Home / Horor / Perempuan Berkhodam Pesinden / Bab 3 Pencarian Susan dan Danan

Share

Bab 3 Pencarian Susan dan Danan

Author: Shilla07
last update Last Updated: 2025-01-07 15:43:37

Perjalanan malam itu ternyata tidaklah mudah. Mereka kerapkali diganggu dengan penampakan makhluk tak kasat mata. Namun Ki Ageng berpesan agar mereka tetap fokus berjalan dan tidak berhenti meski apapun yang terjadi. Terdengan suara tawa kuntilanak menggema di sepanjang jalan mereka. Bahkan terdengar pula suara gelak tawa anak kecil yang berwujud tuyul yang terlihat asik bermain. Sedangkan di ujung jalan terlihat sekumpulan pocong seolah menghadang mereka. Joko yang penakut hampir pisan melihat gangguan ini namun Adi terus menyemangatinya dengan mengatakan jika takut, sebaiknya pura-pura tidak melihat saja, dan terus membaca doa dalam hati.

Setelah menempuh perjalanan yang menghabiskan waktu dua jam dengan jalan kaki, akhirnya rombongan itu tiba di daerah sumur keramat. Ki Ageng segera memimpin ritual yang bertujuan untuk meminta kekuatan pada leluhur kampung yang dianggap memiliki kekuatan agar membantu mereka.

Tak lupa Ki Ageng meminta tetesan darah dari tiga pemuda yang masih perjaka itu sebagai syarat persetujuan atau penghormatan kepada leluhur mereka. Terlihat Ki Ageng merapalkan mantra-mantra yang seolah-olah ia memberikan energi tak kasat mata pada tiga pemuda tadi.

Ketiganya mulai memejamkan mata sesuai perintah dukun sakti tersebut, seolah pasrah dengan keadaan yang ada, tangan mereka saling menggengam  dan masing-masing tangan kiri mereka telah diikat oleh benang merah. Dukun itu berpesan agar mereka jangan sampai melepas benang merah tersebut.

Ketika keduanya membuka mata terdengar Suara Ki Ageng yang samar namun jelas.

“Kalian harus berjalan lurus hingga menemukan sebuah gua dengan 3 pintu, pilihlah pintu kiri karena disitulah tempat teman kalian di tawan! Kalian harus cepat karna waktu kalian tidak banyak dan gunakan belati untuk menusuk makluk yang mengganggu kalian,” Ucap Ki Ageng yang di dengar oleh ketiganya.

Mereka mempercepat langkah kaki dengan harapan tidak kehabisan waktu, namun sejauh apapun melangkah terasa tidak ada ujungnya. Mereka seperti terjebak di dalam labirin ruang hampa, hanya sedikit cahaya yang terlihat akibat bulan purnama.

Ketika dalam posisi siaga tiba-tiba langkah mereka berhenti, terlihat sepasang orang tua yang memanggil nama mereka. Ketiga lelaki itu kaget, bagaimana bisa ada orang tua di tempat seperti ini?

Orang tua itu berpesan kepada mereka agar segera meninggalkan tempat ini karena tempat ini dikutuk. Awalnya mereka goyah namun Adi mencoba menguatkan dengan mengatakan bahwa mereka tidak boleh berhenti karena nyawa Susan dan Danan sedang dalam bahaya. Akhirnya mereka memilih mengabaikan pesan kedua orang tua tersebut dan berjalan sesuai dengan arahan Ki Ageng.

Akhirnya tidak sia-sia perjuangan mereka menyusuri jalan yang nampak tak berujung itu hingga sampailah mereka di depan gua yang memiliki 3 pintu untuk masuk. Mereka segera menuju masuk pintu sebelah kiri, tak jauh dari penglihatan mereka terlihat makhluk berbulu yang mengerikan itu. Jumlahnya sangat banyak, mungkin puluhan. Berbekal pisau pemberian Ki Ageng, mereka berhasil melumpuhkan lawan. Meski mereka harus melawan rasa takut yang begitu bergejolak di dada.

