Beranda / Horor / Perempuan Berkhodam Pesinden / Bab 1 KKN di Desa Terpencil

Share

Perempuan Berkhodam Pesinden
Perempuan Berkhodam Pesinden
Penulis: Shilla07

Bab 1 KKN di Desa Terpencil

Penulis: Shilla07
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-07 15:41:21

“Oekkk.. oekkk.. oekkk”. Terdengar suara tangis bayi yang awalnya sayup-sayup menjadi semakin keras. Sekar terkejut dan mencoba mencari sumber suara itu. Ia bergegas mengelilingi rumah yang ukurannya cukup luas. Rumah itu memiliki 4 kamar, dapur, 2 kamar mandi dan ruang tamu yang luas.

Mereka akan menginap selama seminggu namun di hari pertama cukup terasa menegangkan. Sekar cukup terganggu dengan suara bayi yang semakin keras itu. Teman-temannya mulai keheranan melihat tingkah laku perempuan berkepang dua itu, namun mereka hanya bisa mengernyitkan dahinya. Penyebabnya karena tak seorangpun yang mendengar suara tangis bayi itu kecuali Sekar.

Sekar bergegas membuka pintu masing-masing kamar dengan cepat namun ia tidak menemukan seorangpun disana. Ketika ia hendak membuka kamar terakhir yang terletak di belakang, ia dikejutkan dengan tepukan tangan di bahunya, Sekar menoleh dan terkejut bukan main. Ia melihat lelaki seusia ayahnya berdiri tegak menghadapnya. lelaki itu tersenyum penuh makna melihat tingkah laku gadis berkepang dua itu.

“Mbak, cari apa? Ini gudang, hanya berisi perkakas atau barang tidak dipakai saja,” ucapnya dengan nada ramah dan senyum yang terkesan mengerikan.

“Maaf pak, saya sedari tadi mendengar bayi menangis, dan sepertinya sumber suaranya dari ruang ini,” jawabnya dengan penuh keyakinan, Sekar merasa firasatnya tidak salah.

“Maaf mbak, rumah ini sudah kosong selama lima tahun karena pemiliknya pergi ke kota, mereka menitipkan rumah ini pada saya, perkenalkan saja Sujito, adik pemilik rumah ini, mbak ini siapa ya?” ucapnya sambil mengulurkan tangannya yang kekar, terdapat bulu-bulu halus di tangannya yang semakin menunjukkan kesan gagah dan maskulin.

“Maaf pak, jika saya kurang sopan, saya Sekar Arum. Mahasiswa semester lima dari Universitas X, kemarin saya menghubungi bapak untuk konfirmasi rumah ini sebagai tempat tinggal kami untuk melaksanakan KKN selama dua minggu.” Jawab Sekar sambil menyambut tangan itu, terasa dingin namun seolah tak ingin lepas.

Sekar nampak berusaha melepaskan genggaman tangan itu sambil tersenyum seolah tak nyaman. Menyadari gelagat tak biasa, Pria kekar itu melepas genggamannya dengan senyum seperti menahan malu.

Sekar merasa rumah ini tidak beres namun ia tidak bisa memuaskan rasa penasarannya, karena ini bukannlah rumahnya, sungguh tidak sopan jika menggeledah rumah orang lain hanya untuk mengobati rasa penasaran itu, lantas ia mencoba mengabaikannya.

“Teman-teman, besok kita mulai survei. Siang ini kita istirahat dulu, nanti sore kita rapatkan tentang plan selama KKN disini.” Ungkap Adi sang ketua kelompok sambil memandangi wajah teman-temannya yang masih terlihat kelelahan.

Adi membagi kamar agar mereka tidak saling berebut, dengan rincian sebagai berikut ; Adi dan Danan di kamar nomor 1, Ardan dan Joko di kamar nomor 2, Sekar, Mila dan Susan di kamar nomor 3.

Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu, matahari mulai terbenam di ufuk barat tanda-tanda mulai menjelang maghrib. Suasana desa itu semakin sepi. nampak tidak ada aktivitas di luar rumah dan tidak terdengar suara adzan. Di dalam kesunyian itu, tiba-tiba muncul suara adzan yang membangunkan mereka dari lamunan masing-masing. Suara adzan maghrib itu terdengar dari gawai milik Adi sang ketua kelompok.

