Home / Romansa / Perempuan Kopi / Ke Mana Sandyku Pergi (9)

Share

Ke Mana Sandyku Pergi (9)

last update Last Updated: 2021-09-05 20:09:45
Adrian panik tatkala tidak mendapati Airin di rumah, sepulangnya dari rumah sakit. Laki-laki itu berusaha mencari kakak iparnya kesana-kemari, tetapi sosok perempuan bermata indah itu tidak juga ditemukan.

Ketika rasa lelah mulai menindihnya. Dokter muda itu pun memutuskan untuk mengecek kembali ke dalam ruang kerja kakak iparnya yang dijadikan sebagai tempat Airin mengurung diri. Laki-laki tampan itu berharap menemukan sebuah petunjuk di sana. Ia melihat ruangan yang berantakan. Sebuah ranjang berukuran kecil di sudut ruang dengan bantal dan selimut bekas pakai teronggok tidak rapi. Adrian menduga, bahwa kakaknya tengah mengerjakan sesuatu sebelum ia memutuskan untuk keluar. Terlihat jelas sekali, karena komputer dalam kamar itu masih menyala.

Teeet. Bunyi bel pintu menyadarkan Adrian yang tengah sibuk dengan asumsinya, terkait perginya Airin. Dengan segera, laki-laki itu pun berlari kecil menuruni anak tangga menuju pintu depan. Berharap Airinlah yang menekan bel pintu. Kegelisah
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Perempuan Kopi   Mimpi Buruk Airin (10)

    Adrian mendorong pintu kamar Airin. Ia melihat Airin menangis dalam mimpinya. Dengan cepat Adrian berusaha membangunkan kakak iparnya.“Kak, Kak Rin… Kak Rin, Banguun…” Adrian menguncang-guncang badan Airin. Hingga beberapa menit berlalu, Airin pun berhasil dibangunkan.“Kak… sudah, tidak apa-apa, Kak…” Adrian mengusap wajah Airin yang berpeluh dan bercampur air mata.“Kakak mimpi buruk?”Airin nampak mengatur napasnya, lalu mengangguk.“Aku ambilkan air minum, ya?” Adrian berlalu meninggalkan Airin yang tercenung.“Mimpi itu datang lagi… kenapa, mimpi itu selalu datang akhir-akhir ini?” Airin bertanya dalam hati.Adrian kembali dengan segelas air dan memberikannya kepada Airin. “Minumlah, Kak.”Airin menerima air itu lalu menandaskannya.“Adrian, sudah. Aku tidak apa-apa, kok. Kamu tidur lagi saja,” ujar Airin.“Kakak yakin?”Airin mengangguk. Adrian pun tersenyum, lalu pergi meninggalkan Airin sendiri di kamarnya.Malam itu, Airin dan Adrian sama-sama tidak dapat memejamkan mata. Me

    Last Updated : 2021-09-06
  • Perempuan Kopi   Terkuaknya satu Rahasia (11)

    Pagi itu, setelah melewati malam yang panjang, Adrian mendapati Airin tengah melamun di dapur sembari duduk memeluk lutut di kursi makan yang ditariknya ke sisi jendela. Laki-laki itu hanya mampu menatap kakak iparnya sesaat, bingung harus memulai obrolan dari mana. Sampai Airin menyadari keberadaannya.“Yan…” suara Airin terdengar lemah.Adrian menarik kursi dan diletakkannya di hadapan Airin.“Sandy telah mengkhianatiku…”Adrian masih diam.“A-aku melihatnya semalam…”“Iya, Kak.”Airin menatap adik iparnya tajam. “Katakan padaku, Yan. Apa yang harus aku lakukan?”Adrian tampak berpikir. Namun, ternyata otaknya pun buntu. Apa yang harus dilakukan Airin? Dan, apa pula pula yang harus dilakukannya? Ketika satu rahasia telah terkuak. Bagi laki-laki itu, dua pertanyaan tersebut menjadi pertanyaan yang teramat sulit dijawab. Airin terdiam. Ia tahu, sepertinya Adrian tak bisa menjawab pertanyaannya. Keheningan pun tercipta di antara keduanya. ***Berkali-kali sudah, Adrian hanya melihat A

