Share

Pencarian

Penulis: Shilla07
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-07 15:43:37

Perjalanan malam itu ternyata tidaklah mudah. Mereka kerapkali diganggu dengan penampakan makhluk tak kasat mata. Namun Ki Ageng berpesan agar mereka tetap fokus berjalan dan tidak berhenti meski apapun yang terjadi. Terdengan suara tawa kuntilanak menggema di sepanjang jalan mereka. Bahkan terdengar pula suara gelak tawa anak kecil yang berwujud tuyul yang terlihat asik bermain. Sedangkan di ujung jalan terlihat sekumpulan pocong seolah menghadang mereka. Joko yang penakut hampir pisan melihat gangguan ini namun Adi terus menyemangatinya dengan mengatakan jika takut, sebaiknya pura-pura tidak melihat saja, dan terus membaca doa dalam hati.

Setelah menempuh perjalanan yang menghabiskan waktu dua jam dengan jalan kaki, akhirnya rombongan itu tiba di daerah sumur keramat. Ki Ageng segera memimpin ritual yang bertujuan untuk meminta kekuatan pada leluhur kampung yang dianggap memiliki kekuatan agar membantu mereka.

Tak lupa Ki Ageng meminta tetesan darah dari tiga pemuda yang masih perjaka itu sebagai syarat persetujuan atau penghormatan kepada leluhur mereka. Terlihat Ki Ageng merapalkan mantra-mantra yang seolah-olah ia memberikan energi tak kasat mata pada tiga pemuda tadi.

Ketiganya mulai memejamkan mata sesuai perintah dukun sakti tersebut, seolah pasrah dengan keadaan yang ada, tangan mereka saling menggengam dan masing-masing tangan kiri mereka telah diikat oleh benang merah. Dukun itu berpesan agar mereka jangan sampai melepas benang merah tersebut.

Ketika keduanya membuka mata terdengar Suara Ki Ageng yang samar namun jelas.

“Kalian harus berjalan lurus hingga menemukan sebuah gua dengan 3 pintu, pilihlah pintu kiri karena disitulah tempat teman kalian di tawan! Kalian harus cepat karna waktu kalian tidak banyak dan gunakan belati untuk menusuk makluk yang mengganggu kalian,” Ucap Ki Ageng yang di dengar oleh ketiganya.

Mereka mempercepat langkah kaki dengan harapan tidak kehabisan waktu, namun sejauh apapun melangkah terasa tidak ada ujungnya. Mereka seperti terjebak di dalam labirin ruang hampa, hanya sedikit cahaya yang terlihat akibat bulan purnama.

Ketika dalam posisi siaga tiba-tiba langkah mereka berhenti, terlihat sepasang orang tua yang memanggil nama mereka. Ketiga lelaki itu kaget, bagaimana bisa ada orang tua di tempat seperti ini?

Orang tua itu berpesan kepada mereka agar segera meninggalkan tempat ini karena tempat ini dikutuk. Awalnya mereka goyah namun Adi mencoba menguatkan dengan mengatakan bahwa mereka tidak boleh berhenti karena nyawa Susan dan Danan sedang dalam bahaya. Akhirnya mereka memilih mengabaikan pesan kedua orang tua tersebut dan berjalan sesuai dengan arahan Ki Ageng.

Akhirnya tidak sia-sia perjuangan mereka menyusuri jalan yang nampak tak berujung itu hingga sampailah mereka di depan gua yang memiliki 3 pintu untuk masuk. Mereka segera menuju masuk pintu sebelah kiri, tak jauh dari penglihatan mereka terlihat makhluk berbulu yang mengerikan itu. Jumlahnya sangat banyak, mungkin puluhan. Berbekal pisau pemberian Ki Ageng, mereka berhasil melumpuhkan lawan. Meski mereka harus melawan rasa takut yang begitu bergejolak di dada.

Akhirnya mereka menemukan penjara tempat Susan dan Danan terperangkap. Mereka berdua terkejut melihat kedua temannya berada pada sel penjara yang berdampingan, kondisi keduanya terlihat mengenaskan. Tanpa aba-aba mereka segera melepas kunci gembok sel itu dengan sekali sabetan dengan pisau kecil itu dan berhasil, kunci itu terbuka. Danan dan Susan berlarian menghampiri mereka. Ia bahkan tak henti-hentinya menangis dan memohon maaf atas kesalahannya selama ini. Mereka berdua sangat terharu dengan perjuangan ketiga lelaki itu, bahkan tidak ada pemikiran dibenaknya akan selamat dari kondisi tersebut.

