Share

Kesurupan

Author: Shilla07
last update Huling Na-update: 2025-01-07 15:42:36

Sekar terperanjat, ia mulai memperhatikan sekitar, kemudian ia menyadari bahwa baru saja ia mengalami mimpi buruk. Mimpi yang terasa nyata baginya. Ia mulai bangkit dari tempat tidurnya, perlahan berjalan menuju kamar mandi untuk melaksanakan sholat shubuh, sambil berharap semua akan baik-baik saja.

Sebelum itu Sekar mulai membangunkan Mila yang tidur di sampingnya namun responnya hanya tersenyum lalu melanjutkan tidurnya. Sekar hanya bisa menarik nafas panjang melihat tingkah sahabatnya itu dan bergegas menuju kamar mandi.

Di depan kamar mandi terdapat sebuah lemari kuno yang terlihat usang. Di pintu lemari terdapat kaca seukuran badan yang menarik perhatian Sekar. Ia berkaca sebelum ke kamar mandi, terlihat wajahnya sendu, matanya nampak lelah seperti kurang tidur.

Ketika sedang asyik bercermin ria, tiba-tiba muncul Pesinden yang ada di mimpinya kala itu. Senyumnya terlihat menyeramkan hingga sekar bergidik, ia merinding melihat pantulan bayangannya di cermin itu. Ketika ia menoleh ke belakang, sosok itu sudah hilang. Ia bergegas menuju kamar mandi, berniat untuk menghindari tatapan menyeramkan yang seolah berasal dari dalam cermin itu.

Pagi itu sinar matahari menyinari bumi dengan begitu indahnya, masyarakat desa mulai beraktivitas seperti biasa. Terlihat sekumpulan petani sedang asyik menanam padi. Sekumpulan anak sekolah sedang riang gembira berjalan menuju sekolahnya. Hanya satu hal yang mengganjal yakni tidak ada perempuan atau laki-laki muda di desa itu.

Sekar dan Mila berjalan beriringan menuju rumah warga, tugas mereka adalah melakukan observasi terkait sejarah desa itu. Mereka memilih untuk menemui pak kades yang jaraknya tidak jauh dari kontrakan mereka, hanya sekitar 30 menit dengan berjalan kaki.

Setibanya di rumah sang kades, mereka dipersilahkan duduk. Rumah itu nampak sepi, tidak terdengar suara anak-anak atau aktivitas yang menunjukkan eksistensi penghuni rumah. Pak kades memanggil istrinya untuk membuatkan mereka minum.

“Permisi pak, kedatangan kami dalam rangka ingin memperoleh informasi terkait sejarah desa ini. Kami membutuhkannya agar kami mengetahui apa yang dibutuhkan warga desa agar KKN dapat dilakukan dengan tepat sasaran,” ucap Sekar memulai pembicaraan itu, dia menatap wajah lelaki tua itu dengan seksama, berharap mendapat jawaban dari pertanyaan yang mengganggunya selama ini.

Mila bertugas mencatat dan merekam setiap perbincangan yang terjadi di ruang tamu itu. Tidak ada rasa antusiasme di wajahnya, ia memang tipe teman yang sering nebeng tugas bahkan kerapkali menyontek jika tugasnya di rasa susah. Kehadirannya disitu semata-mata sebagai syarat kelulusan karena ia sungguh tidak antusias sejak awal.

“Mayoritas pekerjaan penduduk desa adalah petani, kebanyakan kaum muda atau lulusan SMP pergi ke kota untuk mencari nafkah karena dirasa penghasilan di desa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan. Kalian dilarang untuk mendekati area sumur keramat karena sumur itu dilarang didekati pendatang karena tidak punya kesamaan darah dengan penduduk asli.” Jawab Pak Kades dengan wajah seriusnya, ia bahkan menekankan tentang sumur keramat yang tidak boleh di dekati oleh orang pendatang.

Setelah dirasa cukup, Sekar undur diri dari kediaman pak kades. Namun ketika hendak undur diri, ia bertanya tentang keberadaan perempuan bergaun merah yang mengantar makanan mereka kemarin malam. Mendengar pertanyaan tersebut tiba-tiba pak kades berkilah bahwa ia sedang sibuk sehingga belum bisa menjawab pertanyaan itu.