    Last Updated : 2021-09-07
  • Perempuan Kopi   Perempuan yang Dicampakkan (12)

    Sandy merasakan kegeraman menghimpitnya, usai menghabiskan makan siang bersama Mario. Bagaimana bisa, laki-laki itu dapat berpikir demikian. Apa dia ingin menjadi pahlawan dalam kehidupan Airin. Damn! Bukankah, itu sama saja dengan mengatakan bahwa Sandy adalah seorang pengecut yang melarikan diri dari Airin?Bahkan, mood Sandy benar-benar berantakan saat ia bertemu Hanna.“Kenapa Mario bisa merusak mood-mu, Sayang?” Hanna bertanya.“Ada sedikit perbedaan persepsi, Han. Tapi, sudahlah. Kami sudah membereskannya.”Hanna terdiam. Apalagi Sandy benar-benar terlihat dingin. Tidak seperti biasanya, laki-laki itu selalu terlihat hangat ketika menghabiskan waktu bersamanya.“Oh iya, tentang perceraian itu? Apa kamu sudah membereskannya?” tanya Hanna hati-hati.“Aku akan segera membereskannya. Jadi, jangan khawatir.”Hanna tidak bicara lagi. Rasanya percuma membahas apa pun dengan Sandy, ketika ia dalam kondisi mood yang tidak baik.***Adrian dikejutkan oleh kedatangan Hanna, kekasih gelap ka

    Last Updated : 2021-09-09
  • Perempuan Kopi   Airin dan Amarahnya (13)

    Airin menatap kosong ke luar jendela. Ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang diperolehnya siang tadi. Sebuah dokumen perceraian dari Sandy telah berada di tangannya. Tanpa perlu adanya persetujuan, dokumen itu telah sah dikeluarkan. Airin dinyatakan ‘raib’! Airin melihat dunianya hancur. Perempuan itu tidak menyangka bahwa Sandy begitu tega melakukan ini padanya. Apakah laki-laki itu begitu membencinya? Hingga ia mampu mengarang cerita demi sebuah dokumen. *** Seperti hari-hari yang lewat, Adrian pulang bersama memerahnya mentari di ufuk timur. Ada hawa aneh menyelimutinya, sejak laki-laki itu menginjakkan kakinya ke dalam rumah. Ia mendapati Airin tegah duduk di sofa dengan mata sembab. Belakangan ini, mata perempuan itu memang selalu terlihat sembab. Namun, entah kali ini mengapa terasa begitu berbeda. “Kak, ada apa?” tanyanya pelan. Airin menunjuk ke arah meja. Adrian menuju tempat yang ditunjuk Airin dan menemukan sebuah dokumen perceraian di sana. Pelan-pelan dibacanya

    Last Updated : 2021-09-24
  • Perempuan Kopi   Kubur Aku di Hari Pernikahanmu (14)

    Airin berlari ke lantai dua, diikuti oleh Adrian. Perempuan itu dengan kasar membuka pintu kamar adik iparnya lalu menuju lemari tempat Adrian menyimpan pakaian dan beberapa barang lainnya. Dilemparkan semua pakaian Adrian keluar.“Kak…dengarkan penjelasanku dulu, kumohon,” Adrian coba menyentuh Airin, tapi ditepis dengan kasar oleh perempuan itu.“Keluar kamu dari sini, Yan! Aku tidak ingin mendengar apa pun lagi dari mulutmu.”“Kak, kumohon…”Airin berbalik. Ia menatap Adrian dengan marah. “Kamu pengkhianat!” pekiknya. “Keluar, Yan! Keluar dari rumah ini!”“Kakak boleh menghukum aku, Kak. Tapi, dengarkan aku dulu!”Airin mendorong Adrian, laki-laki itu bergeming di tempatnya.“Keluar…!” Airin terus mendorong, Adrian coba meraih tangan mantan kakak iparnya. Namun, bukan malah menghentikannya, justru perempuan itu semakin menjadi. Airin memukuli tubuh dan wajah Adrian yang tetap berdiri tidak bergerak. Airin dengan sekuat tenaga mendorongnya keluar dari kamar sambil terus memukulinya,