Akhirnya mereka menemukan penjara tempat Susan dan Danan terperangkap. Mereka berdua terkejut melihat kedua temannya berada pada sel penjara yang berdampingan, kondisi keduanya terlihat mengenaskan. Tanpa aba-aba mereka segera melepas kunci gembok sel itu dengan sekali sabetan dengan pisau kecil itu dan berhasil, kunci itu terbuka. Danan dan Susan berlarian menghampiri mereka. Ia bahkan tak henti-hentinya menangis dan memohon maaf atas kesalahannya selama ini. Mereka berdua sangat terharu dengan perjuangan ketiga lelaki itu, bahkan tidak ada pemikiran dibenaknya akan selamat dari kondisi tersebut.

Suasana itu nampak mengharu biru, terlihat ekspresi lega dari sekelompok mahasiswa itu, setidaknya mereka bisa saling bertemu. Kedua anak manusia yang tersandera itu tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih pada ketiga lelaki itu. Setelah usai bersuka cita dalam alunan kelegaan pasca mengalami kejadian traumatis itu, Adi mengingatkan teman-temannya untuk segera bergegas meninggalkan tempat itu, mereka berlarian menuju jalan keluar.

Di sepanjang jalan mereka terus berlari beriringan. Adi yang berada di posisi depan terus menoleh ke belakang seolah memastikan tidak ada siapapun yang tertinggal. Hingga sampailah mereka di tempat orang tua tadi. Kemudian sang orang tua tersenyum dan mengeluarkan suara menggema yang berhasil masuk di relung hati mereka, memberikan percikan rasa ketakutan dan keraguan, apakah benar yang dikatakan orang tua itu?

“kalian bodoh, iblis itu tidak hanya akan mengambil sukma kedua temanmu itu. Tapi kalian semua. Kalian akan semua akan mati,” teriaknya diiringi tawa yang sangat menyeramkan.

Jam telah menunjukkan pukul 04.00 WIB menjelang shubuh, Ki Ageng nampak cemas karena sekumpulan mahasiswa itu tak kunjung menunjukkan batang hidungnya. Ketiga lelaki itu mengalami perjalanan supranatural, sukma mereka berpacu dengan waktu sebelum matahari terbit untuk menyelamatkan kedua temannya. Terlihat tubuh ketiga lelaki itu mulai bergerak terkecuali kedua orang yang telah menghilang itu.

Ki Ageng mulai merasakan energi positif yang mendekati dirinya, hal itu menunjukkan bahwa mereka telah kembali. Adi, Joko dan Ardan terbangun dengan nafas terengah-engah. Mereka saling berpelukan untuk menguatkan. Mereka sangat bersyukur karena berhasil menyelamatkan kedua teman mereka yang hilang itu dengan selamat.

“Kalian tidak perlu khawatir, teman kalian hanya pingsan saja, itu wajar karena sukma mereka baru saja kembali dari alam gaib. Mereka akan sadar setelah tiga hari. Sekarang baiknya mereka dipindah di rumah warga terdekat dan kami akan segera mengantar ke kontrakan kalian jika mobil itu sudah datang,” ucap Ki Ageng yang membuat ketiga lelaki itu lega.

Setelah beristirahat sejenak, mereka melanjutkan kembali perjalanan pulang menuju rumah kontrakan itu. Saat itu perasaan Adi tidak nyaman, ia merasakan hal buruk telah terjadi selama mereka tidak ada. Sesampainya di rumah, mereka terkejut melihat Sekar dan Mila tergeletak di halaman rumah dan dikerumuni warga yang heran melihat pemandangan itu. Bergegas mereka memindahkan tubuh keduanya di kamar. Adi nampak terkejut melihat pemandangan itu karena ia menyangka teror telah usai.

“Permisi Ki, mengapa Sekar dan Mila pingsan di halaman ini? Apa yang telah terjadi pada mereka?” cecar Adi pada dukun itu. Ia mengira hanya mendapat semacam firasat saja namun apa nampak seolah benar. 

“Sekar telah bertarung dengan beberapa demit yang akan menghalangi kalian, itu dia lakukan untuk meringankan misi penyelamatan kalian. Puncaknya saat ia menghadapi perempuan bergaun merah kemarin dan sundel bolong itu, energi mereka cukup kuat dan berpengaruh, jika mereka dikalahkan maka energi demit dari kelas bawah akan mudah ditakhlukkan.” Tutur Ki Ageng dengan ekspresi serius.