Melihat reaksi yang tak sesuai harapan, mereka memilih untuk mampir ke rumah warga guna melengkapi informasi yang dirasa kurang. Hingga tak terasa jam telah menujukkan pukul 15.00 WIB. Mereka bergegas menuju arah pulang untuk segera melaksanakan sholat ashar.

Mereka berdua berjalan pulang secara beriringan, langkah kaki menunjukkan keragu-raguan karena mereka merasa berjalan terlalu jauh. Sekar melihat waktu di gawainya yang telah menunjukkan pukul 17.00 WIB tidak terasa mereka berjalan sudah hampir 2 jam, padahal seharusnya cukup 30 menit.

Terlihat sumur tua di depan mereka. Mila yang antusias langsung berlari mendekatinya dan berselfie ria. Tanpa sengaja ia menginjak dan merusak sesajen di dekat sumur itu hingga berantakan, Sekar yang melihat itu reflek merapikannya sehingga tak berceceran, namun tangannya terasa panas. Ia menoleh ke sekitar dan Mila sudah tidak ada.

Mila melihat Joko dan Ardan berjalan beriringan, seolah melupakan kebersamaanya dengan Sekar, ia bergegas mengejar teman lelakinya itu. Ia bahkan memanggil mereka berkali-kali.

Tak terasa waktu menunjukkan maghrib. Sekar baru saja tiba di kontrakan. Terlihat teman mereka mulai khawatir karena terlihat Susan dan Danan belum juga kembali.

“Kamu darimana Sekar? Kita dari tadi khawatir nyariin kamu? Kamu nyasar?” tanya Adi si ketua kelompok, ia jelas bertanya-tanya mengapa Sekar pulang telat karena mereka telah sepakat jika sebelum waktu ashar mereka harus tiba di kontrakan itu.

“Iya, aku tadi nyasar bareng Mila, kita tadi sempat ke sumur keramat tapi tiba-tiba Mila ngilang, karena aku khawatir aku coba mencarinya, apa sudah pulang?” Ekspresi Sekar terlihat lelah, namun ia masih peduli dengan temannya itu, baginya keselamatan Mila seperti tanggung jawabnya karena mereka telah pergi bersama.

“Dia sudah datang pukul 16.00 WIB, saat aku tanya tentang kamu katanya dia tidak tahu karena kalian terpisah saat perjalanan pulang dari rumah warga dan dia tidak bercerita tentang sumur keramat,” jawab Adi seolah kebingungan, ia merasa ada perbedaan cerita antara Sekar dan Mila, namun siapa yang berbohong?

Suasana semakin mencekam, mereka mulai berpikir untuk mencari Susan dan Danan, apakah mereka nyasar? Diculik demit? Atau bertemu orang jahat? Pikiran-pikiran mereka penuh dengan kegelisahan tak berkesudahan.

Tak terasa sudah 4 hari mereka mendiami desa itu. Tidak pernah terjadi lagi hal-hal aneh namun kedua teman mereka telah hilang selama 3 hari. Mereka sudah melaporkan kejadian ini pada kades dan tokoh adat serta warga agar dibantu menemukan kedua mahasiswa yang menghilang itu.

Sore itu suasana terasa semakin mencekam, hawa dingin menyelimuti desa menambah kesan horor. Sekar yang awalnya demam dan lemas mulai terlihat berangsur-angsur pulih, ia mulai berbicara pada teman-temannya jika mereka harus segera meninggalkan desa itu, jika tidak maka kesialan akan menimpa mereka. Mendengar ucapan Sekar, muncul rasa ketakutan yang begitu dalam di wajah mereka, mereka mulai saling pandang bahkan nampak putus asa karena teman mereka tak kunjung kembali.

Sekar tiba-tiba berteriak dengan keras, ucapannya terdengar tidak jelas, mereka yang disana terlihat panik. Mila mulai memegangi tangan Sekar, Adi bergegas mengambil gawainya untuk menghubungi dukun desa atas rekomendasi pak kades.