    Last Updated : 2021-09-28
  • Perempuan Kopi   Tuhan, Izinkan Aku Menjaganya (15)

    Airin hanya diobservasi semalaman di rumah sakit. Setelahnya, ia diizinkan pulang oleh dokter. Di rumah, Airin kembali mengurung diri dalam kamarnya. Yang tentu saja, hal tersebut membuat Adrian kembali dirundung kecemasan. Dan, perilaku Airin yang demikian berimbas kepada konditenya di rumah sakit. Adrian beberapa kali izin tidak praktek. Sehingga ia pun menjadi bahan perbincangan di kalangan rumah sakit.Kabar burung terkait Adrian itu pun sampai ke telinga Sandy. Mereka berkata, “Adrian sedang sibuk mengurus kekasihnya yang mencoba bunuh diri dengan memotong nadinya. Itu sebabnya, dokter muda itu sering tidak praktek. Karena sibuk mengurusi pacarnya”.“Mungkin, pacarnya cemburuan. Dokter Adrian, kan, ganteng. Mana ramah lagi dengan semua orang,” ujar salah seorang perawat di nurse station poliklinik.“Tapi, kenapa juga pacarnya harus mencoba bunuh diri, sih?” tanya perawat lainnya.“Segala hal bisa saja terjadi. Apalagi di zaman sekarang. Kalau aku jadi pacarnya Dokter Adrian mungki

    Last Updated : 2021-09-29
  • Perempuan Kopi   Lanjut Berjalan atau Mati Perlahan (16)

    “Apa yang membuatmu lari dari Airin?”“Karena aku lelah menghadapi perilakunya,”“Tapi, kamu adalah seorang dokter? Seharusnya kamu tahu, Airin itu bipolar?”“Dokter pun manusia. Aku bukan dewa maupun Tuhan yang memahami segalanya.”“Kamu gila Sandy. Airin itu perempuan yang luar biasa!”“Ya. Dia perempuan yang luar biasa. Dan, aku adalah lelaki yang gagal melindungi jiwanya!”Sandy terbangun dari tidur dengan keringat mengucur deras. Mimpi itu datang lagi. Mimpi yang selalu mengingatkan bahwa Airin mengidap bipolar. Dan, lari darinya merupakan satu kesalahan besar.“What the hell,” desah laki-laki tampan itu, lalu bangkit menuju kamar mandi. Mengguyur kepalanya dengan shower. Hingga 45 menit pun berlalu. Itu adalah waktu terlama yang ia habiskan di dalam kamar mandi.Sandy keluar dari kamar mandi, setelah menutupi tubuhnya dengan baju mandi berwarna coklat muda. Laki-laki itu tertegun, tatkala melihat Hanna telah duduk manis di atas sofa berwarna putih tulang yang berada tepat di ruan

    Last Updated : 2021-09-30
  • Perempuan Kopi   Sebuah Masa yang Ingin Dilupakan (17)

    Seorang gadis kecil berlari di sekitar halaman rumah, lalu masuk ke dalam gudang kosong, meringkuk di sana dengan wajah ketakutan. Bunyi berderit terdengar dari daun pintu gudang yang dibuka dari luar. Gadis kecil itu mulai membekap mulutnya sendiri, berusaha keras untuk tidak mengeluarkan suara sekecil apa pun.“Airin… di mana kamu?” Terdengar suara seorang menguar di dalam gudang.Bocah yang dipanggil Airin itu nampak gemetar. Ketika ia mengetahui bahwa suara itu berasal dari pamannya.“Ayolah, berhenti main petak umpet. Bibimu sebentar lagi datang. Kenapa kamu harus membuang waktu paman.”Laki-laki itu bergerak mendekat dan semakin mendekat.“Ayolah, Bi…” bisik Airin dalam hati. “Segeralah pulang…”“Airin…Airin… ayolah!”Ketakutan Airin semakin membuncah. Namun, gadis cilik itu terus mencoba bertahan di tempat persembunyiannya seraya menahan tangisnya sendiri. Tubuh mungilnya pun gemetar sedemikan rupa. Ia seperti terayun-ayun.“Airin… Airin…. Kak Rin…” Tiba-tiba, sebuah suara yang

