Beranda / Horor / Perempuan Berkhodam Pesinden / Bab 2 Sekar Kesurupan

Share

Bab 2 Sekar Kesurupan

Penulis: Shilla07
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-07 15:42:36

Sekar terperanjat, ia mulai memperhatikan sekitar, kemudian ia menyadari bahwa baru saja ia mengalami mimpi buruk. Mimpi yang terasa nyata baginya. Ia mulai bangkit dari tempat tidurnya, perlahan berjalan menuju kamar mandi untuk melaksanakan sholat shubuh, sambil berharap semua akan baik-baik saja.

Sebelum itu Sekar mulai membangunkan Mila yang tidur di sampingnya namun responnya hanya tersenyum lalu melanjutkan tidurnya. Sekar hanya bisa menarik nafas panjang melihat tingkah sahabatnya itu dan bergegas menuju kamar mandi.

Di depan kamar mandi terdapat sebuah lemari kuno yang terlihat usang. Di pintu lemari terdapat kaca seukuran badan yang menarik perhatian Sekar. Ia berkaca sebelum ke kamar mandi, terlihat wajahnya sendu, matanya nampak lelah seperti kurang tidur.

Ketika sedang asyik bercermin ria, tiba-tiba muncul Pesinden yang ada di mimpinya kala itu. Senyumnya terlihat menyeramkan hingga sekar bergidik, ia merinding melihat pantulan bayangannya di cermin itu. Ketika ia menoleh ke belakang, sosok itu sudah hilang. Ia bergegas menuju kamar mandi, berniat untuk menghindari tatapan menyeramkan yang seolah berasal dari dalam cermin itu.

Pagi itu sinar matahari menyinari bumi dengan begitu indahnya, masyarakat desa mulai beraktivitas seperti biasa. Terlihat sekumpulan petani sedang asyik menanam padi. Sekumpulan anak sekolah sedang riang gembira berjalan menuju sekolahnya. Hanya satu hal yang mengganjal yakni tidak ada perempuan atau laki-laki muda di desa itu.

Sekar dan Mila berjalan beriringan menuju rumah warga, tugas mereka adalah melakukan observasi terkait sejarah desa itu. Mereka memilih untuk menemui pak kades yang jaraknya tidak jauh dari kontrakan mereka, hanya sekitar 30 menit dengan berjalan kaki.

Setibanya di rumah sang kades, mereka dipersilahkan duduk. Rumah itu nampak sepi, tidak terdengar suara anak-anak atau aktivitas yang menunjukkan eksistensi penghuni rumah. Pak kades memanggil istrinya untuk membuatkan mereka minum.

“Permisi pak, kedatangan kami dalam rangka ingin memperoleh informasi terkait sejarah desa ini. Kami membutuhkannya agar kami mengetahui apa yang dibutuhkan warga desa agar KKN dapat dilakukan dengan tepat sasaran,” ucap Sekar memulai pembicaraan itu, dia menatap wajah lelaki tua itu dengan seksama, berharap mendapat jawaban dari pertanyaan yang mengganggunya selama ini.

 Mila bertugas mencatat dan merekam setiap perbincangan yang terjadi di ruang tamu itu. Tidak ada rasa antusiasme di wajahnya, ia memang tipe teman yang sering nebeng tugas bahkan kerapkali menyontek jika tugasnya di rasa susah. Kehadirannya disitu semata-mata sebagai syarat kelulusan karena ia sungguh tidak antusias sejak awal.

“Mayoritas pekerjaan penduduk desa adalah petani, kebanyakan kaum muda atau lulusan SMP pergi ke kota untuk mencari nafkah karena dirasa penghasilan di desa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan. Kalian dilarang untuk mendekati area sumur keramat karena sumur itu dilarang didekati pendatang karena tidak punya kesamaan darah dengan penduduk asli.” Jawab Pak Kades dengan wajah seriusnya, ia bahkan menekankan tentang sumur keramat yang tidak boleh di dekati oleh orang pendatang.