Terdengar Sekar menyanyikan sebuah lagu, ”Lingsir wengi sliramu tumeking sirno, ojo tangi nggonmu guling, Awas jo ngetoro, aku lagi bang wingo wingo, Jin setan kang tak utusi, dadyo sebarang, wojo lelayu sebet.”

Sorot mata Sekar terlihat kosong, tiba-tiba ia bangun dari tidurnya dan berjalan menuju halaman rumah, dia terus mengulang-ngulang lagu lingsir wengi tersebut. Teman-teman yang mencoba menghalangi Sekar malah terpental jauh. Melihat kondisi ini, Mila bergegas mengambil gawainya untuk mengabadikan momen itu.

“Kalian telah melakukan kesalahan dengan datang kesini, aku Sulastri yang selama ini melindungi Sekar sudah berupaya menjaga kalian, tapi kalian malah kebablasan. Kedua teman kalian telah melakukan pantangan di desa ini yakni melakukan perzinahan! Keduanya telah bercumbu di gudang kosong dan di dekat sumur keramat. Penghuni disini pasti marah! Terutama perempuan bergaun merah yang datang membawa makanan malam itu! Jika kalian memakannya sampai habis pasti kalian akan mati!” Teriak Sekar dengan wajah penuh amarah kemudian bernyanyi lagi.

Ki Ageng sebagai dukun yang terkuat di desa itu menghentikan langkahnya. Ia tidak berani mendekat karena dalam pandangannya terlihat Sulastri sedang bertarung dengan perempuan bergaun merah yang ingin mengambil jiwa Sekar. Terlihat kedua entitas gaib itu saling baku hantam tanpa ampun.

Tidak terasa jam telah menunjukkan pukul 00.00 WIB, artinya sudah berjam-jam sekar bernyanyi sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya bak penyanyi dan penari yang sedang menampilkan bakatnya di pentas. Teman-temannya hanya bisa menangis dan bingung atas kejadian ini, mereka takut untuk sekedar beranjak dari pijakan mereka. Mereka hanya duduk tersimpuh seperti orang yang sudah dirundung keputusasaan. Namun tidak berlaku dengan Mila, ia malah keasyikan mengabadikan momen itu dengan gawainya.

Berangsur-angsur suara Sekar terdengar pelan, ia pingsan tergelatak tak berdaya. Wajahnya memucat, keringatnya bercucuran. Adi, Joko, Ardan segera mengangkatnya ke dalam kamar. Awalnya Adi mencoba menggendong Sekar namun terasa sangat berat, hal itu disebabkan dengan keberadaan Sulastri yang masih belum pergi dari tubuh Sekar.

Setelah membaringkan Sekar di kamarnya, mereka segera beralih dan menuju ruang tamu untuk berbicara dengan Ki Ageng. Mila bertahan di kamar untuk menemani Sekar, ia sebenarnya kasihan dengan sahabatnya itu namun rasa iri yang begitu besar seolah mengaburkan rasa kemanusiaanya, ia malah terlihat menikmati dan sesekali tertawa. Ia membuat akun f******k kedua untuk menyebarkan kondisi sahabatnya itu. Ia nampak tak lebih bagai manusia bermuka dua, munafik.

“Apa Ki? Kita harus melakukan pencarian malam ini untuk menemukan 2 teman kita, jika tidak maka mereka akan mati?” Ucap Adi sambil mengernyitkan dahinya, dia mengira bahwa besok pagi adalah waktu yang pas untuk mencari kedua temannya, namun ia keliru.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Pencarian

    Perjalanan malam itu ternyata tidaklah mudah. Mereka kerapkali diganggu dengan penampakan makhluk tak kasat mata. Namun Ki Ageng berpesan agar mereka tetap fokus berjalan dan tidak berhenti meski apapun yang terjadi. Terdengan suara tawa kuntilanak menggema di sepanjang jalan mereka. Bahkan terdengar pula suara gelak tawa anak kecil yang berwujud tuyul yang terlihat asik bermain. Sedangkan di ujung jalan terlihat sekumpulan pocong seolah menghadang mereka. Joko yang penakut hampir pisan melihat gangguan ini namun Adi terus menyemangatinya dengan mengatakan jika takut, sebaiknya pura-pura tidak melihat saja, dan terus membaca doa dalam hati. Setelah menempuh perjalanan yang menghabiskan waktu dua jam dengan jalan kaki, akhirnya rombongan itu tiba di daerah sumur keramat. Ki Ageng segera memimpin ritual yang bertujuan untuk meminta kekuatan pada leluhur kampung yang dianggap memiliki kekuatan agar membantu mereka. Tak lupa Ki Ageng meminta tetesan darah dari tiga pemuda yang masih pe