Ki Ageng meminta warga untuk memindahkan tubuh Sekar dan Mila ke kamar mereka. Lalu ia terlihat komat-kamit merapalkan mantra-mantra untuk menetralisir kondisi sekitar.

“Sinden itu ternyata memiliki kekuatan luar biasa, tidak main-main ia mampu melumpuhkan anak buah tuanku dengan waktu yang relatif singkat. Aku harus melaporkan pada tuanku karena ini bisa mengancam kekuasaannya,” gumam Ki Ageng sambil menatap Sekar tanpa mengedipkan matanya sedikitpun.

Related chapters

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 4 Melawan Jin Penunggu Kampung

    Disaat ketiga lelaki itu pergi, tinggal Sekar dan Mila yang berdiam diri di kamar. Mila tentunya tidak bisa tidur dan jam dinding menunjukkan pukul 02.00 dinihari. Ia mulai kepikiran tentang teman-temannya yang tak kunjung datang dan khawatir pula jika Sekar kesurupan lagi. Kemudian ia memutuskan untuk sholat agar perasaanya tenang. Baru rokaat pertama terdengar suara perempuan tertawa menambah kesan ngeri. Bulu kuduknya bergidik namun ia berusaha untuk terus merapalkan doa-doa dengan harapan akan datang pertolongan kepadanya.“Kamu perempuan munafik yang telah meninggalkan temanmu di sumur keramat, bahkan sering menjelekkannya di belakangnya. Padahal dia tulus berteman denganmu,” bisik perempuan itu terdengar pelan namun cukup terdengar di telinga Mila.Mila mulai tidak fokus ia segera mempercepat sholatnya dan berharap suara itu berhenti juga. Namun saat ia menyelesaikan sholat dan menoleh ke arah sahabatnya itu, sekar tidak ada. Ia terkejut dan segera mencarinya di segala sudut rum

    Last Updated : 2025-01-07
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 5 Kedatangan Dosen Muda

    Hari itu mungkin menjadi hari yang paling ditunggu-tunggu oleh semua mahasiswa yang mengikuti kegiatan KKN di desa terkutuk itu. Kabar mereka yang telah mengalami kesulitan telah viral di medsos. Hal ini menjadi landasan bagi otorita kampus untuk menindaklanjuti kegiatan tersebut dengan menghentikan dan mengutus dosen penanggung jawab untuk memantau kondisi sebenarnya.Dosen muda itu tiba di desa X untuk memberikan pertolongan pertama kepada mahasiswanya. Ia merupakan salah satu dosen yang bertanggung jawab atas kegiatan KKN tersebut. Dosen muda itu berperawakan tinggi, berkulit sawo matang dan memiliki senyum manis. Ia memiliki ciri khas senyum menawan yang mampu membuat mahasiswinya terpesona. Ia belum menikah dan berusia sekitar 25 tahun. Ia tiba di desa itu sekitar pukul 14.00 WIB.“Selamat datang Pak Galih, kami senang sekali melihat bapak mengunjungi desa ini. Mohon maaf, kami belum bisa maksimal mengerjakan tugas KKN ini karena banyak peristiwa di luar nalar yang terjadi belaka

    Last Updated : 2025-01-07
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 6 Aryo Mengunjungi Sekar

    “Alhamdulillah, akhirnya kita akan segera masuk kota,” ujar Adi penuh semangat. Ia menatap sekeliling memastikan teman-temannya mulai bangun dari tidurnya.Setelah mereka membuang makanan itu, jalan mereka seolah dimudahkan. Perjalanan menjadi lancar tanpa kendali berarti walau sesekali harus singgah untuk mengisi bahan bakar mobil atau mengisi perut mereka yang terasa kosong.Wajah-wajah penuh lelah itu seolah menyiratkan kesedihan dan trauma mendalam. KKN yang seharusnya berlangsung selama dua minggu, hanya dapat terlaksana selama kurang dari satu minggu. Tidak ada yang bisa mereka lakukan disana kecuali berjuang untuk bertahan hidup menghadapi teror dedemit penunggu desa terkutuk itu.Di tengah wajah-wajah penuh luka traumatis itu ternyata ada yang berbeda. Galih sang dosen muda terus menatap Sekar tak henti-hentinya, pikirannya melayang-layang mencoba menerka siapakah perempuan berkebaya hijau itu? Kenapa dia bisa berada di sekitarnya? Pertanyaan-pertanyaan itu terus memberondong

