Julian tidak menyangka bahwa dia akan bertemu dengan Justin di tempat ini. Kemudian, dia melihat seragam yang dikenakan Justin yang menandakan bahwa Justin adalah pelayan di restoran ini.Adegan malam itu, saat Justin hendak berciuman dengan Winnie, muncul dalam benak Julian, sehingga tatapan Julian menjadi makin dingin."Kenapa kamu ada di sini?" tanya Julian dengan dingin.Justin membalas tatapan Julian, lalu melirik sekilas ke Chelsea yang datang dengannya.Chelsea seketika tersentak. Dalam waktu 3,5 tahun, ini pertama kalinya mereka bertemu lagi.Jantung Chelsea berdebar dengan kencang, matanya juga berkedut.Namun, Justin mengalihkan tatapannya, seakan-akan dia tidak mengenali Chelsea. "Tadi, pria di dalam sana menaruh obat di jus buah untuk Nona Winnie. Aku kebetulan melihatnya, jadi aku menggantikan segelas jus yang baru untuk Nona Winnie. Tapi, dia sudah meminum jus yang sebelumnya. Aku khawatir dia terkena masalah, jadi aku berjaga di sini."Mendengar ucapan Justin, Julian lan
Namun, Winnie tiba-tiba mengayunkan tangannya, sehingga pecahan kaca itu menggores jari tangan pria itu. Darah pun seketika menetes dari ujung jarinya.Melihat kejadian ini, Chelsea menerjang ke depan sambil berseru, "Winnie, kamu sudah gila, ya?! Kak Julian sudah datang menyelamatkanmu dengan baik hati, tapi kamu malah nggak tahu berterima kasih!"Winnie malah teringat akan ucapan Dylan sebelumnya. "Jangan-jangan Bu Winnie kira tangan Bu Yenny bisa kebetulan kena luka bakar, ya? Jujur saja, hari ini, kamu bisa datang karena instruksi Pak Julian!" kata Dylan.Winnie membuang pecahan kaca di tangannya dan memegang dinding dengan kedua tangannya untuk berdiri. Dia menatap Julian sambil berkata, "Kamu ingin sekali melihat istrimu yang belum bercerai denganmu ini naik ke ranjang pria lain, ya?"Julian seketika berdiri sambil mengernyit dan berkata, "Omong kosong apa itu? Bukankah aku datang menyelamatkanmu?"Winnie tertawa dengan sinis, lalu melirik sekilas ke Chelsea yang berada di belaka
Tatapan Julian sangat gelap. Dia menatap Justin dengan tatapan dingin dan memasukkan Winnie ke jok penumpang mobil, lalu memasangkan sabuk pengaman untuk Winnie.Dia berjalan mengitari mobil itu, lalu duduk di jok pengemudi. Baru saja dia memasang sabuk pengaman dan menyalakan mesin mobil, Chelsea berlari ke samping mobil ini dan mengetuk jendela mobil."Kak Julian!"Julian menurunkan jendela mobil dan berkata, "Charles akan mengantarkanmu kembali ke rumah sakit.""Nggak mau!" Chelsea menempel di jendela mobil. Dengan tatapan sedih, dia berkata, "Kak Julian, bisakah kamu mengantarkanku kembali?"Pada saat ini, kening Winnie yang duduk di jok penumpang mobil sudah bercucuran keringat. Dia menarik sabuk pengamannya untuk melepasnya, tetapi tangannya ditahan oleh Julian. "Yang patuh!" seru Julian.Winnie merasa bahwa tulang dan otot di seluruh tubuhnya seperti digerogoti oleh ribuan semut. Dia menjulurkan lehernya yang putih sambil melepaskan sisa kancing kemejanya.Kulitnya yang seputih
Setelah beberapa kali percobaan, Julian melirik sekilas ke kaca spion, lalu berpindah jalur dan menghentikan mobil ini di pinggir jalan yang tidak berorang.Dia melepaskan sabuk pengamannya, lalu mengulurkan tangannya dan menarik Winnie untuk duduk di pangkuannya. Dia memegang pinggang Winnie yang ramping erat-erat dengan kedua tangannya.Kemeja Winnie terbuka, sehingga tubuhnya terekspos di depan mata Julian.Winnie meletakkan tangannya di dada Julian, membuat belahan dadanya terlihat makin jelas.Pemandangan yang menggoda ini dan rok pendek Winnie yang tertumpuk di pinggangnya membuat Julian tidak bisa mengalihkan tatapannya dari godaan ini.Ada banyak sekali wanita dengan tubuh bagus yang berinisiatif untuk menyerahkan tubuh mereka pada Julian, ada juga yang tubuhnya bahkan lebih bagus daripada Winnie, tetapi Julian tidak memiliki perasaan apa pun pada mereka.Hanya Winnie yang bisa menggodanya dengan mudah dan membuatnya merasakan perasaan aneh ini.Melihat pria ini terus menelan l