“Teman-teman ayo kita sholat dulu sebelum lanjut diskusi. Susan kamu disini dulu ya, nanti akan ada orang kirim katering untuk makan malam kita,” Titah Adi pada Susan. Susan menganggukkan kepala tanda setuju. Ia satu-satunya mahasiswa yang beragama nasrani sehingga tidak keberatan jika harus berjaga-jaga sambil menunggu pihak katering datang.

10 menit setelah teman-temannya beranjak menuju kamar mereka masing-masing untuk sholat, mulai terdengar suara tawa anak-anak yang saling berkejaran di depan rumah kontrakan mereka. Kondisi kontrakan memang tidak jauh dari jalan raya, hanya terhalang oleh halaman yang luas namun gersang. Hanya terdapat satu pohon mangga berukuran besar. Susan reflek berdiri, ia mulai menyibak gorden dirumah itu agar pandangannya tidak terhalang karena ingin memuaskan rasa penasarannya.

“Lho, kok sepi? Enggak ada orang? Perasaan baru saja aku dengar suara anak-anak bermain, apa aku salah dengar?” ia bergumam seolah-olah tak percaya apa yang di dengarnya.

Kecewa dengan apa yang dilihatnya, Ia kembali duduk dan memainkan gawainya dan mengecek notifikasi di akun medsosnya.

“Tok... tok... tok.” Terdengar pintu depan di ketok, Sekar reflek bangkit dari duduknya, ia mengira petugas catering mungkin telah datang. Saat ia membuka pintu rumah itu ternyata nihil. Tak seorangpun diluar sana, hanya hembusan angin yang membuat bulu kuduknya semakin merinding. Ia menutup kembali pintu itu namun seperti terhalang sesuatu, rambut panjang yang menjuntai kebawah hingga seolah menyapu lantai rumah itu.

Susan terkejut, matanya melotot menatap rambut itu, ia mencari kemana sumber rambut itu, hingga ia melihat sesosok perempuan di halaman rumah yang sedang berdiri membelakanginya dengan punggung yang berlubang, terlihat belatung menari-nari menggerogotinya.

“Setan... Sundel Bolong!” Teriaknya dengan keras sambil menutup pintu rumah itu, ia tersungkur sambil duduk bersimpuh memegangi wajahnya. Batinnya shock, detak jantungnya semakin berdetak cepat. Napasnya terengah-engah, Susan merasa jantungnya hampir copot.

Mendengar teriakan itu, teman-temannya segera bergegas menghampiri Susan, semua nampak panik tidak terkecuali Sekar. Susan bercerita tentang kejadian seram yang baru saja ia alami meski terbata-bata. Penjelasan Susan membuat bulu kuduk mereka merinding, seolah-olah mereka bisa merasakan apa yang dialaminya.

Beberapa saat kemudian terdengar kembali suara ketukan pintu. Semua orang saling menatap seolah tidak ada yang berani membukanya. Mereka seperti trauma dengan cerita Susan, khawatir akan mengalami terror serupa, Adi sebagai ketua mencoba memberanikan diri untuk membuka pintu itu.

“Maaf dik, kami terlambat mengantar makanan ini karena tadi hujan,” sapa perempuan berkerudung merah itu, ia tersenyum sambil memberikan 10 kotak makanan untuk makan malam mereka.

Padahal hari itu terlihat cerah, tidak ada tanda-tanda akan turun hujan bahkan seharian cuaca cukup panas.

“Iya mbak, tidak apa-apa kami mengerti,” Ucap Adi menenangkan wanita muda itu.

Mendengar penuturannya, wanita muda itu mohon undur diri, dia nampak berjalan tanpa alas kaki, menggunakan drees vintange warna merah lengkap dengan kerudungnya, terlihat berjalan cepat tanpa halangan.

“Pantas, dia terlihat kelelahan mungkin karena lelah berjalan kaki,” gumam Adi.