    Huling Na-update : 2025-01-07
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Pertempuran Gaib

    Disaat ketiga lelaki itu pergi, tinggal Sekar dan Mila yang berdiam diri di kamar. Mila tentunya tidak bisa tidur dan jam dinding menunjukkan pukul 02.00 dinihari. Ia mulai kepikiran tentang teman-temannya yang tak kunjung datang dan khawatir pula jika Sekar kesurupan lagi. Kemudian ia memutuskan untuk sholat agar perasaanya tenang. Baru rokaat pertama terdengar suara perempuan tertawa menambah kesan ngeri. Bulu kuduknya bergidik namun ia berusaha untuk terus merapalkan doa-doa dengan harapan akan datang pertolongan kepadanya. “Kamu perempuan munafik yang telah meninggalkan temanmu di sumur keramat, bahkan sering menjelekkannya di belakangnya. Padahal dia tulus berteman denganmu,” bisik perempuan itu terdengar pelan namun cukup terdengar di telinga Mila. Mila mulai tidak fokus ia segera mempercepat sholatnya dan berharap suara itu berhenti juga. Namun saat ia menyelesaikan sholat dan menoleh ke arah sahabatnya itu, sekar tidak ada. Ia terkejut dan segera mencarinya di segala sudut

    Huling Na-update : 2025-01-07
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Dosen Muda

    Hari itu mungkin menjadi hari yang paling ditunggu-tunggu oleh semua mahasiswa yang mengikuti kegiatan KKN di desa terkutuk itu. Kabar mereka yang telah mengalami kesulitan telah viral di medsos. Hal ini menjadi landasan bagi otorita kampus untuk menindaklanjuti kegiatan tersebut dengan menghentikan dan mengutus dosen penanggung jawab untuk memantau kondisi sebenarnya. Dosen muda itu tiba di desa X untuk memberikan pertolongan pertama kepada mahasiswanya. Ia merupakan salah satu dosen yang bertanggung jawab atas kegiatan KKN tersebut. Dosen muda itu berperawakan tinggi, berkulit sawo matang dan memiliki senyum manis. Ia memiliki ciri khas senyum menawan yang mampu membuat mahasiswinya terpesona. Ia belum menikah dan berusia sekitar 25 tahun. Ia tiba di desa itu sekitar pukul 14.00 WIB. “Selamat datang Pak Galih, kami senang sekali melihat bapak mengunjungi desa ini. Mohon maaf, kami belum bisa maksimal mengerjakan tugas KKN ini karena banyak peristiwa di luar nalar yang terjadi bel

    Huling Na-update : 2025-01-07
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Kedatangan Pacar

    “Alhamdulillah, akhirnya kita akan segera masuk kota,” ujar Adi penuh semangat. Ia menatap sekeliling memastikan teman-temannya mulai bangun dari tidurnya. Setelah mereka membuang makanan itu, jalan mereka seolah dimudahkan. Perjalanan menjadi lancar tanpa kendali berarti walau sesekali harus singgah untuk mengisi bahan bakar mobil atau mengisi perut mereka yang terasa kosong. Wajah-wajah penuh lelah itu seolah menyiratkan kesedihan dan trauma mendalam. KKN yang seharusnya berlangsung selama dua minggu, hanya dapat terlaksana selama kurang dari satu minggu. Tidak ada yang bisa mereka lakukan disana kecuali berjuang untuk bertahan hidup menghadapi teror dedemit penunggu desa terkutuk itu. Di tengah wajah-wajah penuh luka traumatis itu ternyata ada yang berbeda. Galih sang dosen muda terus menatap Sekar tak henti-hentinya, pikirannya melayang-layang mencoba menerka siapakah perempuan berkebaya hijau itu? Kenapa dia bisa berada di sekitarnya? Pertanyaan-pertanyaan itu terus memberondon