    Last Updated : 2025-01-09
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 7 Sekar (Tidak) Mendua

    Dua minggu telah berlalu sejak kejadian viral KKN itu namun perbincangan di tengah khalayak kampus sepertinya belum juga reda bahkan semakin menjadi-jadi. Kini beredar kabar bahwa Sekar telah mengencani beberapa pria. Entah darimana rumor itu berasal, pembicaraan miring tentang gadis berkhodam itu seolah tidak ada habis. “Kamu tahu nggak, Sekar itu katanya dekat juga lo dengan salah satu dosen kita, dosen muda malah,” bisik perempuan berkerudung hitam itu, bibirnya terlihat komat-kamit seperti mbah dukun baca mantra padahal yang dibicarakan adalah gadis yang duduk didepannya namun sang gadis nampak pura-pura tak mendengarnya. “Iya, aku pernah melihat mereka berduaan aja di ruangan dosen, ngapain coba? Terus aku denger kayak ada pecahan gelas gitu? Apa iya main gila sampai gelas-gelas pada pecah?” sahut perempuan berambut pendek yang duduk disebelahnya sambil cekikikan, seolah ia melihat langsung peristiwa itu. Mereka berdua saling pandang kemudian tertawa pelan, mereka tidak menyad

    Last Updated : 2025-01-09
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 1 KKN di Desa Terpencil

    “Oekkk.. oekkk.. oekkk”. Terdengar suara tangis bayi yang awalnya sayup-sayup menjadi semakin keras. Sekar terkejut dan mencoba mencari sumber suara itu. Ia bergegas mengelilingi rumah yang ukurannya cukup luas. Rumah itu memiliki 4 kamar, dapur, 2 kamar mandi dan ruang tamu yang luas. Mereka akan menginap selama seminggu namun di hari pertama cukup terasa menegangkan. Sekar cukup terganggu dengan suara bayi yang semakin keras itu. Teman-temannya mulai keheranan melihat tingkah laku perempuan berkepang dua itu, namun mereka hanya bisa mengernyitkan dahinya. Penyebabnya karena tak seorangpun yang mendengar suara tangis bayi itu kecuali Sekar. Sekar bergegas membuka pintu masing-masing kamar dengan cepat namun ia tidak menemukan seorangpun disana. Ketika ia hendak membuka kamar terakhir yang terletak di belakang, ia dikejutkan dengan tepukan tangan di bahunya, Sekar menoleh dan terkejut bukan main. Ia melihat lelaki seusia ayahnya berdiri tegak menghadapnya. lelaki itu tersenyum penu

    Last Updated : 2025-01-07
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 2 Sekar Kesurupan

    Sekar terperanjat, ia mulai memperhatikan sekitar, kemudian ia menyadari bahwa baru saja ia mengalami mimpi buruk. Mimpi yang terasa nyata baginya. Ia mulai bangkit dari tempat tidurnya, perlahan berjalan menuju kamar mandi untuk melaksanakan sholat shubuh, sambil berharap semua akan baik-baik saja. Sebelum itu Sekar mulai membangunkan Mila yang tidur di sampingnya namun responnya hanya tersenyum lalu melanjutkan tidurnya. Sekar hanya bisa menarik nafas panjang melihat tingkah sahabatnya itu dan bergegas menuju kamar mandi.Di depan kamar mandi terdapat sebuah lemari kuno yang terlihat usang. Di pintu lemari terdapat kaca seukuran badan yang menarik perhatian Sekar. Ia berkaca sebelum ke kamar mandi, terlihat wajahnya sendu, matanya nampak lelah seperti kurang tidur. Ketika sedang asyik bercermin ria, tiba-tiba muncul Pesinden yang ada di mimpinya kala itu. Senyumnya terlihat menyeramkan hingga sekar bergidik, ia merinding melihat pantulan bayangannya di cermin itu. Ketika ia menole