    Last Updated : 2021-10-03

Latest chapter

  • Perempuan Kopi   Sebuah Kontroversi (78)

    Sepulang mengunjungi Juli, Airin memutuskan untuk ke supermarket. Ia berkeliling mencari beberapa bahan makanan dan bumbu-bumbu kering. Airin berhenti di lemari pendingin dan menemukan beberapa pak jeruk nipis. Ia mengambil beberapa bungkus dan meletakannya di dalam keranjang.“Alfian itu seperti duri dalam daging. Tak tampak, namun menyakitkan.” Tiba-tiba, ucapan Juli kembali terngiang. Airin mematung. “Karena dia sepupumu, maka kesempatan untuk mendekatimu lebih banyak demikian pun kesempatan untuk menyita waktumu. Seandainya cara Alfian memandangmu dan perlakuannya padamu tidak seperti itu.”“Memang apa yang salah dari Alfian?” gumam Airin seraya melangkahkan kaki menjauhi lemari pendingin itu. Namun, langkah kaki Airin terhenti ketika ia mengingat pembicaraannya dengan Alfian di tepi pantai.“Aku tidak tertarik untuk melindungi perempuan lain kecuali keluargaku.”Bukankah Alfian pernah meminta pertimbangannya, ketika Airin meminta laki-laki itu untuk mencari pendamping. Dia berkat

  • Perempuan Kopi   Kepergian Moza (77)

    Airin berjalan cepat menuju Instalasi Gawat Darurat. Dengan resah perempuan itu menunggu ambulan yang membawa Moza datang. Beberapa jam berlalu, sebuah ambuan berhenti di depan lobi IGD, ketika pintu pasien terbuka, Nadia menghambur lebih dulu ke arah Airin. Bocah cilik itu menangis dalam pelukan bibinya.Petugas IGD membawa Moza yang terbaring lemah di atas brakar. Mereka bergerak cepat menangani Moza yang sesekali masih terus muntah darah.“Bi, apa mama akan baik-baik saja?” tanya Nadia pada Airin.Airin mengusap kepala Moza. “Kita do’akan saja, Sayang.”Nadia hanya menatap ke arah ibundanya dengan tatapan hampa. Airin menatap ke arah bibinya kemudian membawa Nadia untuk mendekat.“Airin…bagaimana kalau Moza tidak tertolong,” ujarnya terbata di antara isak tangis.“Kenapa Nenek bicara seperti itu?” protes Nadia. “Mama akan baik-baik saja.”Perempuan itu kembali menangis. “Apa Alfian tahu?”Airin menggeleng lemah. “Airin tidak tahu bagaimana caranya memberitahu Alfian, Bi.”“Keluarg

  • Perempuan Kopi   Kecemburuan Adrian (76)

    Airin terlihat sedikit berpikir, hingga tiba-tiba pintu diketuk dari luar. Tampak kepala Adrian menyembul dari balik pintu.“Boleh aku masuk?” tanyanya tatkala merasakan ada aura berbeda di dalam ruang perawatan Alfian. Hawa yang sedikit memanas di antara dua orang wanita yang saling berdiri berhadapan itu.“Hai, Yan. Masuklah,” suara Alfian terdengar renyah. “Dengan siapa kamu datang?”Adrian mendorong pintu pelan, hingga tampaklah sosok Daniela di sisinya.“Dia bersikeras ingin ikut,” ujar Adrian seraya menunjuk ke arah Daniela dengan dagunya.Alfian tersenyum. Daniela masuk dengan senyum mengambang. “Apa kami mengganggu?” sindirnya pada Airin dan Amanda.Alfian lagi-lagi tersenyum. “Tentu saja tidak. Senang bertemu dengan kalian.”Airin Mengalihkan perhatiannya pada dua tamu yang baru saja datang, sedang Amanda memilih memutari tempat duduk Alfian dan mengambil tempat di sisi laki-laki itu.“Oh iya, ini Amanda, rekan kerjaku,” ujar Alfian kepada Adrian. “Kami beda unit tapi kami sa