Setelah dirasa cukup, Sekar undur diri dari kediaman pak kades. Namun ketika hendak undur diri, ia bertanya tentang keberadaan perempuan bergaun merah yang mengantar makanan mereka kemarin malam. Mendengar pertanyaan tersebut tiba-tiba pak kades berkilah bahwa ia sedang sibuk sehingga belum bisa menjawab pertanyaan itu.

Melihat reaksi yang tak sesuai harapan, mereka memilih untuk mampir ke rumah warga guna melengkapi informasi yang dirasa kurang. Hingga tak terasa jam telah menujukkan pukul 15.00 WIB. Mereka bergegas menuju arah pulang untuk segera melaksanakan sholat ashar.

Mereka berdua berjalan pulang secara beriringan, langkah kaki menunjukkan keragu-raguan karena mereka merasa berjalan terlalu jauh. Sekar melihat waktu di gawainya yang telah menunjukkan pukul 17.00 WIB tidak terasa mereka berjalan sudah hampir 2 jam, padahal seharusnya cukup 30 menit.

Terlihat sumur tua di depan mereka. Mila yang antusias langsung berlari mendekatinya dan berselfie ria. Tanpa sengaja ia menginjak dan merusak sesajen di dekat sumur itu hingga berantakan, Sekar yang melihat itu reflek merapikannya sehingga tak berceceran, namun tangannya terasa panas. Ia menoleh ke sekitar dan Mila sudah tidak ada.

Mila melihat Joko dan Ardan berjalan beriringan, seolah melupakan kebersamaanya dengan Sekar, ia bergegas mengejar teman lelakinya itu. Ia bahkan memanggil mereka berkali-kali.

Tak terasa waktu menunjukkan maghrib. Sekar baru saja tiba di kontrakan. Terlihat teman mereka mulai khawatir karena terlihat Susan dan Danan belum juga kembali.

“Kamu darimana Sekar? Kita dari tadi khawatir nyariin kamu? Kamu nyasar?” tanya Adi si ketua kelompok, ia jelas bertanya-tanya mengapa Sekar pulang telat karena mereka telah sepakat jika sebelum waktu ashar mereka harus tiba di kontrakan itu.

“Iya, aku tadi nyasar bareng Mila, kita tadi sempat ke sumur keramat tapi tiba-tiba Mila ngilang, karena aku khawatir aku coba mencarinya, apa sudah pulang?” Ekspresi Sekar terlihat lelah, namun ia masih peduli dengan temannya itu, baginya keselamatan Mila seperti tanggung jawabnya karena mereka telah pergi bersama.

“Dia sudah datang pukul 16.00 WIB, saat aku tanya tentang kamu katanya dia tidak tahu karena kalian terpisah saat perjalanan pulang dari rumah warga dan dia tidak bercerita tentang sumur keramat,” jawab Adi seolah kebingungan, ia merasa ada perbedaan cerita antara Sekar dan Mila, namun siapa yang berbohong?

Suasana semakin mencekam, mereka mulai berpikir untuk mencari Susan dan Danan, apakah mereka nyasar? Diculik demit? Atau bertemu orang jahat? Pikiran-pikiran mereka penuh dengan kegelisahan tak berkesudahan.

Tak terasa sudah 4 hari mereka mendiami desa itu. Tidak pernah terjadi lagi hal-hal aneh namun kedua teman mereka telah hilang selama 3 hari. Mereka sudah melaporkan kejadian ini pada kades dan tokoh adat serta warga agar dibantu menemukan kedua mahasiswa yang menghilang itu.

Sore itu suasana terasa semakin mencekam, hawa dingin menyelimuti desa menambah kesan horor. Sekar yang awalnya demam dan lemas mulai terlihat berangsur-angsur pulih, ia mulai berbicara pada teman-temannya jika mereka harus segera meninggalkan desa itu, jika tidak maka kesialan akan menimpa mereka. Mendengar ucapan Sekar, muncul rasa ketakutan yang begitu dalam di wajah mereka, mereka mulai saling pandang bahkan nampak putus asa karena teman mereka tak kunjung kembali.