Suasana itu nampak mengharu biru, terlihat ekspresi lega dari sekelompok mahasiswa itu, setidaknya mereka bisa saling bertemu. Kedua anak manusia yang tersandera itu tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih pada ketiga lelaki itu. Setelah usai bersuka cita dalam alunan kelegaan pasca mengalami kejadian traumatis itu, Adi mengingatkan teman-temannya untuk segera bergegas meninggalkan tempat itu, mereka berlarian menuju jalan keluar.

Di sepanjang jalan mereka terus berlari beriringan. Adi yang berada di posisi depan terus menoleh ke belakang seolah memastikan tidak ada siapapun yang tertinggal. Hingga sampailah mereka di tempat orang tua tadi. Kemudian sang orang tua tersenyum dan mengeluarkan suara menggema yang berhasil masuk di relung hati mereka, memberikan percikan rasa ketakutan dan keraguan, apakah benar yang dikatakan orang tua itu?

“kalian bodoh, iblis itu tidak hanya akan mengambil sukma kedua temanmu itu. Tapi kalian semua. Kalian akan semua akan mati,” teriaknya diiringi tawa yang sangat menyeramkan.

Jam telah menunjukkan pukul 04.00 WIB menjelang shubuh, Ki Ageng nampak cemas karena sekumpulan mahasiswa itu tak kunjung menunjukkan batang hidungnya. Ketiga lelaki itu mengalami perjalanan supranatural, sukma mereka berpacu dengan waktu sebelum matahari terbit untuk menyelamatkan kedua temannya. Terlihat tubuh ketiga lelaki itu mulai bergerak terkecuali kedua orang yang telah menghilang itu.

Ki Ageng mulai merasakan energi positif yang mendekati dirinya, hal itu menunjukkan bahwa mereka telah kembali. Adi, Joko dan Ardan terbangun dengan nafas terengah-engah. Mereka saling berpelukan untuk menguatkan. Mereka sangat bersyukur karena berhasil menyelamatkan kedua teman mereka yang hilang itu dengan selamat.

“Kalian tidak perlu khawatir, teman kalian hanya pingsan saja, itu wajar karena sukma mereka baru saja kembali dari alam gaib. Mereka akan sadar setelah tiga hari. Sekarang baiknya mereka dipindah di rumah warga terdekat dan kami akan segera mengantar ke kontrakan kalian jika mobil itu sudah datang,” ucap Ki Ageng yang membuat ketiga lelaki itu lega.

Setelah beristirahat sejenak, mereka melanjutkan kembali perjalanan pulang menuju rumah kontrakan itu. Saat itu perasaan Adi tidak nyaman, ia merasakan hal buruk telah terjadi selama mereka tidak ada. Sesampainya di rumah, mereka terkejut melihat Sekar dan Mila tergeletak di halaman rumah dan dikerumuni warga yang heran melihat pemandangan itu. Bergegas mereka memindahkan tubuh keduanya di kamar. Adi nampak terkejut melihat pemandangan itu karena ia menyangka teror telah usai.

“Permisi Ki, mengapa Sekar dan Mila pingsan di halaman ini? Apa yang telah terjadi pada mereka?” cecar Adi pada dukun itu. Ia mengira hanya mendapat semacam firasat saja namun apa nampak seolah benar.

“Sekar telah bertarung dengan beberapa demit yang akan menghalangi kalian, itu dia lakukan untuk meringankan misi penyelamatan kalian. Puncaknya saat ia menghadapi perempuan bergaun merah kemarin dan sundel bolong itu, energi mereka cukup kuat dan berpengaruh, jika mereka dikalahkan maka energi demit dari kelas bawah akan mudah ditakhlukkan.” Tutur Ki Ageng dengan ekspresi serius.

Ki Ageng meminta warga untuk memindahkan tubuh Sekar dan Mila ke kamar mereka. Lalu ia terlihat komat-kamit merapalkan mantra-mantra untuk menetralisir kondisi sekitar.