    Last Updated : 2025-01-07

Latest chapter

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 7 Sekar (Tidak) Mendua

    Dua minggu telah berlalu sejak kejadian viral KKN itu namun perbincangan di tengah khalayak kampus sepertinya belum juga reda bahkan semakin menjadi-jadi. Kini beredar kabar bahwa Sekar telah mengencani beberapa pria. Entah darimana rumor itu berasal, pembicaraan miring tentang gadis berkhodam itu seolah tidak ada habis. “Kamu tahu nggak, Sekar itu katanya dekat juga lo dengan salah satu dosen kita, dosen muda malah,” bisik perempuan berkerudung hitam itu, bibirnya terlihat komat-kamit seperti mbah dukun baca mantra padahal yang dibicarakan adalah gadis yang duduk didepannya namun sang gadis nampak pura-pura tak mendengarnya. “Iya, aku pernah melihat mereka berduaan aja di ruangan dosen, ngapain coba? Terus aku denger kayak ada pecahan gelas gitu? Apa iya main gila sampai gelas-gelas pada pecah?” sahut perempuan berambut pendek yang duduk disebelahnya sambil cekikikan, seolah ia melihat langsung peristiwa itu. Mereka berdua saling pandang kemudian tertawa pelan, mereka tidak menyad

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 6 Aryo Mengunjungi Sekar

    “Alhamdulillah, akhirnya kita akan segera masuk kota,” ujar Adi penuh semangat. Ia menatap sekeliling memastikan teman-temannya mulai bangun dari tidurnya.Setelah mereka membuang makanan itu, jalan mereka seolah dimudahkan. Perjalanan menjadi lancar tanpa kendali berarti walau sesekali harus singgah untuk mengisi bahan bakar mobil atau mengisi perut mereka yang terasa kosong.Wajah-wajah penuh lelah itu seolah menyiratkan kesedihan dan trauma mendalam. KKN yang seharusnya berlangsung selama dua minggu, hanya dapat terlaksana selama kurang dari satu minggu. Tidak ada yang bisa mereka lakukan disana kecuali berjuang untuk bertahan hidup menghadapi teror dedemit penunggu desa terkutuk itu.Di tengah wajah-wajah penuh luka traumatis itu ternyata ada yang berbeda. Galih sang dosen muda terus menatap Sekar tak henti-hentinya, pikirannya melayang-layang mencoba menerka siapakah perempuan berkebaya hijau itu? Kenapa dia bisa berada di sekitarnya? Pertanyaan-pertanyaan itu terus memberondong

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 5 Kedatangan Dosen Muda

    Hari itu mungkin menjadi hari yang paling ditunggu-tunggu oleh semua mahasiswa yang mengikuti kegiatan KKN di desa terkutuk itu. Kabar mereka yang telah mengalami kesulitan telah viral di medsos. Hal ini menjadi landasan bagi otorita kampus untuk menindaklanjuti kegiatan tersebut dengan menghentikan dan mengutus dosen penanggung jawab untuk memantau kondisi sebenarnya.Dosen muda itu tiba di desa X untuk memberikan pertolongan pertama kepada mahasiswanya. Ia merupakan salah satu dosen yang bertanggung jawab atas kegiatan KKN tersebut. Dosen muda itu berperawakan tinggi, berkulit sawo matang dan memiliki senyum manis. Ia memiliki ciri khas senyum menawan yang mampu membuat mahasiswinya terpesona. Ia belum menikah dan berusia sekitar 25 tahun. Ia tiba di desa itu sekitar pukul 14.00 WIB.“Selamat datang Pak Galih, kami senang sekali melihat bapak mengunjungi desa ini. Mohon maaf, kami belum bisa maksimal mengerjakan tugas KKN ini karena banyak peristiwa di luar nalar yang terjadi belaka

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 4 Melawan Jin Penunggu Kampung

    Disaat ketiga lelaki itu pergi, tinggal Sekar dan Mila yang berdiam diri di kamar. Mila tentunya tidak bisa tidur dan jam dinding menunjukkan pukul 02.00 dinihari. Ia mulai kepikiran tentang teman-temannya yang tak kunjung datang dan khawatir pula jika Sekar kesurupan lagi. Kemudian ia memutuskan untuk sholat agar perasaanya tenang. Baru rokaat pertama terdengar suara perempuan tertawa menambah kesan ngeri. Bulu kuduknya bergidik namun ia berusaha untuk terus merapalkan doa-doa dengan harapan akan datang pertolongan kepadanya.“Kamu perempuan munafik yang telah meninggalkan temanmu di sumur keramat, bahkan sering menjelekkannya di belakangnya. Padahal dia tulus berteman denganmu,” bisik perempuan itu terdengar pelan namun cukup terdengar di telinga Mila.Mila mulai tidak fokus ia segera mempercepat sholatnya dan berharap suara itu berhenti juga. Namun saat ia menyelesaikan sholat dan menoleh ke arah sahabatnya itu, sekar tidak ada. Ia terkejut dan segera mencarinya di segala sudut rum

