggu waktu dulu sih.”Aku tahu bagaimana karakter Layla. Dia terlalu memaksa. Wanita itu sudah mengalami banyak ujian hidup.“Dia ajak aku untuk nikah, Gan. Gila nggak!” ucapku. Ekspresi Gani biasa-biasa saja. Dia tidak terlihat terkejut. Apa Layla sudah cerita sama Gani? Kok dia tidak kaget yah? “Hmm, aku udah tahu Rez. Pasti Layla minta itu. Salahmu sih, janji nikah sama dia.”“Kalo frustasi mah, frustasi aja. Nggak usah janji nikah!” cetusnya meledek. Aku mengusap wajahku sambil beristigfar. Bingung harus berkata apa.“Aku takut kalo Bulan salah paham, Rez. Cew
Reza POVSesampai di rumah, aku melihat Layla sedang memasak di dapur bersama ibu.“Layla, kok di sini Mas?” tanya Bulan terheran. Bulan melangkah dengan cepat menghampiri ibu di dapur.Aku berlari masuk ke dalam kamar. Aku tidak ingin Layla melihatku. Ya Tuhan, bagaimana menjelaskannya?Dulu, aku menyukai Layla. Aku rasa, dia wanita yang memahamiku. Namun aku salah, dia meninggalkanku juga seperti Mardiah. Di Malaysia, Layla tidak pernah mengirimkan pesan kepadaku. Bahkan menyampaikan kabarnya pun, Layla tidak pernah melakukannya. Ku pikir, dia sudah melupakanku dan tidak ingin bersamaku lagi.Setahun lamanya, aku sendiri. Terkadang, perasaan rindu kepada Mardiah memuncak dan aku hanya bisa bersedih.Namun, itu semua sirna saat Bulan hadir di hidupku. Aku melihat Bulan dan aku jatuh cinta. Segera mungkin, aku menikahinya karena aku takut, dia meninggalkanku juga.“Mas?”“Dicari Layla tuh!” panggil Bulan. Dia mengetuk pintu kamar. Aku tidak tahu, bagaimana ibu menjelaskan kepada Bul
Aku tidak tahu, apa yang disukai Gani dari Aisha. Namun ada satu hal yang aku pahami, Gani butuh ketenangan. Aisha baik, lembut dan dia selalu tersenyum di hadapan Gani.Berbeda dengan Sali.Hari ini, Bulan mengajak Sali dan Aisha untuk ke salon. Bulan sangat bahagia karena dia memiliki teman sekarang. Aku juga bahagia karena Bulan tidak kesepian lagi di rumah. Walaupun ada ibu, namun Bulan butuh teman sebaya.“Rez, sepertinya om Wisnu benar-benar mau hancurin Layla sih. Lo lihat status Layla kemarin?” tanya Gani. Dia tiba-tiba berdiri di depan ruanganku.“Yang mana sih?” tanyaku. Gania menunjukan status Instagram Layla. Wanita itu memasukan Gani ke daftar close friend miliknya.“Sedih kan?”Gani menunjukan kepadaku status media sosial milik Layla.Layla sedang berada di mobil. Dia menampilkan gambar langit yang mendung. Ada symbol senyuman di sana.“Aku dah tahu kalo Layla tuh sebenarnya suka sama kamu dan berharap sama kamu. Dari dulu sih. Tapi ya sulit juga. Soalnya dia nggak akan
Sali dan Aisha menginap di rumah milik Gani. Gani memiliki satu unit rumah di pondok Indah. Dia memberikannya kepada Aisha untuk ditempati. Semua perabotan sudah ada. Gani sepertinya sangat jatuh cinta kepada Aisha.Namun sampai sekarang, Gani belum memberanikan diri untuk mempertemukan Aisha dengan ibunya. Sepertinya Gani sedikit ragu. Namun dia malu-malu untuk mengatakannya kepadaku. “Mas? Kok bengong sih?”Bulan mengagetkanku. Sepulang dari rumah sakit, aku segera ke kamar. Duduk sejenak di depan jendela sambil membaca buku. Kata-kata Layla seakan menari-nari di kepalaku. Entah mengapa, aku jadi memikirkannya sekarang.“Mas?” ulang Bulan. Dia menyentuh tanganku dan sedikit mengagetkanku.“Ada apa masalah yah?” tanyanya. Aku menatapnya dan tersenyum.“Nggak ada sayang,” ucapku sambil mengecup pipinya.“Aku ketemu mas Gani tadi mas. Mas Gani lagi jemput Aisha. Kata mas Gani, mas Rez dulunya itu idola para perempuan yah. Kok aku jadi takut gini,” kekeh Bulan. Dia menatapkua sambil m
Gani mengatakan jika dia akan ke Turkey secara khusus untuk menemui mas Burhan dan paman Gufron. Gani akan menjemput lelaki tua itu. Pernikahan akan dilaksanakan di Indonesia. Gani sudah memikirkan rencana ini jauh-jauh hari.Aku juga menjelaskan kepada Gani jika mas Burhan bukan lelaki yang baik. Dia punya tipu daya yang sangat hebat. Beruntung, Gani adalah orang cerdas. Dia sudah pernah menghadapi lelaki seperti mas Burhan.“Hati-hati yah mas,” ucap Sali.Gani hadir di rumah karena dia tahu jika Aisha dan Sali berada di rumah. Dia ingin bertemu dengan Aisha terlebih dahulu. Wajah Aisha tampak cemas. Dia ketakutan jika mas Burhan berbuat jahat kepada Gani.Semakin hari aku melihat Sali menjadi gadis yang baik. Dia memberikan perhatian kepada Aisha setelah mendiaminya cukup lama. Sali cemburu, perasaan cemburu masih terlihat di wajahnya saat Gali memberikan perhatian kepada Aisha.Sali hanya berpura-pura menutupinya agar orang-orang tidak melihat hal itu. Tapi, aku melihatnya. “Aku
Bulan Pov“Memang kamu nggak pernah takut?” Pertanyaan Sali menari-nari di dalam pikiranku.“Bulan!”“Hai, Bulan. Kamu menghayal yah?” panggil Sali. Dia mengagetkanku.Hari ini, kami sedang menikmati suasana di rumah kediaman Gani. Kata Sali, Aisha sedang merenung di kamar. Entah apa yang sedang dipikirkannya.Aisha cenderung tertutup. Berbeda dengan Sali.“Tapi kalo aku lihat, Reza sangat cinta sama kamu Bulan. Hanya saja, mungkin Layla terlalu ambisius. Aku pernah melihat perempuan seperti itu,” ucap Sali.Sekarang, perasaanku menjadi tidak tenang.“Reza kaya, tampan, baik dan setia. Semua wanita menyukainya. Semua wanita ingin bersamanya. Apa kamu nggak takut?” ucap Sali lagi.Aku mengambil sebotol air mineral dan segera meminumnya. Jantungku berdebar lebih cepat. Ya Tuhan, mengapa hari ini aku jadi gelisah?“Nggak Sali, insyallah Layla nggak mungkin sejahat itu. Dia seorang dokter, cantik dan kaya. Pasti dia hanya sahabatan saja,” jawabku. Meskipun jawaban itu sebenarnya berusaha