Napas Emier tertahan didada, pria paruh baya itu mematung dengan mata lebar tajam dan rahang mengeras. Terkejut sekaligus tidak percaya dengan pengakuan lancang lelaki gelandangan yang kini berdiri dihadapannya.“Katakan sekali lagi,” pinta Emier dengan geraman yang tajam, dia masih tidak percaya dengan apa yang telah didengar.“Namaku Dany, Kakak ipar. Aku adik kandungnya Issabel,” sapa Dany mempertegas statusnya sebagai adik Issabel.Mata Emier membulat sempurna, pria paruh baya itu masih beraksi sama seperti sebelumnya, terkejut dan marah.Diam-diam Rachel meremas permukaan ranjang, tamat sudah riwayatnya, satu persatu kebohongan yang selama ini dia tutup rapat bersama Issabel terbuka begitu saja dengan mudahnya.Akan ada bencana kebih besar jika Dany buka suara dan menceritakan segalanya. Dany harus segera pergi apapun caranya!“Jaga bicaramu, Issabel tumbuh di panti asuhan dan tidak memiliki saudara!” geram Emier dengan mata menyala-nyala dipenuhi oleh amarah yang semakin membel
Sepanjang hari menunggu Nara di sekolah, Floryn menghabiskan waktunya untuk belajar mempersiapkan ujian masuk sekolah. Jauh didalam lubuk hati Floryn sesungguhnya dia mulai ragu apakah ada kesempatan untuknya bisa kembali ke sekolah mengingat kini situasinya semakin memanas.Floryn hanya ingin menikmati kesempatan yang datang dihari ini karena hari esok adalah misteri.Ditengah kesibukannya yang belajar, sesekali dia datang ke kelas Nara dan mengintip untuk mengajaknya berbicara sekadar menanyakan keadaannya dan menasihatinya untuk terus percaya diri.Senyuman cerah dan mata berbinar terlihat jelas dimatanya menunjukan semangat yang berbeda, anak itu mulai tertarik keluar untuk pergi ke kantin sekolah dan bermain di halaman bersama beberapa anak lainnya.Floryn bersyukur, berkat bantuan Alfred Morgan, hari ini Erika datang ke sekolah hanya didampingi oleh seorang asistan rumah tangga, begitupun dengan orang-orang yang mengintainya kini sudah tidak terlihat lagi.Floryn kembali memfoku
“Mengapa kau baru datang?” tanya seorang pria dengan rambut yang terikat dan mengenakan jaket, penampilannya terlihat urakan seperti seorang preman.Pria yang tengah berdiri sambil berdecak pinggang di depan kantor pusat itu adalah Jack, dia sudah menunggu kedatangan Emier sejak jam makan siang, namun Emier justru datang sore hari.“Aku minta maaf lupa memberimu kabar. Aku harus melakukan penggeledahan di distrik X,” jawab Emier terlihat lesu tidak begitu bersemangat. Hari ini cukup banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, namun tubuhnya menjadi mudah lelah tidak seperti biasanya.Kejadian tadi pagi masih mengguncang pikiran Emier dan mengganggu semua konsentrasi pekerjaannya. Emier masih tidak percaya bahwa dia telah dikhianati oleh anak dan isterinya yang selama ini selalu dia bela mati-matian, dan menyakitkannya lagi, uang hasil kerja kerasnya selama bertahun-tahun ikut digunakan untuk membebaskan penjahat.Emier mengusap keningnya dengan penuh tekanan, dia berusaha untuk memfok
Floryn dan Nara segera beranjak dari kursi ketika lampu-lampu taman sudah menyala dan langit menggelap kebiruan.Nara melangkah gontai disisi Floryn, gadis kecil itu bergeser semakin mendekat dan menggenggam tangan kasar Floryn, wajah mungilnya terangkat tidak berhenti menatap Floryn dengan sedih, seolah tidak percaya jika perawat yang setiap hari selalu menyemangatinya untuk menjadi anak yang berani ternyata tengah sakit.“Flo, aku memiliki dokter terbaik yang pasti bisa menyembuhkanmu,” ucap Nara dengan suara bergetar.Floryn langsung tersenyum cerah dengan ujung mata yang melengkung seperti bulan sabit. Floryn sedikit menyesal karena telah berbagi rahasia dengan Nara dan membuatnya menjadi sedih padahal selama ini Floryn tidak pernah merasa terbebani dengan sakitnya.Entah mengapa Floryn tidak penah merasa takut akan sakitnya meski dulu sering kali dia bertanya, mengapa harus dirinya yang kembali dipilih menerima penderitaan?“Nona, pikiran yang sehat dan kebahagiaan juga bisa me