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 3 Pencarian Susan dan Danan

    Perjalanan malam itu ternyata tidaklah mudah. Mereka kerapkali diganggu dengan penampakan makhluk tak kasat mata. Namun Ki Ageng berpesan agar mereka tetap fokus berjalan dan tidak berhenti meski apapun yang terjadi. Terdengan suara tawa kuntilanak menggema di sepanjang jalan mereka. Bahkan terdengar pula suara gelak tawa anak kecil yang berwujud tuyul yang terlihat asik bermain. Sedangkan di ujung jalan terlihat sekumpulan pocong seolah menghadang mereka. Joko yang penakut hampir pisan melihat gangguan ini namun Adi terus menyemangatinya dengan mengatakan jika takut, sebaiknya pura-pura tidak melihat saja, dan terus membaca doa dalam hati.Setelah menempuh perjalanan yang menghabiskan waktu dua jam dengan jalan kaki, akhirnya rombongan itu tiba di daerah sumur keramat. Ki Ageng segera memimpin ritual yang bertujuan untuk meminta kekuatan pada leluhur kampung yang dianggap memiliki kekuatan agar membantu mereka.Tak lupa Ki Ageng meminta tetesan darah dari tiga pemuda yang masih perja

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 2 Sekar Kesurupan

    Sekar terperanjat, ia mulai memperhatikan sekitar, kemudian ia menyadari bahwa baru saja ia mengalami mimpi buruk. Mimpi yang terasa nyata baginya. Ia mulai bangkit dari tempat tidurnya, perlahan berjalan menuju kamar mandi untuk melaksanakan sholat shubuh, sambil berharap semua akan baik-baik saja. Sebelum itu Sekar mulai membangunkan Mila yang tidur di sampingnya namun responnya hanya tersenyum lalu melanjutkan tidurnya. Sekar hanya bisa menarik nafas panjang melihat tingkah sahabatnya itu dan bergegas menuju kamar mandi.Di depan kamar mandi terdapat sebuah lemari kuno yang terlihat usang. Di pintu lemari terdapat kaca seukuran badan yang menarik perhatian Sekar. Ia berkaca sebelum ke kamar mandi, terlihat wajahnya sendu, matanya nampak lelah seperti kurang tidur. Ketika sedang asyik bercermin ria, tiba-tiba muncul Pesinden yang ada di mimpinya kala itu. Senyumnya terlihat menyeramkan hingga sekar bergidik, ia merinding melihat pantulan bayangannya di cermin itu. Ketika ia menole

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 1 KKN di Desa Terpencil

    “Oekkk.. oekkk.. oekkk”. Terdengar suara tangis bayi yang awalnya sayup-sayup menjadi semakin keras. Sekar terkejut dan mencoba mencari sumber suara itu. Ia bergegas mengelilingi rumah yang ukurannya cukup luas. Rumah itu memiliki 4 kamar, dapur, 2 kamar mandi dan ruang tamu yang luas. Mereka akan menginap selama seminggu namun di hari pertama cukup terasa menegangkan. Sekar cukup terganggu dengan suara bayi yang semakin keras itu. Teman-temannya mulai keheranan melihat tingkah laku perempuan berkepang dua itu, namun mereka hanya bisa mengernyitkan dahinya. Penyebabnya karena tak seorangpun yang mendengar suara tangis bayi itu kecuali Sekar. Sekar bergegas membuka pintu masing-masing kamar dengan cepat namun ia tidak menemukan seorangpun disana. Ketika ia hendak membuka kamar terakhir yang terletak di belakang, ia dikejutkan dengan tepukan tangan di bahunya, Sekar menoleh dan terkejut bukan main. Ia melihat lelaki seusia ayahnya berdiri tegak menghadapnya. lelaki itu tersenyum penu

DMCA.com Protection Status