Sekar tiba-tiba berteriak dengan keras, ucapannya terdengar tidak jelas, mereka yang disana terlihat panik. Mila mulai memegangi tangan Sekar, Adi bergegas mengambil gawainya untuk menghubungi dukun desa atas rekomendasi pak kades.

Terdengar Sekar menyanyikan sebuah lagu, ”Lingsir wengi sliramu tumeking sirno, ojo tangi nggonmu guling, Awas jo ngetoro, aku lagi bang wingo wingo, Jin setan kang tak utusi, dadyo sebarang, wojo lelayu sebet.”

Sorot mata Sekar terlihat kosong, tiba-tiba ia bangun dari tidurnya dan berjalan menuju halaman rumah, dia terus mengulang-ngulang lagu lingsir wengi tersebut. Teman-teman yang mencoba menghalangi Sekar malah terpental jauh. Melihat kondisi ini, Mila bergegas mengambil gawainya untuk mengabadikan momen itu.

“Kalian telah melakukan kesalahan dengan datang kesini, aku Sulastri yang selama ini melindungi Sekar sudah berupaya menjaga kalian, tapi kalian malah kebablasan. Kedua teman kalian telah melakukan pantangan di desa ini yakni melakukan perzinahan! Keduanya telah bercumbu di gudang kosong dan di dekat sumur keramat. Penghuni disini pasti marah! Terutama perempuan bergaun merah yang datang membawa makanan malam itu! Jika kalian memakannya sampai habis pasti kalian akan mati!” Teriak Sekar dengan wajah penuh amarah kemudian bernyanyi lagi.

Ki Ageng sebagai dukun yang terkuat di desa itu menghentikan langkahnya. Ia tidak berani mendekat karena dalam pandangannya terlihat Sulastri sedang bertarung dengan perempuan bergaun merah yang ingin mengambil jiwa Sekar. Terlihat kedua entitas gaib itu saling baku hantam tanpa ampun.

Tidak terasa jam telah menunjukkan pukul 00.00 WIB, artinya sudah berjam-jam sekar bernyanyi sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya bak penyanyi dan penari yang sedang menampilkan bakatnya di pentas. Teman-temannya hanya bisa menangis dan bingung atas kejadian ini, mereka takut untuk sekedar beranjak dari pijakan mereka. Mereka hanya duduk tersimpuh seperti orang yang sudah dirundung keputusasaan. Namun tidak berlaku dengan Mila, ia malah keasyikan mengabadikan momen itu dengan gawainya.

Berangsur-angsur suara Sekar terdengar pelan, ia pingsan tergelatak tak berdaya. Wajahnya memucat, keringatnya bercucuran. Adi, Joko, Ardan segera mengangkatnya ke dalam kamar. Awalnya Adi mencoba menggendong Sekar namun terasa sangat berat, hal itu disebabkan dengan keberadaan Sulastri yang masih belum pergi dari tubuh Sekar.

Setelah membaringkan Sekar di kamarnya, mereka segera beralih dan menuju ruang tamu untuk berbicara dengan Ki Ageng. Mila bertahan di kamar untuk menemani Sekar, ia sebenarnya kasihan dengan sahabatnya itu namun rasa iri yang begitu besar seolah mengaburkan rasa kemanusiaanya, ia malah terlihat menikmati dan sesekali tertawa. Ia membuat akun f******k kedua untuk menyebarkan kondisi sahabatnya itu. Ia nampak tak lebih bagai manusia bermuka dua, munafik.

“Apa Ki? Kita harus melakukan pencarian malam ini untuk menemukan 2 teman kita, jika tidak maka mereka akan mati?” Ucap Adi sambil mengernyitkan dahinya, dia mengira bahwa besok pagi adalah waktu yang pas untuk mencari kedua temannya, namun ia keliru.