“Sinden itu ternyata memiliki kekuatan luar biasa, tidak main-main ia mampu melumpuhkan anak buah tuanku dengan waktu yang relatif singkat. Aku harus melaporkan pada tuanku karena ini bisa mengancam kekuasaannya,” gumam Ki Ageng sambil menatap Sekar tanpa mengedipkan matanya sedikitpun.

Bab terkait

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Pertempuran Gaib

    Disaat ketiga lelaki itu pergi, tinggal Sekar dan Mila yang berdiam diri di kamar. Mila tentunya tidak bisa tidur dan jam dinding menunjukkan pukul 02.00 dinihari. Ia mulai kepikiran tentang teman-temannya yang tak kunjung datang dan khawatir pula jika Sekar kesurupan lagi. Kemudian ia memutuskan untuk sholat agar perasaanya tenang. Baru rokaat pertama terdengar suara perempuan tertawa menambah kesan ngeri. Bulu kuduknya bergidik namun ia berusaha untuk terus merapalkan doa-doa dengan harapan akan datang pertolongan kepadanya. “Kamu perempuan munafik yang telah meninggalkan temanmu di sumur keramat, bahkan sering menjelekkannya di belakangnya. Padahal dia tulus berteman denganmu,” bisik perempuan itu terdengar pelan namun cukup terdengar di telinga Mila. Mila mulai tidak fokus ia segera mempercepat sholatnya dan berharap suara itu berhenti juga. Namun saat ia menyelesaikan sholat dan menoleh ke arah sahabatnya itu, sekar tidak ada. Ia terkejut dan segera mencarinya di segala sudut

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Dosen Muda

    Hari itu mungkin menjadi hari yang paling ditunggu-tunggu oleh semua mahasiswa yang mengikuti kegiatan KKN di desa terkutuk itu. Kabar mereka yang telah mengalami kesulitan telah viral di medsos. Hal ini menjadi landasan bagi otorita kampus untuk menindaklanjuti kegiatan tersebut dengan menghentikan dan mengutus dosen penanggung jawab untuk memantau kondisi sebenarnya. Dosen muda itu tiba di desa X untuk memberikan pertolongan pertama kepada mahasiswanya. Ia merupakan salah satu dosen yang bertanggung jawab atas kegiatan KKN tersebut. Dosen muda itu berperawakan tinggi, berkulit sawo matang dan memiliki senyum manis. Ia memiliki ciri khas senyum menawan yang mampu membuat mahasiswinya terpesona. Ia belum menikah dan berusia sekitar 25 tahun. Ia tiba di desa itu sekitar pukul 14.00 WIB. “Selamat datang Pak Galih, kami senang sekali melihat bapak mengunjungi desa ini. Mohon maaf, kami belum bisa maksimal mengerjakan tugas KKN ini karena banyak peristiwa di luar nalar yang terjadi bel

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Kedatangan Pacar

    “Alhamdulillah, akhirnya kita akan segera masuk kota,” ujar Adi penuh semangat. Ia menatap sekeliling memastikan teman-temannya mulai bangun dari tidurnya. Setelah mereka membuang makanan itu, jalan mereka seolah dimudahkan. Perjalanan menjadi lancar tanpa kendali berarti walau sesekali harus singgah untuk mengisi bahan bakar mobil atau mengisi perut mereka yang terasa kosong. Wajah-wajah penuh lelah itu seolah menyiratkan kesedihan dan trauma mendalam. KKN yang seharusnya berlangsung selama dua minggu, hanya dapat terlaksana selama kurang dari satu minggu. Tidak ada yang bisa mereka lakukan disana kecuali berjuang untuk bertahan hidup menghadapi teror dedemit penunggu desa terkutuk itu. Di tengah wajah-wajah penuh luka traumatis itu ternyata ada yang berbeda. Galih sang dosen muda terus menatap Sekar tak henti-hentinya, pikirannya melayang-layang mencoba menerka siapakah perempuan berkebaya hijau itu? Kenapa dia bisa berada di sekitarnya? Pertanyaan-pertanyaan itu terus memberondon