    Huling Na-update : 2025-01-09
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Cinta Sesaat

    Dua minggu telah berlalu sejak kejadian viral KKN itu namun perbincangan di tengah khalayak kampus sepertinya belum juga reda bahkan semakin menjadi-jadi. Kini beredar kabar bahwa Sekar telah mengencani beberapa pria. Entah darimana rumor itu berasal, pembicaraan miring tentang gadis berkhodam itu seolah tidak ada habis. “Kamu tahu nggak, Sekar itu katanya dekat juga lo dengan salah satu dosen kita, dosen muda malah,” bisik perempuan berkerudung hitam itu, bibirnya terlihat komat-kamit seperti mbah dukun baca mantra padahal yang dibicarakan adalah gadis yang duduk didepannya namun sang gadis nampak pura-pura tak mendengarnya. “Iya, aku pernah melihat mereka berduaan aja di ruangan dosen, ngapain coba? Terus aku denger kayak ada pecahan gelas gitu? Apa iya main gila sampai gelas-gelas pada pecah?” sahut perempuan berambut pendek yang duduk disebelahnya sambil cekikikan, seolah ia melihat langsung peristiwa itu. Mereka berdua saling pandang kemudian tertawa pelan, mereka tidak meny

    Huling Na-update : 2025-01-09
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Rukyah

    Masih dalam pergumulan asmara yang kian membara terlihat seorang lelaki tampan berupaya menuntaskan permainannya malam itu, sang gadis seolah pasrah dan sangat menikmatinya. Namun diluar prediksi, tiba-tiba sang gadis berteriak dan mendorong lelaki itu hingga ia jatuh seolah terpental. Entah darimana sang gadis memiliki kekuatan sebesar itu. Ia mulai menyadari kesalahannya dan bergegas memakai pakaiannya. Tak lupa ia mengemasi barang-barangnya dan pergi dari villa itu. Gadis itu berjalan seorang diri seolah meratapi nasibnya. Ia merasa apa yang dilakukan salah dan hampir melampaui batas. Ia masih mendengar suara sinden yang terkesan terus menerus memakinya. Sinden itu nampak murka, ia kesal karena gadis itu tidak terjerumus dalam permainan cinta penuh hasrat lelaki tampan selingkuhannya. Padahal Sinden itulah yang selama ini terus berbisik pada Sekar agar dia menerima cinta dari Aldo. Aldo adalah lelaki yang sering gonta-ganti pasangan, sebagai vokalis band yang cukup tampan dan te

    Huling Na-update : 2025-01-10
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Dialog

    Pasca kejadian di Villa, Pengaruh Sulastri terlihat mulai memudar. Hal itu disebabkan oleh niat dan upaya Sekar untuk terus mendekatkan diri kepada Tuhan. Sekar mulai rutin beribadah seperti sholat, mengaji dan mengikuti kajian-kajian keagamaan. Melihat Sekar yang mulai menjaga jarak dengannya, khodam itu terlihat tak berdaya dah hanya mampu mengamati dari jauh. Sekar mulai sibuk mencari penghasilan sampingan, ia mendapat kabar jika orang tuanya belum bisa mengirimkan uang karena upah mereka tidak seberapa akibat cuaca buruk yang mengakibatkan gagal panen. Berbekal relasi yang dimiliki, Sekar akhirnya bekerja di sebuah warung makan yang menjual masakan khas jogja. Di tengah kesibukan bekerja, Sekar yang baru saja bekerja tiba-tiba seringkali terganggu oleh hal-hal gaib. Mulai dari piring yang tiba-tiba pecah, air kamar mandi yang terus menyala padahal tidak ada orang di dalam, hingga terdengar suara samar-samar yang memanggil namanya. Teror itu tidak hanya berlaku baginya namun

    Huling Na-update : 2025-01-11
  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Perjanjian Leluhur