Ia segera beranjak dan menutup pintu. Ia mulai membagikan makanan dalam kotak itu pada teman-temannya. Danan dan Joko yang sudah kelaparan segera menyantap kotak yang berisi mie goreng yang masih hangat dengan toping ayam dan telur mata sapi diatasnya. Tika dan Susan hanya memandangi makanan diatas meja itu, mereka nampak tidak berselera sedangkan Adi memilih untuk mengambil minuman terlebih dahulu. Sekar mematung, ia merasa heran karena ia pesan nasi goreng namun malah mie goreng yang ada di hadapannya.

Tiba-tiba gawai sekar bergetar, terlihat ada notifikasi pesan dari pihak katering yang mengatakan bahwa mereka akan terlambat sampai tujuan karena motor mereka mogok. Sekar terkejut hingga menjatuhkan gawainya, semua orang menatapnya.

“Jangan makan makanan itu, itu bukan masakan manusia!” teriak Sekar mengejutkan teman-temannya, ia reflek mengambil makanannya dan membuangnya ke tong sampah.

Teman-temannya terkejut seolah tak percaya tentang apa yang terjadi. Namun makanan itu seolah berubah disaat Sekar berteriak. Nampaklah mie goreng itu berwujudkan cacing yang masih hidup bahkan bergeliat, toping ayam suwir dan telur mata sapi ternyata adalah bangkai ayam dan bola mata sapi. Danan dan Joko reflek berlari keluar rumah dan memutahkan semua isi makanan dalam perutnya. Adi segera membantu Sekar membuang makanan itu ke tong sampah. Tika dan Susan terlihat pingsan setelah melihat makanan menjijikkan itu, suasana nampak kacau balau.

“Ada yang tidak beres dengan desa ini,” gumam Sekar. Ia nampak mengawasi sekitar seperti merasa ada yang memperhatikannya.

Sekar merasa energi makhluk halus itu kuat hingga membuat bulu kuduknya merinding. Adi selaku ketua segera meminta teman-temannya untuk beristirahat di kamar termasuk Sekar.

“pulanglah... ini bukan tempatmu!” teriak perempuan berkerudung merah itu, sorot matanya tajam, seolah mencabik-cabik Sekar yang berlarian tunggang langgang.

Sekar berlari menerobos hutan dalam pekatnya malam, berbekal cahaya rembulan, ia terus berlari untuk menghindari perempuan itu. Tiba-tiba di ujung pohon besar, terlihat perempuan menggunakan pakaian sinden, kulitnya bersih berjenis kuning langsat, ia tersenyum menatapnya dan berteriak “lawan, perempuan bergaun merah itu!”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Wahyu Wijaya
bagus penulisanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 2 Sekar Kesurupan

    Sekar terperanjat, ia mulai memperhatikan sekitar, kemudian ia menyadari bahwa baru saja ia mengalami mimpi buruk. Mimpi yang terasa nyata baginya. Ia mulai bangkit dari tempat tidurnya, perlahan berjalan menuju kamar mandi untuk melaksanakan sholat shubuh, sambil berharap semua akan baik-baik saja. Sebelum itu Sekar mulai membangunkan Mila yang tidur di sampingnya namun responnya hanya tersenyum lalu melanjutkan tidurnya. Sekar hanya bisa menarik nafas panjang melihat tingkah sahabatnya itu dan bergegas menuju kamar mandi.Di depan kamar mandi terdapat sebuah lemari kuno yang terlihat usang. Di pintu lemari terdapat kaca seukuran badan yang menarik perhatian Sekar. Ia berkaca sebelum ke kamar mandi, terlihat wajahnya sendu, matanya nampak lelah seperti kurang tidur. Ketika sedang asyik bercermin ria, tiba-tiba muncul Pesinden yang ada di mimpinya kala itu. Senyumnya terlihat menyeramkan hingga sekar bergidik, ia merinding melihat pantulan bayangannya di cermin itu. Ketika ia menole

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 3 Pencarian Susan dan Danan