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Cinta Sesaat

    Dua minggu telah berlalu sejak kejadian viral KKN itu namun perbincangan di tengah khalayak kampus sepertinya belum juga reda bahkan semakin menjadi-jadi. Kini beredar kabar bahwa Sekar telah mengencani beberapa pria. Entah darimana rumor itu berasal, pembicaraan miring tentang gadis berkhodam itu seolah tidak ada habis. “Kamu tahu nggak, Sekar itu katanya dekat juga lo dengan salah satu dosen kita, dosen muda malah,” bisik perempuan berkerudung hitam itu, bibirnya terlihat komat-kamit seperti mbah dukun baca mantra padahal yang dibicarakan adalah gadis yang duduk didepannya namun sang gadis nampak pura-pura tak mendengarnya. “Iya, aku pernah melihat mereka berduaan aja di ruangan dosen, ngapain coba? Terus aku denger kayak ada pecahan gelas gitu? Apa iya main gila sampai gelas-gelas pada pecah?” sahut perempuan berambut pendek yang duduk disebelahnya sambil cekikikan, seolah ia melihat langsung peristiwa itu. Mereka berdua saling pandang kemudian tertawa pelan, mereka tidak meny

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Rukyah

    Masih dalam pergumulan asmara yang kian membara terlihat seorang lelaki tampan berupaya menuntaskan permainannya malam itu, sang gadis seolah pasrah dan sangat menikmatinya. Namun diluar prediksi, tiba-tiba sang gadis berteriak dan mendorong lelaki itu hingga ia jatuh seolah terpental. Entah darimana sang gadis memiliki kekuatan sebesar itu. Ia mulai menyadari kesalahannya dan bergegas memakai pakaiannya. Tak lupa ia mengemasi barang-barangnya dan pergi dari villa itu. Gadis itu berjalan seorang diri seolah meratapi nasibnya. Ia merasa apa yang dilakukan salah dan hampir melampaui batas. Ia masih mendengar suara sinden yang terkesan terus menerus memakinya. Sinden itu nampak murka, ia kesal karena gadis itu tidak terjerumus dalam permainan cinta penuh hasrat lelaki tampan selingkuhannya. Padahal Sinden itulah yang selama ini terus berbisik pada Sekar agar dia menerima cinta dari Aldo. Aldo adalah lelaki yang sering gonta-ganti pasangan, sebagai vokalis band yang cukup tampan dan te

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Dialog

    Pasca kejadian di Villa, Pengaruh Sulastri terlihat mulai memudar. Hal itu disebabkan oleh niat dan upaya Sekar untuk terus mendekatkan diri kepada Tuhan. Sekar mulai rutin beribadah seperti sholat, mengaji dan mengikuti kajian-kajian keagamaan. Melihat Sekar yang mulai menjaga jarak dengannya, khodam itu terlihat tak berdaya dah hanya mampu mengamati dari jauh. Sekar mulai sibuk mencari penghasilan sampingan, ia mendapat kabar jika orang tuanya belum bisa mengirimkan uang karena upah mereka tidak seberapa akibat cuaca buruk yang mengakibatkan gagal panen. Berbekal relasi yang dimiliki, Sekar akhirnya bekerja di sebuah warung makan yang menjual masakan khas jogja. Di tengah kesibukan bekerja, Sekar yang baru saja bekerja tiba-tiba seringkali terganggu oleh hal-hal gaib. Mulai dari piring yang tiba-tiba pecah, air kamar mandi yang terus menyala padahal tidak ada orang di dalam, hingga terdengar suara samar-samar yang memanggil namanya. Teror itu tidak hanya berlaku baginya namun

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Perjanjian Leluhur

    “Aku lebih cantik daripada gadis itu, kenapa dia lebih banyak dilirik kaum laki-laki daripada aku?” Desis Ningrum. Seorang Pesinden yang tengah dipuncak kariernya. Ia seringkali mendapat panggilan sebagai penyanyi di acara hajatan kampung atau acara pagelaran seni yang melibatkan grup pewayangan. Namun pesonanya seolah sirna saat ia mulai menikah dan memiliki anak. Ningrum kerapkali pulang ke rumah dengan wajah penuh kekesalan, sang suami selalu menghiburnya dengan kata-kata manis agar sang istri tak lagi bersedih. Namun lama kelamaan ucapan sang suami ibarat hiburan bagi anak kecil yang sia sia baginya. Ia semakin kesal hingga bersitegang dengan suaminya. “Sudahlah mas, kamu itu tidak tahu tadi saat manggung, penonton itu selalu melirik ke arah Si Sari! Padahal dia masih baru dan suara juga pas-pasan!” Tegas Ningrum seolah tak segan mulai membantah perkataan sang suami. “Ning, kamu itu sudah menikah, dan punya anak kecil. Lebih baik kamu berhenti dululah jadi pesinden. Fokus me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Kepergian