    “Aku lebih cantik daripada gadis itu, kenapa dia lebih banyak dilirik kaum laki-laki daripada aku?” Desis Ningrum. Seorang Pesinden yang tengah dipuncak kariernya. Ia seringkali mendapat panggilan sebagai penyanyi di acara hajatan kampung atau acara pagelaran seni yang melibatkan grup pewayangan. Namun pesonanya seolah sirna saat ia mulai menikah dan memiliki anak. Ningrum kerapkali pulang ke rumah dengan wajah penuh kekesalan, sang suami selalu menghiburnya dengan kata-kata manis agar sang istri tak lagi bersedih. Namun lama kelamaan ucapan sang suami ibarat hiburan bagi anak kecil yang sia sia baginya. Ia semakin kesal hingga bersitegang dengan suaminya. “Sudahlah mas, kamu itu tidak tahu tadi saat manggung, penonton itu selalu melirik ke arah Si Sari! Padahal dia masih baru dan suara juga pas-pasan!” Tegas Ningrum seolah tak segan mulai membantah perkataan sang suami. “Ning, kamu itu sudah menikah, dan punya anak kecil. Lebih baik kamu berhenti dululah jadi pesinden. Fokus me

    Huling Na-update : 2025-01-12

Pinakabagong kabanata

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Rahasia Keluarga Galih (6)

    Pov Sekar Tidak terasa aku telah seminggu berada di rumah Galih. Sulastri tak pernah muncul semenjak pertengkaran kami. Tidak ada luka serius dalam tubuhku hanya saja rasanya susah sekali untuk sekedar menggerakkan badan. Aku tersadar dua hari kemudian pasca kecelakaan tunggal, itulah yang kudengar dari anggota keluarga Galih. Hari ketiga aku mulai bisa membuka mataku, yang tentu disambut gegap gempita oleh anggota keluarga ini terutama sang ayah. Aku bisa melihat senyuman manis di wajahnya yang mengingatkanku pada Galih, orang yang telah tiada tapi jiwanya seolah tetap berada di sisiku. Hari selanjutnya, aku mulai bisa menggerakkan tubuhku hingga kini tepat seminggu, aku telah duduk di meja makan ini, bersama keluarga Galih. "Bagaimana kondisimu Sekar? Apa perlu kita ke kota untuk mencari dokter terbaik? Selama ini kami hanya bisa memanggil bidan desa untuk memeriksa kondisimu?" tanya Ayah Galih yang perhatian padaku seperti biasanya. "Aku baik-baik saja Pak, terima kasih s

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Rahasia Keluarga Galih (5)

    Pov Sekar Aku merasakan sakit di sekujur tubuhku. Meski aku dapat merasakan kasur empuk telah menopang tubuhku yang mati rasa. Perlahan aku mulai membuka mata meski terasa berat. Samar-samar aku mendengar percakapan dua pria yang berada di dekatku. "Bagaimana kondisinya, apakah dia baik-baik saja? Warga menemukannya pingsan di jalanan dekat pabrik terbengkalai. Dia seperti mengalami kecelakaan tunggal dengan menabrak pohon besar yang berada di pinggir jalan dekat pabrik tua itu," ujar pria dengan suara beratnya. "Dia baik-baik saja, hanya sedikit luka di bagian kepala akibat benturan kepala, mungkin dia hanya kelelahan," sahut pria lain. "Jika baik-baik saja mengapa tak kunjung sadarkan diri sejak kemarin? Dia sudah pingsan selama dua hari!" Aku terkejut mendengar pernyataan pria dengan suara berat itu, sepertinya aku mengenal suaranya! Tidak salah lagi, dia adalah Ayah Galih! lalu dengan siapa ia berbicara? Aku yang sebenarnya mulai perlahan tersadar dari pingsanku, mencoba unt

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Rahasia Keluarga Galih (4)