    Perjalanan malam itu ternyata tidaklah mudah. Mereka kerapkali diganggu dengan penampakan makhluk tak kasat mata. Namun Ki Ageng berpesan agar mereka tetap fokus berjalan dan tidak berhenti meski apapun yang terjadi. Terdengan suara tawa kuntilanak menggema di sepanjang jalan mereka. Bahkan terdengar pula suara gelak tawa anak kecil yang berwujud tuyul yang terlihat asik bermain. Sedangkan di ujung jalan terlihat sekumpulan pocong seolah menghadang mereka. Joko yang penakut hampir pisan melihat gangguan ini namun Adi terus menyemangatinya dengan mengatakan jika takut, sebaiknya pura-pura tidak melihat saja, dan terus membaca doa dalam hati.Setelah menempuh perjalanan yang menghabiskan waktu dua jam dengan jalan kaki, akhirnya rombongan itu tiba di daerah sumur keramat. Ki Ageng segera memimpin ritual yang bertujuan untuk meminta kekuatan pada leluhur kampung yang dianggap memiliki kekuatan agar membantu mereka.Tak lupa Ki Ageng meminta tetesan darah dari tiga pemuda yang masih perja

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 4 Melawan Jin Penunggu Kampung

    Disaat ketiga lelaki itu pergi, tinggal Sekar dan Mila yang berdiam diri di kamar. Mila tentunya tidak bisa tidur dan jam dinding menunjukkan pukul 02.00 dinihari. Ia mulai kepikiran tentang teman-temannya yang tak kunjung datang dan khawatir pula jika Sekar kesurupan lagi. Kemudian ia memutuskan untuk sholat agar perasaanya tenang. Baru rokaat pertama terdengar suara perempuan tertawa menambah kesan ngeri. Bulu kuduknya bergidik namun ia berusaha untuk terus merapalkan doa-doa dengan harapan akan datang pertolongan kepadanya.“Kamu perempuan munafik yang telah meninggalkan temanmu di sumur keramat, bahkan sering menjelekkannya di belakangnya. Padahal dia tulus berteman denganmu,” bisik perempuan itu terdengar pelan namun cukup terdengar di telinga Mila.Mila mulai tidak fokus ia segera mempercepat sholatnya dan berharap suara itu berhenti juga. Namun saat ia menyelesaikan sholat dan menoleh ke arah sahabatnya itu, sekar tidak ada. Ia terkejut dan segera mencarinya di segala sudut rum

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 5 Kedatangan Dosen Muda

    Hari itu mungkin menjadi hari yang paling ditunggu-tunggu oleh semua mahasiswa yang mengikuti kegiatan KKN di desa terkutuk itu. Kabar mereka yang telah mengalami kesulitan telah viral di medsos. Hal ini menjadi landasan bagi otorita kampus untuk menindaklanjuti kegiatan tersebut dengan menghentikan dan mengutus dosen penanggung jawab untuk memantau kondisi sebenarnya.Dosen muda itu tiba di desa X untuk memberikan pertolongan pertama kepada mahasiswanya. Ia merupakan salah satu dosen yang bertanggung jawab atas kegiatan KKN tersebut. Dosen muda itu berperawakan tinggi, berkulit sawo matang dan memiliki senyum manis. Ia memiliki ciri khas senyum menawan yang mampu membuat mahasiswinya terpesona. Ia belum menikah dan berusia sekitar 25 tahun. Ia tiba di desa itu sekitar pukul 14.00 WIB.“Selamat datang Pak Galih, kami senang sekali melihat bapak mengunjungi desa ini. Mohon maaf, kami belum bisa maksimal mengerjakan tugas KKN ini karena banyak peristiwa di luar nalar yang terjadi belaka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 6 Aryo Mengunjungi Sekar