Bab terkait

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 3 Pencarian Susan dan Danan

    Perjalanan malam itu ternyata tidaklah mudah. Mereka kerapkali diganggu dengan penampakan makhluk tak kasat mata. Namun Ki Ageng berpesan agar mereka tetap fokus berjalan dan tidak berhenti meski apapun yang terjadi. Terdengan suara tawa kuntilanak menggema di sepanjang jalan mereka. Bahkan terdengar pula suara gelak tawa anak kecil yang berwujud tuyul yang terlihat asik bermain. Sedangkan di ujung jalan terlihat sekumpulan pocong seolah menghadang mereka. Joko yang penakut hampir pisan melihat gangguan ini namun Adi terus menyemangatinya dengan mengatakan jika takut, sebaiknya pura-pura tidak melihat saja, dan terus membaca doa dalam hati.Setelah menempuh perjalanan yang menghabiskan waktu dua jam dengan jalan kaki, akhirnya rombongan itu tiba di daerah sumur keramat. Ki Ageng segera memimpin ritual yang bertujuan untuk meminta kekuatan pada leluhur kampung yang dianggap memiliki kekuatan agar membantu mereka.Tak lupa Ki Ageng meminta tetesan darah dari tiga pemuda yang masih perja

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 4 Melawan Jin Penunggu Kampung

    Disaat ketiga lelaki itu pergi, tinggal Sekar dan Mila yang berdiam diri di kamar. Mila tentunya tidak bisa tidur dan jam dinding menunjukkan pukul 02.00 dinihari. Ia mulai kepikiran tentang teman-temannya yang tak kunjung datang dan khawatir pula jika Sekar kesurupan lagi. Kemudian ia memutuskan untuk sholat agar perasaanya tenang. Baru rokaat pertama terdengar suara perempuan tertawa menambah kesan ngeri. Bulu kuduknya bergidik namun ia berusaha untuk terus merapalkan doa-doa dengan harapan akan datang pertolongan kepadanya.“Kamu perempuan munafik yang telah meninggalkan temanmu di sumur keramat, bahkan sering menjelekkannya di belakangnya. Padahal dia tulus berteman denganmu,” bisik perempuan itu terdengar pelan namun cukup terdengar di telinga Mila.Mila mulai tidak fokus ia segera mempercepat sholatnya dan berharap suara itu berhenti juga. Namun saat ia menyelesaikan sholat dan menoleh ke arah sahabatnya itu, sekar tidak ada. Ia terkejut dan segera mencarinya di segala sudut rum

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 5 Kedatangan Dosen Muda

    Hari itu mungkin menjadi hari yang paling ditunggu-tunggu oleh semua mahasiswa yang mengikuti kegiatan KKN di desa terkutuk itu. Kabar mereka yang telah mengalami kesulitan telah viral di medsos. Hal ini menjadi landasan bagi otorita kampus untuk menindaklanjuti kegiatan tersebut dengan menghentikan dan mengutus dosen penanggung jawab untuk memantau kondisi sebenarnya.Dosen muda itu tiba di desa X untuk memberikan pertolongan pertama kepada mahasiswanya. Ia merupakan salah satu dosen yang bertanggung jawab atas kegiatan KKN tersebut. Dosen muda itu berperawakan tinggi, berkulit sawo matang dan memiliki senyum manis. Ia memiliki ciri khas senyum menawan yang mampu membuat mahasiswinya terpesona. Ia belum menikah dan berusia sekitar 25 tahun. Ia tiba di desa itu sekitar pukul 14.00 WIB.“Selamat datang Pak Galih, kami senang sekali melihat bapak mengunjungi desa ini. Mohon maaf, kami belum bisa maksimal mengerjakan tugas KKN ini karena banyak peristiwa di luar nalar yang terjadi belaka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 6 Aryo Mengunjungi Sekar