    POV Sekar "Maaf, Mbak tahu dari mana info bahwa saya adalah istri Galih?" tanyaku penasaran. "Pak Kades kemarin memberitahukan pada kami jika istri Mas Galih yang akan membantu kami melakukan pencarian orang-orang hilang," jawab wanita muda itu. Aku kasihan melihatnya, wanita muda tengah menggendong seorang bayi yang terlelap beserta kedua anak laki-laki yang bermain di sekitar halaman. Aku rasa tidak ada salahnya mengikuti permainan Pak Kades atau Ayah Galih. Status palsuku sebagai Istri Galih tentu akan memudahkanku menyelidiki atas hilangnya beberapa pemuda desa. "Tolong Mbak ceritakan padaku, kronologi kejadian tentang hilangnya suami Mbak?" tanyaku. "Waktu itu, kami sekeluarga menghadiri hajatan yang diselenggarakan oleh pak kades. Menjelang tengah malam, suamiku berkata padaku jika ia berniat kembali untuk begadang bersama teman-temannya, aku yang sudah lelah hanya menganggukkan kepala lalu lanjut tidur dan keesokan harinya hingga saat ini, ia tak pernah kembali," sahu

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Rahasia Keluarga Galih (3)

    Pov Sekar Arum Tok... Tok... Tok. Aku mendengar ketukan pintu yang begitu keras hingga membangunkanku dari tidur lelapku. Perlahan aku membuka mata, mengamati sekitarku yang terasa begitu dingin. Mungkin hujan semalam membuat hawa di desa ini semakin membuat tubuhku menggigil. Perlahan aku bangkit dari ranjang milik pacarku, Galih. Tatapanku terpaku pada setangkai mawar yang tergeletak di samping ranjangku, apakah benar ini dari Galih? Mawar itu masih basah, seperti baru saja diambil dari kebunnya. Aku mencoba membuka pintu, melihat siapa yang mengetuk pintu di pagi buta ini. Ku lirik jam di dinding masih pukul 5 pagi. Pintu perlahan terbuka dan aku celingukan melihat siapa yang berada di balik pintu tapi nihil, tidak ada seorangpun di sana. Mungkin aku salah dengar, itulah yang kupikirkan lalu kututup pintu kembali. Tiba-tiba terdengar suara dari belakangku, "Sekar, jika kamu terus berada di sini, kamu akan mati!" bisiknya seperti memperingatkanku. Saat aku menoleh ke arah sua

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Rahasia Keluarga Galih (2)

    Pov Sekar Aku terkejut mendengar perkataan Ayah Galih tentang kemampuanku menemukan orang hilang hanya berdasarkan pada penglihatanku atas arwah Galih. Apa yang sebenarnya terjadi dalam keluarga ini? "Sekar, aku sangat berterima kasih atas kesediaanmu membantu keluarga kami untuk menemukan beberapa warga yang hilang selama kurang lebih tiga bulan ini," ujar Ayah Galih membuka percakapan di meja makan yang makanannya tidak hangat lagi. Aku menghentikan makanku untuk sekedar mendengarkan keluh kesah pria yang sangat Galih hormati. "Awal mulanya bagaimana Pak? Apakah sudah melapor pada polisi?" tanyaku mencoba berempati atas kegelisahan yang terpancar dari wajahnya. "Aku masih ingat saat kami mengadakan hajatan desa dalam bentuk rasa syukur kami atas panen berlimpah. Semua orang hadir untuk memeriahkan acara yang digelar sampai tengah malam. Aku masih ingat ada beberapa pria yang memilih untuk bertahan karena mereka ingin begadang, sekitar lima orang," ungkap Ayah Galih sambil mena

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Rahasia Keluarga Galih (1)

    POV Sekar "Masuklah, anggap rumah sendiri," ujar Ayah Galih sambil tersenyum padaku, lalu kubalas dengan senyum ramah pula. Aku memutuskan untuk mengiyakan permintaan pacarku karena rasa bersalah yang begitu besar padanya. Aku mengkhianatinya dengan bercinta dengan rekan kerjaku tapi ia justru tetap mencintaiku sampai akhir. Warisan yang diberikan padaku menunjukkan bahwa perasaanya tidak main-main. Aku bisa merasakan tatapan tidak suka dari kedua perempuan ini, ibu dan kakak perempuannya. Sebuah tatapan yang bermakna rasa tidak suka seolah aku adalah seseorang yang akan membahayakan mereka. Aku tidak menyangka bahwa Galih adalah seorang putra yang terlahir di keluarga kaya raya di sebuah desa yang terbilang maju. Keberadaan transportasi yang berlalu-lalang serta adanya minimarket membuatku yakin bahwa perekonomian desa ini lebih maju daripada desaku sendiri. Mereka memberiku kamar Galih sebagai tempatku beristirahat. Aku takjub melihat kamar yang begitu rapi dan wangi, sert