    “Alhamdulillah, akhirnya kita akan segera masuk kota,” ujar Adi penuh semangat. Ia menatap sekeliling memastikan teman-temannya mulai bangun dari tidurnya.Setelah mereka membuang makanan itu, jalan mereka seolah dimudahkan. Perjalanan menjadi lancar tanpa kendali berarti walau sesekali harus singgah untuk mengisi bahan bakar mobil atau mengisi perut mereka yang terasa kosong.Wajah-wajah penuh lelah itu seolah menyiratkan kesedihan dan trauma mendalam. KKN yang seharusnya berlangsung selama dua minggu, hanya dapat terlaksana selama kurang dari satu minggu. Tidak ada yang bisa mereka lakukan disana kecuali berjuang untuk bertahan hidup menghadapi teror dedemit penunggu desa terkutuk itu.Di tengah wajah-wajah penuh luka traumatis itu ternyata ada yang berbeda. Galih sang dosen muda terus menatap Sekar tak henti-hentinya, pikirannya melayang-layang mencoba menerka siapakah perempuan berkebaya hijau itu? Kenapa dia bisa berada di sekitarnya? Pertanyaan-pertanyaan itu terus memberondong

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09

Bab terbaru

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 6 Aryo Mengunjungi Sekar

    “Alhamdulillah, akhirnya kita akan segera masuk kota,” ujar Adi penuh semangat. Ia menatap sekeliling memastikan teman-temannya mulai bangun dari tidurnya.Setelah mereka membuang makanan itu, jalan mereka seolah dimudahkan. Perjalanan menjadi lancar tanpa kendali berarti walau sesekali harus singgah untuk mengisi bahan bakar mobil atau mengisi perut mereka yang terasa kosong.Wajah-wajah penuh lelah itu seolah menyiratkan kesedihan dan trauma mendalam. KKN yang seharusnya berlangsung selama dua minggu, hanya dapat terlaksana selama kurang dari satu minggu. Tidak ada yang bisa mereka lakukan disana kecuali berjuang untuk bertahan hidup menghadapi teror dedemit penunggu desa terkutuk itu.Di tengah wajah-wajah penuh luka traumatis itu ternyata ada yang berbeda. Galih sang dosen muda terus menatap Sekar tak henti-hentinya, pikirannya melayang-layang mencoba menerka siapakah perempuan berkebaya hijau itu? Kenapa dia bisa berada di sekitarnya? Pertanyaan-pertanyaan itu terus memberondong

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 5 Kedatangan Dosen Muda

    Hari itu mungkin menjadi hari yang paling ditunggu-tunggu oleh semua mahasiswa yang mengikuti kegiatan KKN di desa terkutuk itu. Kabar mereka yang telah mengalami kesulitan telah viral di medsos. Hal ini menjadi landasan bagi otorita kampus untuk menindaklanjuti kegiatan tersebut dengan menghentikan dan mengutus dosen penanggung jawab untuk memantau kondisi sebenarnya.Dosen muda itu tiba di desa X untuk memberikan pertolongan pertama kepada mahasiswanya. Ia merupakan salah satu dosen yang bertanggung jawab atas kegiatan KKN tersebut. Dosen muda itu berperawakan tinggi, berkulit sawo matang dan memiliki senyum manis. Ia memiliki ciri khas senyum menawan yang mampu membuat mahasiswinya terpesona. Ia belum menikah dan berusia sekitar 25 tahun. Ia tiba di desa itu sekitar pukul 14.00 WIB.“Selamat datang Pak Galih, kami senang sekali melihat bapak mengunjungi desa ini. Mohon maaf, kami belum bisa maksimal mengerjakan tugas KKN ini karena banyak peristiwa di luar nalar yang terjadi belaka

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 4 Melawan Jin Penunggu Kampung

    Disaat ketiga lelaki itu pergi, tinggal Sekar dan Mila yang berdiam diri di kamar. Mila tentunya tidak bisa tidur dan jam dinding menunjukkan pukul 02.00 dinihari. Ia mulai kepikiran tentang teman-temannya yang tak kunjung datang dan khawatir pula jika Sekar kesurupan lagi. Kemudian ia memutuskan untuk sholat agar perasaanya tenang. Baru rokaat pertama terdengar suara perempuan tertawa menambah kesan ngeri. Bulu kuduknya bergidik namun ia berusaha untuk terus merapalkan doa-doa dengan harapan akan datang pertolongan kepadanya.“Kamu perempuan munafik yang telah meninggalkan temanmu di sumur keramat, bahkan sering menjelekkannya di belakangnya. Padahal dia tulus berteman denganmu,” bisik perempuan itu terdengar pelan namun cukup terdengar di telinga Mila.Mila mulai tidak fokus ia segera mempercepat sholatnya dan berharap suara itu berhenti juga. Namun saat ia menyelesaikan sholat dan menoleh ke arah sahabatnya itu, sekar tidak ada. Ia terkejut dan segera mencarinya di segala sudut rum