    “Alhamdulillah, akhirnya kita akan segera masuk kota,” ujar Adi penuh semangat. Ia menatap sekeliling memastikan teman-temannya mulai bangun dari tidurnya.Setelah mereka membuang makanan itu, jalan mereka seolah dimudahkan. Perjalanan menjadi lancar tanpa kendali berarti walau sesekali harus singgah untuk mengisi bahan bakar mobil atau mengisi perut mereka yang terasa kosong.Wajah-wajah penuh lelah itu seolah menyiratkan kesedihan dan trauma mendalam. KKN yang seharusnya berlangsung selama dua minggu, hanya dapat terlaksana selama kurang dari satu minggu. Tidak ada yang bisa mereka lakukan disana kecuali berjuang untuk bertahan hidup menghadapi teror dedemit penunggu desa terkutuk itu.Di tengah wajah-wajah penuh luka traumatis itu ternyata ada yang berbeda. Galih sang dosen muda terus menatap Sekar tak henti-hentinya, pikirannya melayang-layang mencoba menerka siapakah perempuan berkebaya hijau itu? Kenapa dia bisa berada di sekitarnya? Pertanyaan-pertanyaan itu terus memberondong

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 7 Sekar (Tidak) Mendua

    Dua minggu telah berlalu sejak kejadian viral KKN itu namun perbincangan di tengah khalayak kampus sepertinya belum juga reda bahkan semakin menjadi-jadi. Kini beredar kabar bahwa Sekar telah mengencani beberapa pria. Entah darimana rumor itu berasal, pembicaraan miring tentang gadis berkhodam itu seolah tidak ada habis. “Kamu tahu nggak, Sekar itu katanya dekat juga lo dengan salah satu dosen kita, dosen muda malah,” bisik perempuan berkerudung hitam itu, bibirnya terlihat komat-kamit seperti mbah dukun baca mantra padahal yang dibicarakan adalah gadis yang duduk didepannya namun sang gadis nampak pura-pura tak mendengarnya. “Iya, aku pernah melihat mereka berduaan aja di ruangan dosen, ngapain coba? Terus aku denger kayak ada pecahan gelas gitu? Apa iya main gila sampai gelas-gelas pada pecah?” sahut perempuan berambut pendek yang duduk disebelahnya sambil cekikikan, seolah ia melihat langsung peristiwa itu. Mereka berdua saling pandang kemudian tertawa pelan, mereka tidak menyad

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 1 KKN di Desa Terpencil

    “Oekkk.. oekkk.. oekkk”. Terdengar suara tangis bayi yang awalnya sayup-sayup menjadi semakin keras. Sekar terkejut dan mencoba mencari sumber suara itu. Ia bergegas mengelilingi rumah yang ukurannya cukup luas. Rumah itu memiliki 4 kamar, dapur, 2 kamar mandi dan ruang tamu yang luas. Mereka akan menginap selama seminggu namun di hari pertama cukup terasa menegangkan. Sekar cukup terganggu dengan suara bayi yang semakin keras itu. Teman-temannya mulai keheranan melihat tingkah laku perempuan berkepang dua itu, namun mereka hanya bisa mengernyitkan dahinya. Penyebabnya karena tak seorangpun yang mendengar suara tangis bayi itu kecuali Sekar. Sekar bergegas membuka pintu masing-masing kamar dengan cepat namun ia tidak menemukan seorangpun disana. Ketika ia hendak membuka kamar terakhir yang terletak di belakang, ia dikejutkan dengan tepukan tangan di bahunya, Sekar menoleh dan terkejut bukan main. Ia melihat lelaki seusia ayahnya berdiri tegak menghadapnya. lelaki itu tersenyum penu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07

Bab terbaru

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 7 Sekar (Tidak) Mendua

    Dua minggu telah berlalu sejak kejadian viral KKN itu namun perbincangan di tengah khalayak kampus sepertinya belum juga reda bahkan semakin menjadi-jadi. Kini beredar kabar bahwa Sekar telah mengencani beberapa pria. Entah darimana rumor itu berasal, pembicaraan miring tentang gadis berkhodam itu seolah tidak ada habis. “Kamu tahu nggak, Sekar itu katanya dekat juga lo dengan salah satu dosen kita, dosen muda malah,” bisik perempuan berkerudung hitam itu, bibirnya terlihat komat-kamit seperti mbah dukun baca mantra padahal yang dibicarakan adalah gadis yang duduk didepannya namun sang gadis nampak pura-pura tak mendengarnya. “Iya, aku pernah melihat mereka berduaan aja di ruangan dosen, ngapain coba? Terus aku denger kayak ada pecahan gelas gitu? Apa iya main gila sampai gelas-gelas pada pecah?” sahut perempuan berambut pendek yang duduk disebelahnya sambil cekikikan, seolah ia melihat langsung peristiwa itu. Mereka berdua saling pandang kemudian tertawa pelan, mereka tidak menyad