    Sekar terbangun dari tidurnya pasca mimpi buruk semalaman. Batinnya terasa tak tenang karena ia terus memikirkan mimpi tentang perjanjian yang telah dilakukan neneknya. Perjanjian itu berhasil membuat sang ibu menjadi anak broken home. Sekar mulai menyadari bahwa sang ibu selalu menceritakan kebaikan kakeknya yang tak pernah menikah lagi pasca bercerai dengan sang nenek. Tak terasa air matanya terus menetes membasahi pipinya. Ia bersedih seolah turut merasakan rasa sakit dan kesedihan yang pernah dialami ibunya setelah kehilangan sosok ibu sejak masih kecil. Sekar menatap sekeliling kamar kosnya dan terasa sepi. Ia tidak mendapati sang sahabat tidur di ranjang miliknya. Ia terkejut melihat meja belajar dan beberapa barang Mila yang biasa berantakan tiba-tiba hilang lenyap begitu saja. Sekar beranjak dari ranjang dan berjalan perlahan menuju lemari. Dibukanya lemari Mila yang seolah sengaja tidak dikunci, namun hasilnya nihil. Lemari itu telah kosong melompong mengibaratkan sang pem

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13

Bab terbaru

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Terlanjur Cinta

    POV GalihAku mengutuk diriku sendiri sebab telah membawa Sekar dalam bahaya yang begitu besar. Ia hampir saja mati mengenaskan menjadi tumbal di desa pesinden yang ternyata adalah rencana jahat Sadewa, teman dosen yang juga patner risetku.Awalnya kita semua mengira bahwa Mila adalah orang yang akan dikorbankan sebab ia tengah hamil anak Sadewa, hasil dari hubungan terlarang keduanya, ternyata itu semua di luar dugaan kita. Mila tidak dikorbankan karena janin yang dikandungnya tercampur oleh benih pria lain, hal itu menjadi wajar sebab Teman Sekar merupakan ayam kampus.Ternyata alasan Sadewa memilih untuk menumbalkan Sekar sebab bau getih wangi begitu digemari makhluk halus termasuk jin penguasa desa pesinden itu. Ia membutuhkan wadah untuk terus mengasah kekuatannya yang akan menjadi maksimal jika Sekar bisa di taklukkannya.Untungnya khodam pesinden itu datang tepat waktu setelah sekian lama menghilang. Ternyata dia tengah semedi di sebuah gua dekat istananya sebab terluka parah p

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Desa Pesinden (10)

    Pertempuran antara Sulastri dan Kadarsih tak terelakkan, mereka saling serang, mencoba melumpuhkan satu sama lain. Sekar tergeletak tak berdaya sebab Sulastri telah beranjak dari tubuhnya. Ia lebih memilih bertarung secara gaib daripada menggunakan tubuh Sekar yang beresiko besar. Galih segera bergegas menyelamatkan Sekar, ia menggendong gadis itu ke tempat yang menurutnya aman yakni mobil milik Sadewa. Pria itu mencoba meraba saku celana temannya yang merupakan dalang di balik seluruh kekacauan ini. Setelah ia menemukannya, bergegas ia memasukkan tubuh sekar ke dalam mobil. Galih mengawasi sekitar, mencari keberadaan Adi dan Mila. Dengan ponselnya ia berharap panggilannya segera di jawab oleh kedua mahasiswanya yang menghilang pasca keributan. Akhirnya panggilannya di jawab oleh Adi, ia sedang bersembunyi di dalam musholla dekat balai desa. Setelah mengabarkan kondisi terkini, Adi bergegas menuju mobil yang terparkir tak jauh dari tempat itu. Galih lega saat melihat Adi sedang bej

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Desa Pesinden (9)