Nara mengusap sudut matanya beberapa kali menahan tangisan yang semakin sulit untuk dia kendalikan setelah mendengar kata-kata buruk Melisa yang telah menghinanya. Nara datang ke lantai atas padahal hanya ingin menemui ibunya sekadar untuk mendapatkan pelukan agar suasana hatinya yang tengah bersedih bisa sedikit mereda, tapi kedatangan Melisa memperburuk kesedihannya.Nara berlari pergi memasuki ruangan kerja ibunya. “Ibu!” tangis Nara terpecah begitu tidak menemukan keberadaan Nathalia. “Ibu!” panggil Nara terisak kencang.“Nara, Sayang.” Nathalia berdiri di ambang pintu, Nara langsung berbalik dan berlari kedalam pelukan Nathalia.“Tenangkan dirimu Sayang, aturlah napas,” nasihat Nathalia menepuk nepuk bahu Nara dengan kesedihan yang begitu jelas dimatanya. Selepas kepergian Melisa, Nathalia sempat keluar untuk menyusul sekadar memberitahu jam pertemuan untuk disesuaikan dengan jadwal kepulangan Alfred.Nathalia sama sekali tidak berpikir jika dia mendengarkan obrolan antara Melis
Floryn menelan makanannya dengan kesulitan, dia ikut meninggalkan sendoknya di mangkuk dan menatap lekat Roan. Floryn cukup terkejut mendengar Roan membahas cinta Floryn padanya di masa lalu.Floryn tidak menyangkal, dulu dia selalu ingin membuat Roan terkesan padanya, berharap jika Roan akan selalu menjadi teman hidupnya.Bagi Floryn, Roan adalah lelaki yang sempurna, dia adalah pria yang manis, hangat, dan penuh kasih sayang.Floryn selalu ingin terlihat cantik saat berhadapannya, ada kebagiaan yang bermekaran didalam dada setiap kali mereka menghabiskan waktu bersama, tidak peduli apakah itu tangis dan tawa. Semua kenangan bersama Roan sangat indah dan berkesan.Setelah lima tahun berlalu, Roan tetaplah sama seperti dulu. Pria yang sempurna dimata Floryn.Floryn merasa sangat terhormat mendengar pengakuan Roan yang memilih tidak menjadi bulter, dan memilih menjadi polisi karena Floryn.Dulu, Floryn pernah memberikan secarik kertas pengakuan cinta pada Roan, namun Roan menolaknya da
Alfred menggenggam handponenya dengan kuat, duduk dalam ketegangan, perasaannya bercampur aduk antara gelisah dan takut. Alfred khawatir jika rekaman dari handycam yang terselamatkan tidak menghasilkan apapun dan membawa Floryn pada titik buntu yang tidak dapat membantunya.Dentingan pesan masuk terdengar menandakan Alvin telah mengirim dua rekaman masing-masing durasi mencapai dua jam. “Ali, menepi sebentar,” pinta Alfred dengan suara napas kasar.Ali melirik spion, tanpa bertanya dia segera menepikan mobilnya di depan pagar pembatas sungai Aldes. Dengan penuh pengertian, Ali segera keluar dari mobil dan menunggu di luar, memberi Alfred waktu untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.Ragu-ragu Alfred menggulir layar, membuka salah satu video. Rekaman itu diambil dari dapur yang mengarah pada pantry, meja makan hingga anak tangga menuju lantai dua.Alfred mempercepat rekaman, mencari moment dimana ada orang yang memasuki dapur setelah Floryn meninggalkan rekamannya.Dimulai dari Issab
Alfred menghentikan video rekaman yang berputar, pria itu menutup mulutnya dalam cengkraman tangan dan berpanas dengan berat kesulitan untuk mengendalikan diri, melihat kebenaran yang tidak terbantahkan.Kebenaran bahwa Floryn tidak bersalah..Kepala Alfred berdenyut sakit, mengerang dengan makian yang dia tunjukan kepada dirinya sendiri. “Bajingan, aku benar-benar bajingan! Aku pendosa!” maki Alfred meremas sisi kepalanya menyalurkan amarah.Alfred masih mengingat dengan jelas, pakaian yang Rachel kenakan dan pakaian yang digunakan lelaki itu.Keduanya sempat berada dalam rekaman cctv jalanan yang telah Alfred hancurkan.Rachel bersama lelaki tua itu sempat berkeliaran dan menghabiskan waktu di depan sebuah bar dekat stasiun sampai sebuah ambulance datang membawa mayat Abra. Kaduanya baru beranjak pergi setelah setengah jam menghabiskan waktu disana.Rasa sakit semakin kuat menyesaka dada, membawa Alfred keluar dari mobil.Alfred tidak tahan, menghadapi kenyataan bahwa dia tidak hany