Melihat Chelsea berlari menghampirinya dan mengetuk jendela mobil, Julian mengerutkan bibirnya.Kaca film mobil ini sangat gelap, sehingga Chelsea sama sekali tidak bisa melihat ke dalam mobil dengan jelas. Dia pun menempel di jendela mobil sambil bertanya, "Kak Julian, kenapa kamu nggak turun dari mobil?"Julian menoleh dan melihat sekilas ke Winnie yang terbaring di jok belakang mobil, lalu menurunkan jendela mobilnya sedikit. "Kenapa kamu nggak kembali ke rumah sakit?"Chelsea memonyongkan bibirnya dan berkata, "Aku mengkhawatirkan kondisi Kak Winnie. Hanya saja, saat aku pulang, aku nggak melihat kalian. Aku menghubungimu, tapi ponselmu dalam keadaan mati."Dia melihat ke dalam mobil melalui celah jendela itu, tetapi dia tidak melihat sosok Winnie. "Kak Winnie nggak ada di dalam mobil, ya?""Kamu naik saja dulu," kata Julian dengan nada bicara yang tidak menerima penolakan.Saat Chelsea mencium bau rokok yang bercampur dengan bau aneh lainnya dari dalam mobil, kepalanya berdengung
"Kamu sudah minum obat pereda demam. Kenapa? Masih demam, ya?" tanya Julian sambil mengulurkan tangannya untuk menyentuh keningnya Winnie.Tanpa disadari, Winnie mundur selangkah sambil berkata, "Aku mau beli pil KB."Melihat Winnie menghindarinya, Julian tersenyum dengan sinis dan berkata, "Semalam, saat kamu memohon padaku, kamulah yang berinisiatif untuk mendekatiku."Saat Winnie teringat akan kejadian di dalam mobil, wajahnya seketika terasa panas. "Nggak."Julian sangat puas dengan tubuhnya Winnie. Dia berjalan maju selangkah dan berkata, "Winnie, kalau kamu memerlukanku, kamu bisa mencariku kapan pun itu."Winnie melihat Chelsea yang berdiri di depan pintu kamar. Tali di sebelah bahunya terjatuh, membuatnya terlihat seakan-akan dia baru bersenang-senang.Tatapan Winnie menjadi dingin. "Julian, kamu tahu jenis anjing pudel, nggak?"Julian merasa bahwa Winnie sedang mengejek dirinya. "Apa maksudmu?"Winnie hanya tertawa dengan santai, lalu menabrak bahu pria ini dan berjalan turun
Di kafe di sebelah rumah sakit.Winnie dan Justin duduk berhadapan.Winnie meminum seteguk kopi yang pahit dan bertanya, "Berapa banyak pekerjaan yang sedang kamu lakukan?"Justin merasa agak gugup. Dia menyesap seteguk air lemon dan menjawab, "Empat. Dari jam delapan hingga 11, aku bekerja di restoran cepat saji. Dari jam satu hingga tiga siang, aku bekerja di cafe, lalu jam 4.30 hingga jam tujuh di restoran dan mulai kerja di bar dari pukul 7.40 malam.""Kamu nggak kuliah?" tanya Winnie.Justin menggeleng dan menjawab dengan tidak berdaya, "Pada tahun kedua, aku ambil cuti kuliah. Aku memerlukan uang untuk pengobatan ibuku. Aku ingin donor ginjal, tapi ginjalku nggak cocok dengan ginjal ibuku, jadi aku memerlukan banyak uang."Winnie melihat Justin yang terus menggosokkan jarinya ke sisi gelasnya, membuatnya terlihat sangat gelisah."Maaf, aku nggak seharusnya membuatmu terlibat dalam kejadian semalam," kata Winnie.Justin memaksakan seulas senyuman dan berkata, "Nggak apa-apa, ada b
Sampai saat suara langkah kaki itu berhenti di belakangnya, dia baru mengangkat kepalanya dan melihat cermin. Matanya seketika terbelalak."Julian?"Winnie ingin berdiri, tetapi pria itu malah mendorong Winnie ke wastafel dan memegang pinggang Winnie dengan kedua tangannya, sehingga tubuh mereka berdempetan.Posisi ini sangat ambigu, tetapi mereka berada di tempat umum, sehingga Winnie merasa sangat canggung."Kamu membuntutiku, ya?" tanya Winnie.Julian tertawa dengan sinis dan berkata, "Memangnya kamu layak?"Winnie tidak memedulikan alasan kedatangan Julian, dia berkata dengan suara rendah, "Julian, lepaskan aku!"Julian membungkukkan badannya untuk menahan Winnie di atas wastafel, sehingga Winnie hanya bisa memegang wastafel itu dengan kedua tangannya. Pinggulnya secara otomatis terangkat, sehingga dia bisa merasakan tubuh pria itu di belakangnya.Wajah Winnie seketika terasa panas, dia pun meronta dengan kuat."Sepertinya, semalam, aku nggak berhasil memuaskanmu, ya, hingga keesok