  • Perempuan Kopi   Hadirnya Amanda (75)

    Alfian telah dipindahkan ke ruang ICU. Ia masih juga belum sadar akibat luka di kepalanya dan beberapa luka di bagian tubuh lainnya. Bibi Airin datang hanya sekali selama Alfian di rawat. Dan, ia tidak bisa berhenti menangis demi melihat putranya terbaring penuh luka dan tanpa daya.“Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada Alfian?” ujar perempuan itu.“Semua akan baik-baik saja, Bi,” jawab Airin.“Seharusnya kamu bisa lebih memperhatikannya, Airin. Bukankah Alfian sudah banyak berkorban untukmu?”Airin terdiam. Lalu kembali berujar, “Maafkan Airin, Bi.”Perempuan itu mendengus kesal. “Bagaimana aku bisa memaafkan seseorang yang membuat putraku menderita…” rutuknya.Airin menatap sang bibi dengan tatapan bingung. Ia tidak mengerti ke mana arah pembicaraan adik ibunya itu.***Airin mengelap tubuh Alfian dengan lap hangat ketika ia menemui laki-laki itu di ruang intensif.“Dia akan baik-baik saja, jangan khawatir.” Seorang perawat berujar seraya mencatat tekanan darah Alfian dengan papan b

  • Perempuan Kopi   Sebuah Kecelakaan (74)

    Airin merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Entah mengapa, hari ini terasa begitu berat baginya. Rasanya ia ingin sekali menghilang. Semua orang yang dikenalnya meminta mantan istri Sandy Keenan itu untuk mengakui hubungannya dengan Adrian di hadapan Moza. Namun keraguan mengantuk langkah kakinya untuk menuju ke sana. Apakah Moza akan baik-baik saja dan menerima bahwa ia dan Adrian saling mencintai? Airin benar-benar dibuat gila dengan kenyataan ini.***Daniela duduk di beranda. Tubuhnya memang berada di sana namun pikirannya tengah bergerilya jauh meningglkan jasadnya. Hingga hal tersebut membuat Adrian merasa heran.“Kamu sedang berpikir apa?” tanya laki-laki itu seraya duduk di sisi sahabat cantiknya.“Hmm… Moza,” ujarnya cepat.Adrian mengernyitkan dahi. “Moza?” ulangnya.Daniela mengangguk. “Aku belum pernah bertemu perempuan seblak-blakan itu. Entah apa yang ada di dalam kepalanya.”Adrian terdiam. “Tekadnya sangat kuat.”“Kukira, itu justru sebuah kekonyolan.”Adrian menatap Da

  • Perempuan Kopi   Kegusaran Alfian (73)

    “Kak Rin terlihat luar biasa,” bisik Adrian kepada Airin ketika perempuan itu tengah menyiapkan piring-piring di meja makan. “Daniela pun sama.” Airin menjawab cepat. Adrian tersenyum ketika melihat ada nada cemburu terselip dalam pernyataan Airin.“Aku sengaja membawanya agar terselamatkan dari Moza.”Airin menatap Adrian sesaat dan Adrian tersenyum manis di hadapannya.“Halo, Yan!” Suara Alfian mengejutkan keduanya. Tampaknya laki-laki itu baru muncul setelah pesta berjalan separuh jalan.“Hai, Al. Apa kabar,” Adrian menghampiri kakak sepupu Airin dan mengulurkan tangan. Alfian membalas uluran tangan Adrian hangat.“Kau datang bersama siapa?” tanya Alfian, “apa gadis berbaju merah jambu itu?” Alfian menunjuk ke arah Daniela yang tengah bicara dengan Juli dengan matanya.“Ah, ya. Dia Daniela, temanku dari Kanada,” terang Adrian.“Aku bertemu dengannya beberapa hari yang lalu.”“Ya, dia bercerita padaku.”Alfian tersenyum, “Kembalilah bersamanya, aku akan membantu Airin di sini,” Alf