    POV Sulastri Aku memutuskan untuk pergi ke kerajaanku semenjak pertempuran di gedung apartemen melawan hantu noni belanda. Dendam dan cintanya yang begitu besar membuatku kesulitan mengalahkannya meski akhirnya aku berhasil mengusirnya sebab berupaya mengambil alih Sekar. Sekar adalah wadah yang membuat semakin kuat dan awet muda. Dia adalah titisan getih wangi keturunan terakhir Ningsih yang bisa ku manfaatkan. Namun, di akhir hidupnya, cinta membuatnya lemah yang membuatku tak bisa lagi meneruskan perjanjian itu, ia bahkan tewas mengenaskan. Suatu kejadian terjadi begitu saja, di luar kendaliku. Hingga tibalah saat kelahiran Sekar yang sudah ku tunggu-tunggu sejak lama. Akibat pertentangan energi yang begitu kuat, ia seringkali sakit-sakitan dampak dari upaya dedemit yang mencoba menguasai jiwa dan raganya. Surti yang miskin tentu kebingungan, ia takut anaknya mati sia-sia jika tak segera di selamatkan. Kondisi itu aku manfaatkan untuk mempengaruhinya, aku membisikkannya unt

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Desa Pesinden (8)

    POV SekarAku melihat ke sekelilingku, orang-orang sedang fokus merapalkan mantra-mantra yang dipandu oleh kepala desa. Tubuhku melemah seolah tak berdaya, hanya mata dan pendengaranku yang masih berfungsi dengan baik.Aku mendengar Pak Galih dan Pak Sadewa, sedang membahas ritual sesat ini. Awalnya aku mengira bahwa Mila dan jabang bayinyalah yang akan jadi tumbal tapi dugaanku ternyata salah besar! Aku baru menyadarinya saat Sadewa mulai menjelaskan duduk perkaranya.Ternyata Sadewa sengaja memanfaatkan Galih agar menyeretku dalam proyek terkutuk ini demi bisa membawaku ke desa ini. Sadewa tahu jika Sulastri selama ini menghilang bak di telan bumi. Ini menyebabkan aku yang seorang titisan getih wangi menjadi idaman dedemit karena tubuhku menarik perhatian mereka untuk mengambil alih.Nyai Kadasihlah yang membisikkan semua itu pada Sadewa dengan diiming-imingi kuasa dan pesona tak terbatas, jika ia berhasil menumbalkanku di sini. Mendengar fakta di luar dugaan, air mataku seketika me

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Desa Pesinden (7)

    "Sekar, aku ingin mengatakan suatu hal, desa ini tidak beres, pak kades adalah dalang di balik semua ini," bisik Adi yang mulai memceritakan kronologi kejadian di saat ia pingsan di dekat pohon bringin. Sekar mendengar dengan seksama sambil sesekali menganggukan kepala tanda memahami apa yang dibicarakan oleh pria yang sudah dua kali terlibat riset dengannya. "Kenapa kalian membicarakan hal sepenting ini tanpa sepengetahuanku?" tanya Galih yang tiba-tiba muncul dari arah luar mendekati Sekar dan Adi yang sedang mengobrol serius di ruang tamu. Mereka berdua hanya tersenyum kecut merasa tidak enak karena telah mengabaikan keberadaan Galih. Sekar akhirnya menceritakan ulang apa yang di dengarnya dari Adi. "Aku percaya pada kalian berdua, kemungkinan janin yang ada di kandungan Mila adalah korban selanjutnya," ungkap Galih memprediksi apa yang mungkin akan terjadi. "Iya pak, saya curiga Pak Dewa sengaja memilih desa ini untuk proyek riset, dia hanya sedang mencari cara untuk men

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Desa Pesinden (6)

    "Ayah kejam! Sudah menumbalkan ibu dan saudaraku! Kau lah iblis yang sesungguhnya!" teriak Joko yang sudah tak mampu lagi menahan amarahnya, bertahun-tahun ia diam dan selalu pasrah atas semua kejahatan ayahnya. "Dasar anak bodoh! Aku lakukan semua ini untukmu karena kamu sebenarnya adalah anak pilihan! Kamu bisa melebihi aku!" bantah ayah kades yang mulai tersudut, ia nampak ragu sebab sang anak sepertinya sudah di luar kendalinya. "Jangan kau bohongi aku lagi! Gendis mungkin kelak akan kau korbankan juga! Kau sudah tahu jika aku sangat mencintainya tapi aku nggak akan tertipu lagi!" tegas Joko yang sudah tak mampu lagi menahan arahnya, ia perlahan mendekat lalu dengan cepat menusukkan keris itu ke jantung ayahnya. "Kau... Akan menyesel, bodoh!" ucapnya perlahan, lalu meninggal sepersekian detik. Tiba-tiba lukisan itu seolah hidup, keluarlah Pesinden sambil menyanyikan lagu jawa yang diiringi dengan suara gamelan. "Sekar macem-macem aruming wangi, Minggah kadhaton ndhawuh