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Akhir Kisah Galih (3)

    "Nak, apa kamu yakin pergi bersama keluarga dosen itu? Ibu khawatir akan terjadi hal buruk padamu," tanya Surti kembali memastikan keputusan anaknya. Sekar terdiam sejenak, menatap ibunya dengan tatapan penuh keyakinan meski air matanya belum mengering. Ia menghentikan aktivitasnya yang tengah sibuk memasukkan pakaian ke dalam tasnya. "Bu, aku sudah banyak melewati kesulitan hidup, hampir mati berkali-kali tapi untungnya, aku masih bisa bertemu ibu saat ini. Anggap saja sudah saatnya aku membalas budi Mas Galih, orang yang selama ini telah menolongku," sahut Sekar sambil memegang tangan ibunya, seolah meminta restu. Surti tak bisa lagi menahan keinginan anaknya, meski dalam hati rasanya berat. Ia mencoba mengikhlaskan kepergian anaknya dan berharap sang anak dapat pulang dengan selamat. "Mbak, tolong hubungi aku jika butuh bantuan, aku dan Mas Aryo akan siap membantu," ujar Seno, adik laki-lakinya yang selama ini selalu mengkhawatirkan kakaknya. "Kamu nggak perlu khawatir, c

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Akhir Kisah Galih (2)

    "Bu, tenanglah! Kita ke sini ingin menyampaikan amanat terakhir anak kita agar dia bisa tenang di alam sana, bukan malah membuat keributan seperti ini!" bentak Ayah Galih mencoba menenangkan istrinya yang justru melabrak Sekar. "Pak! Gara-gara menolong gadis ini, anak kita mati Pak! Apa kamu nggak paham perasaanku?" teriak Ibu Galih yang masih berduka, ia memperoleh informasi dari Rika jika ritual itu gagal karena Galih hendak menyelamatkan Sekar dengan mengorbankan dirinya sendiri. "Kalian jika ingin menyakiti anakku, pergilah! Jangan buat kekacauan di rumahku!" bentak Surti yang geram melihat tindakan semena-mena tamu tak di undang itu. "Bu, Maafkan kami, ijinkan saya meminta maaf pada kalian atas nama keluarga saya. Tujuan kami datang ke mari hanya untuk memberikan sebuah surat wasiat dari anak kami, Galih," ujar Ayah Galih dengan wajah penuh kesedihan, menyesal karena tidak bisa menyelamatkan anaknya. Ibu Galih nyaris pingsan, tubuhnya semakin lemah. Dengan kebesaran hati Surt

  • Perempuan Berkhodam Pesinden   Akhir Kisah Galih

    "Dok, bagaimana kondisi tunangan saya?" tanya Rika yang cemas dengan kondisi pacarnya yang masih kritis dan belum menunjukkan perubahan lebih baik. "Berdasarkan observasi yang sudah kita lakukan, belum ada tanda-tanda kondisi pasien membaik, hanya keajaiban yang bisa menyelamatkannya," sahut dokter yang membuat semua orang yang berada di sana semakin sedih. "Dok, lakukan sesuatu! Aku tidak ingin kehilangan anak lelakiku satu-satunya!" teriak Ibu Galih yang baru tiba di rumah sakit, bersama dengan anak perempuan dan suaminya. "Bu, tenanglah, ini rumah sakit jangan berbuat keributan," ujar Ayah Galih yang mencoba menenangkan istrinya. Tiba-tiba beberapa polisi mendatangi rumah sakit, mereka hendak menangkap Rika atas tuduhan dalang dari menghilangnya orang-orang di pabrik garmen dan kematian para pekerja yang dinilai janggal oleh keluarga. Rika nampak pasrah saat di gelandang ke kantor polisi. Ibu Galih yang mendengar alasan penangkapan, mendadak pingsan sebab shock saat menge

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status