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 6 Aryo Mengunjungi Sekar

    “Alhamdulillah, akhirnya kita akan segera masuk kota,” ujar Adi penuh semangat. Ia menatap sekeliling memastikan teman-temannya mulai bangun dari tidurnya.Setelah mereka membuang makanan itu, jalan mereka seolah dimudahkan. Perjalanan menjadi lancar tanpa kendali berarti walau sesekali harus singgah untuk mengisi bahan bakar mobil atau mengisi perut mereka yang terasa kosong.Wajah-wajah penuh lelah itu seolah menyiratkan kesedihan dan trauma mendalam. KKN yang seharusnya berlangsung selama dua minggu, hanya dapat terlaksana selama kurang dari satu minggu. Tidak ada yang bisa mereka lakukan disana kecuali berjuang untuk bertahan hidup menghadapi teror dedemit penunggu desa terkutuk itu.Di tengah wajah-wajah penuh luka traumatis itu ternyata ada yang berbeda. Galih sang dosen muda terus menatap Sekar tak henti-hentinya, pikirannya melayang-layang mencoba menerka siapakah perempuan berkebaya hijau itu? Kenapa dia bisa berada di sekitarnya? Pertanyaan-pertanyaan itu terus memberondong

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 5 Kedatangan Dosen Muda

    Hari itu mungkin menjadi hari yang paling ditunggu-tunggu oleh semua mahasiswa yang mengikuti kegiatan KKN di desa terkutuk itu. Kabar mereka yang telah mengalami kesulitan telah viral di medsos. Hal ini menjadi landasan bagi otorita kampus untuk menindaklanjuti kegiatan tersebut dengan menghentikan dan mengutus dosen penanggung jawab untuk memantau kondisi sebenarnya.Dosen muda itu tiba di desa X untuk memberikan pertolongan pertama kepada mahasiswanya. Ia merupakan salah satu dosen yang bertanggung jawab atas kegiatan KKN tersebut. Dosen muda itu berperawakan tinggi, berkulit sawo matang dan memiliki senyum manis. Ia memiliki ciri khas senyum menawan yang mampu membuat mahasiswinya terpesona. Ia belum menikah dan berusia sekitar 25 tahun. Ia tiba di desa itu sekitar pukul 14.00 WIB.“Selamat datang Pak Galih, kami senang sekali melihat bapak mengunjungi desa ini. Mohon maaf, kami belum bisa maksimal mengerjakan tugas KKN ini karena banyak peristiwa di luar nalar yang terjadi belaka

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 4 Melawan Jin Penunggu Kampung

    Disaat ketiga lelaki itu pergi, tinggal Sekar dan Mila yang berdiam diri di kamar. Mila tentunya tidak bisa tidur dan jam dinding menunjukkan pukul 02.00 dinihari. Ia mulai kepikiran tentang teman-temannya yang tak kunjung datang dan khawatir pula jika Sekar kesurupan lagi. Kemudian ia memutuskan untuk sholat agar perasaanya tenang. Baru rokaat pertama terdengar suara perempuan tertawa menambah kesan ngeri. Bulu kuduknya bergidik namun ia berusaha untuk terus merapalkan doa-doa dengan harapan akan datang pertolongan kepadanya.“Kamu perempuan munafik yang telah meninggalkan temanmu di sumur keramat, bahkan sering menjelekkannya di belakangnya. Padahal dia tulus berteman denganmu,” bisik perempuan itu terdengar pelan namun cukup terdengar di telinga Mila.Mila mulai tidak fokus ia segera mempercepat sholatnya dan berharap suara itu berhenti juga. Namun saat ia menyelesaikan sholat dan menoleh ke arah sahabatnya itu, sekar tidak ada. Ia terkejut dan segera mencarinya di segala sudut rum