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Desa Pesinden (5)

    "Gimana ini? Mana ponselku nggak ada sinyal," ujar Mila sambil menggerak-gerakkan ponselnya agar sinyal bisa masuk. "Mil, itu ada anak kecil main di dekat pohon bringin kita coba tanya mereka aja," ujar Adi yang dibalas anggukan kepala oleh teman risetnya. Adi melangkahkan kaki dengan ragu-ragu, ia merasa semenjak lewat jalanan ini sama sekali tidak ada tanda-tanda kehidupan, semua seolah serba mendadak. Tiba-tiba saja ada segerombolan anak kecil yang sedang bermain. "Dek, kalau mau ke arah kontrakan milik pak kades lewat mana ya?" tanya Adi sambil tersenyum ramah, tapi anehnya tak ada seorangpun yang merespon hingga ada seorang yang menepuk bahunya. Anak lelaki itu berjalan perlahan seolah menunjukkan arah pulang. Adi bergegas menghidupkan motornya yang melaju secara perlahan. Mereka akhirnya tiba di rumah kontrakan yang di maksud. Saat mereka hendak mengucapkan terima kasih, sang anak tiba-tiba sudah hilang, seperti lenyap di telan bumi. "Di, kamu ngerasa nggak? Ini sepert

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Desa Pesinden (4)

    Mila dan Adi baru saja tiba di rumah pak kades, rumah itu terlihat sepi seperti biasanya, tidak ada suara orang yang sedang beraktivitas atau canda tawa anak-anak, rumah sebesar itu hanya dihuni oleh pak kades dan istrinya. Kalaupun ada pembantu, mereka tidak menginap, hanya bekerja dari pagi sampai sore saja. "Assalamualaikum, permisi," ujar Adi berulang kali, mengeraskan suaranya agar penghuni rumah mendengarknya dan segera membuka pintu. Terdengar derap langkah kaki dari dalam rumah seolah sang pemilik tengah bergegas untuk membuka pintu. Saat pintu dibuka terlihat perempuan paruh baya yang usianya sekitar empat puluh tahun. "Kalian mahasiswa yang mau meneliti desa ini? Silahkan masuk dan duduk," ucap ibu kades terlihat ramah, wajahnya terlihat tulus menyambut kedatangan mereka. Mereka duduk di ruang tamu sambil melihat ke sekelilingnya, terlihat foto keluarga di beberapa bufet yang menunjukkan gambar bu kades muda sedang menggendong bayi yang jumlahnya tiga foto yang berja

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Desa Pesinden (3)

    Tim periset terlihat sedang bergegas menuju rumah narsum sesuai kesepakatan semalam tetapi dengan sedikit perubahan. Dewa tidak bisa ikut karena mendadak ada urusan di luar desa yang membuatnya harus meninggalkan teman-temannya. Hal ini menjadikan perubahan pada formasi tim, Mila dan Adi bertugas untuk mewawancarai pak kepala desa sedangkan Galih dan Sekar bertugas untuk mewawancarai tokoh adat. Mereka kompak berangkat pukul 10 pagi setelah melakukan persiapan terlebih dahulu. Mereka menyewa sepeda motor warga agar memudahkan mobilitas selama melakukan proyek riset di desa Bringin atau desa pesinden yang terkenal banyak melahirkan sinden terkenal asal Yogyakarta. Dalam perjalanan tidak ada hambatan berarti sebab mereka sampai tempat tujuan sesuai perkiraan. "Assalamualaikum, permisi," ucap Sekar sambil mengetuk pintu rumah salah satu pesinden senior yang ada di desa tersebut. Tak butuh waktu lama, pintu itu terbuka dengan keberadaan seorang perempuan yang terlihat berusia sekita

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status