  • Perempuan Kopi   Ulang Tahun Moza (72)

    Moza memasuki kamarnya, lalu meletakkan semua hadiah yang didapatnya dari Alfian di atas tempat tidur. Ada kegelisahan bergelayut dalam relung batinnya. Ia yakin, kalau Alfian tidak akan pernah melakukan keinginan adik semata wayangnya itu untuk mengundang Adrian di hari ulang tahunnya.“Kenapa kamu tidak berjuang untuk memenangkan hati Airin saja, Al. Dasar bodoh!” maki Moza. Sesungguhnya, Moza ingin melihat laki-laki itu bahagia bersama perempuan yang dicintainya sepenuh hati. Itu sebabnya, ia bersusah payah menjadi gila dengan mendekati Adrian apa pun yang terjadi. Mengenai perasaannya, sudah tidak penting lagi. Dia jatuh cinta atau tidak, rasanya tidak pernah akan ada bedanya. Toh, ia pun akan segera mati.***Alfian memasuki ruang makan di pagi itu dengan kaos oblong dan celana katun longgar. Jelas sekali kalau laki-laki itu tidak memiliki rencana apa pun hari ini. Moza dan Nadia telah duduk di meja makan. Mamanya meletakkan sepanci sup di atas meja seraya tersenyum menatap ke ar

  • Perempuan Kopi   Perempuan yang Berbeda (71)

    Alfian duduk tepekur di balkon, di depan kamarnya. Ia ‘sedikit’ terkejut mendengar penuturan Airin yang ingin melepaskan Adrian. Jauh di dalam lubuk hati terdalam, laki-laki itu merasa bahagia. Namun, di sisi lainnya, Alfian merasa tidak memiliki arti apa-apa. Mungkin, ke depan ia bisa saja mulai melancarkan aksinya untuk membuat Airin berpaling dari Adrian. Akan tetapi ia memiliki keraguan yang besar terhadap sikap Airin sendiri. Benarkah perempuan itu bisa move on dari Adrian lalu berpaling menatapnya?Di tempat lain, Airin tengah berbaring di atas ranjang seraya menatap langit-langit kamar. Menimbang kembali apa yang dikatakan Alfian, “Kalau kamu meninggalkan Adrian dan merasa baik-baik saja, maka silakan kamu lakukan. Namun, jika kamu meninggalkannya tapi kamu merasa ingin mati karena hal itu, maka jangan pernah lakukan. Ingat Airin, bukan hanya dua tiga hari kamu berharap bisa bertemu dan berharap hubunganmu membaik dengannya, tapi kamu men

  • Perempuan Kopi   Sebuah Kendali (70)

    Adrian dan Airin sama-sama tertegun demi mendengar ucapan Daniela.“Niel, kamu apa-apaan, sih?” protes Adrian.Daniela tersenyum melihat perubahan air muka Airin. “Aku hanya berkata yang sebenarnya, Yan. Apa kamu tidak pernah mengatakan padanya, apa alasanku menyusulmu ke sini?”“Niel, cukup!” Adrian membentak Daniela. “Ayo, Kak, kita pergi dari sini.” Adrian menggengam jemari tangan Airin membawanya menjauh dari Daniela.“Sebentar, Yan.” Airin melepaskan genggaman tangan Adrian. “Seharusnya aku bertanya kenapa perempuan itu tinggal bersamamu?”Adrian menatap Airin, “Aku hanya menampungnya, Kak. Dia tidak punya siapa-siapa di sini.”“Sedekat apa kamu dan dia?”“Tentu saja kami sangat dekat. Dia satu-satunya temanku di Kanada.”Bibir Airin baru saja ingin membuka untuk bicara lagi, namun tiba-tiba ia terdiam. Entah apa yan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status