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 3 Pencarian Susan dan Danan

    Perjalanan malam itu ternyata tidaklah mudah. Mereka kerapkali diganggu dengan penampakan makhluk tak kasat mata. Namun Ki Ageng berpesan agar mereka tetap fokus berjalan dan tidak berhenti meski apapun yang terjadi. Terdengan suara tawa kuntilanak menggema di sepanjang jalan mereka. Bahkan terdengar pula suara gelak tawa anak kecil yang berwujud tuyul yang terlihat asik bermain. Sedangkan di ujung jalan terlihat sekumpulan pocong seolah menghadang mereka. Joko yang penakut hampir pisan melihat gangguan ini namun Adi terus menyemangatinya dengan mengatakan jika takut, sebaiknya pura-pura tidak melihat saja, dan terus membaca doa dalam hati.Setelah menempuh perjalanan yang menghabiskan waktu dua jam dengan jalan kaki, akhirnya rombongan itu tiba di daerah sumur keramat. Ki Ageng segera memimpin ritual yang bertujuan untuk meminta kekuatan pada leluhur kampung yang dianggap memiliki kekuatan agar membantu mereka.Tak lupa Ki Ageng meminta tetesan darah dari tiga pemuda yang masih perja

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 2 Sekar Kesurupan

    Sekar terperanjat, ia mulai memperhatikan sekitar, kemudian ia menyadari bahwa baru saja ia mengalami mimpi buruk. Mimpi yang terasa nyata baginya. Ia mulai bangkit dari tempat tidurnya, perlahan berjalan menuju kamar mandi untuk melaksanakan sholat shubuh, sambil berharap semua akan baik-baik saja. Sebelum itu Sekar mulai membangunkan Mila yang tidur di sampingnya namun responnya hanya tersenyum lalu melanjutkan tidurnya. Sekar hanya bisa menarik nafas panjang melihat tingkah sahabatnya itu dan bergegas menuju kamar mandi.Di depan kamar mandi terdapat sebuah lemari kuno yang terlihat usang. Di pintu lemari terdapat kaca seukuran badan yang menarik perhatian Sekar. Ia berkaca sebelum ke kamar mandi, terlihat wajahnya sendu, matanya nampak lelah seperti kurang tidur. Ketika sedang asyik bercermin ria, tiba-tiba muncul Pesinden yang ada di mimpinya kala itu. Senyumnya terlihat menyeramkan hingga sekar bergidik, ia merinding melihat pantulan bayangannya di cermin itu. Ketika ia menole

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Bab 1 KKN di Desa Terpencil

    “Oekkk.. oekkk.. oekkk”. Terdengar suara tangis bayi yang awalnya sayup-sayup menjadi semakin keras. Sekar terkejut dan mencoba mencari sumber suara itu. Ia bergegas mengelilingi rumah yang ukurannya cukup luas. Rumah itu memiliki 4 kamar, dapur, 2 kamar mandi dan ruang tamu yang luas. Mereka akan menginap selama seminggu namun di hari pertama cukup terasa menegangkan. Sekar cukup terganggu dengan suara bayi yang semakin keras itu. Teman-temannya mulai keheranan melihat tingkah laku perempuan berkepang dua itu, namun mereka hanya bisa mengernyitkan dahinya. Penyebabnya karena tak seorangpun yang mendengar suara tangis bayi itu kecuali Sekar. Sekar bergegas membuka pintu masing-masing kamar dengan cepat namun ia tidak menemukan seorangpun disana. Ketika ia hendak membuka kamar terakhir yang terletak di belakang, ia dikejutkan dengan tepukan tangan di bahunya, Sekar menoleh dan terkejut bukan main. Ia melihat lelaki seusia ayahnya berdiri tegak menghadapnya. lelaki itu tersenyum penu

DMCA.com Protection Status