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 3 Pencarian Susan dan Danan

    Perjalanan malam itu ternyata tidaklah mudah. Mereka kerapkali diganggu dengan penampakan makhluk tak kasat mata. Namun Ki Ageng berpesan agar mereka tetap fokus berjalan dan tidak berhenti meski apapun yang terjadi. Terdengan suara tawa kuntilanak menggema di sepanjang jalan mereka. Bahkan terdengar pula suara gelak tawa anak kecil yang berwujud tuyul yang terlihat asik bermain. Sedangkan di ujung jalan terlihat sekumpulan pocong seolah menghadang mereka. Joko yang penakut hampir pisan melihat gangguan ini namun Adi terus menyemangatinya dengan mengatakan jika takut, sebaiknya pura-pura tidak melihat saja, dan terus membaca doa dalam hati.Setelah menempuh perjalanan yang menghabiskan waktu dua jam dengan jalan kaki, akhirnya rombongan itu tiba di daerah sumur keramat. Ki Ageng segera memimpin ritual yang bertujuan untuk meminta kekuatan pada leluhur kampung yang dianggap memiliki kekuatan agar membantu mereka.Tak lupa Ki Ageng meminta tetesan darah dari tiga pemuda yang masih perja

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 2 Sekar Kesurupan

    Sekar terperanjat, ia mulai memperhatikan sekitar, kemudian ia menyadari bahwa baru saja ia mengalami mimpi buruk. Mimpi yang terasa nyata baginya. Ia mulai bangkit dari tempat tidurnya, perlahan berjalan menuju kamar mandi untuk melaksanakan sholat shubuh, sambil berharap semua akan baik-baik saja. Sebelum itu Sekar mulai membangunkan Mila yang tidur di sampingnya namun responnya hanya tersenyum lalu melanjutkan tidurnya. Sekar hanya bisa menarik nafas panjang melihat tingkah sahabatnya itu dan bergegas menuju kamar mandi.Di depan kamar mandi terdapat sebuah lemari kuno yang terlihat usang. Di pintu lemari terdapat kaca seukuran badan yang menarik perhatian Sekar. Ia berkaca sebelum ke kamar mandi, terlihat wajahnya sendu, matanya nampak lelah seperti kurang tidur. Ketika sedang asyik bercermin ria, tiba-tiba muncul Pesinden yang ada di mimpinya kala itu. Senyumnya terlihat menyeramkan hingga sekar bergidik, ia merinding melihat pantulan bayangannya di cermin itu. Ketika ia menole

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 1 KKN di Desa Terpencil

    “Oekkk.. oekkk.. oekkk”. Terdengar suara tangis bayi yang awalnya sayup-sayup menjadi semakin keras. Sekar terkejut dan mencoba mencari sumber suara itu. Ia bergegas mengelilingi rumah yang ukurannya cukup luas. Rumah itu memiliki 4 kamar, dapur, 2 kamar mandi dan ruang tamu yang luas. Mereka akan menginap selama seminggu namun di hari pertama cukup terasa menegangkan. Sekar cukup terganggu dengan suara bayi yang semakin keras itu. Teman-temannya mulai keheranan melihat tingkah laku perempuan berkepang dua itu, namun mereka hanya bisa mengernyitkan dahinya. Penyebabnya karena tak seorangpun yang mendengar suara tangis bayi itu kecuali Sekar. Sekar bergegas membuka pintu masing-masing kamar dengan cepat namun ia tidak menemukan seorangpun disana. Ketika ia hendak membuka kamar terakhir yang terletak di belakang, ia dikejutkan dengan tepukan tangan di bahunya, Sekar menoleh dan terkejut bukan main. Ia melihat lelaki seusia ayahnya berdiri tegak menghadapnya. lelaki itu tersenyum penu

DMCA.com Protection Status