Share

BAB 134: Salah Paham

Penulis: Asayake
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-20 16:18:17

Rasa bersalah yang begitu dalam bisa Alfred rasakan setiap kali melihat mata Floryn, beberapa kali gadis itu mengatur napasnya setiap kali ingin berbicara, namun pembicaraan yang akan dimulai selalu terjeda oleh telepon masuk.

Ditengah kesibukannya yang berbicara dan menyetir, sesekali Alfred melirik Floryn melalui sudut matanya. Memperhatikan guratan kesedihan di wajah Floryn sambil memijat tangannya yang gemetar hebat terserang panik berlebihan.

Alfred sempat berpikir jika hari ini dia mampu membuat Floryn lebih banyak tersenyum, rupanya dugaannya salah.

Alfred memutuskan menyelesaikan teleponnya dan berhenti di tengah jalan, dia pergi sejenak membeli sebotol minuman di vending machine. Hatinya telah terusik, terganggu oleh kegelisahan Floryn yang membuatnya merasa khawatir.

Alfred mendiamkannya karena menunggu waktu yang tepat, Alfred tidak ingin kepeduliannya Floryn artikan sebagai rasa kasihan dan berpikir Alfred memandangnya sebagai gadis yang lemah.

“Minumlah.” Alfred menyerah
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
puji amriani
akhirnya update ditunggu" banget. makasih kak udah banyakin bab Alfred dan Flo selalu menunggu update nya
goodnovel comment avatar
Silent Heart
Bagus sih sikap Alfred, peka dan perhatian. Tapi gak usah iseng iseng ya, kasihan Flo, hehe. Alfred tolong 'jaga' Flo dengan baik. Jangan diapa-apain. Emang sih Flo 'gak masalah'. Tapi biar keliatan aja kalo kamu tuh tulus. Lagian Flo kayak gini juga secara gak langsung kesalahan Alfred.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 135: North Emit

    Lebih dari sepuluh truk logistik bergerak keluar dari kapal yang membawanya mendarat di dermaga terbesar kota North Emit. Perlu waktu satu hari lagi agar truk-truk itu bisa melewati perbatasan negara yang terlibat peperangan.Emier melepaskan topinya melihat ke penjuru arah, meneliti kesibukan dermaga yang dulu selalu menjadi pemandangan sehari-harinya kala masih hidup sederhana dan menjadi suami Rafaela.Rafaela..Menyebut nama itu didalam hatinya membuat Emier rindu akan kehadirannya yang tidak pernah sekalipun membuat Emier kecewa. Rafaela bukan hanya sekadar seorang isteri, dia juga teman masa kecilnya, seseorang yang benar-benar mendampingi Emier dari titik nol.Sepuluh tahun sudah kematian Rafaela..Emier masih ingat bagaimana raut sedih wajah Rafaela, matanya yang berkaca-kaca ketika Emier berbohong pamitan pergi bertugas kerja namun ternyata diam-diam menemui Issabel dan menemaninya pergi memeriksa kandungannya ke rumah sakit.Hari itu adalah hari terakhir Emier melihat wajahn

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20
  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 136: Berdamai

    Rachel duduk dengan tangan bersedekap, wajahnya merah padam menahan amarah melihat Issabel yang terang-terangan keluar dari kamar Nolan sambil memperbaiki pakaiannya yang kusut masai. Setelah perselingkuhannya terbongkar, alih-alih menjaga sikap, justru Issabel semakin terang-terangan memerlihatkan hubungan gelapnya dengan Nolan yang semakin kuat dan tidak mudah untuk dipisahkan .Rachel menarik napasnya dalam-dalam, merasakan sesak yang menyakitkan dada begitu teringat akan ucapan Nolan, jika ternyata Erika adalah anaknya.Jika Erika adalah anak Nolan, bukankah itu artinya, hubungan gelap Issabel dan Nolan sudah terjadi jauh sebelum Nolan bekerja sebagai sopir? Nolan bekerja sebagai sopir pribadi ibunya tepat sejak Issabel hamil besar dan Emier tidak memperbolehkannya berekendara sendirian.“Rachel, ayo kita bicara,” ajak Issabel.“Tidak mau!” jawab Rachel dengan suara penuh tekanan. Rachel teramat marah, dia kecewa dan dia tidak terima dengan kenyataan jika Emier yang sudah banyak

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-21
  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 137: Janji

    Ketenangan villa menyambut kedatangan Alfred yang kembali masuk. Mata Alfred bergerak lembut menyapu penjuru tempat yang sunyi, mencari keberadaan Floryn yang tidak terlihat.Melewati satu persatu anak tangga, Alfred memasuki kamar utama villa. Samar-samar dia mendengar gemercik air di kamar mandi, menandakan Floryn ada disana.Alfred menuangkan anggur pada gelas kosong, pria itu duduk disebuah kursi panjang menghadap jendela besar yang mengarah langsung pada ladang bunga yang kini tersapu oleh kuningnya matahari sore.Aroma pekat anggur, lebih intens Alfred rasakan ketika dia menyesapnya perlahan.Sepasang mata keemasan yang diteduhi oleh bulu mata panjang dan lentik itu terlihat kosong, pikiran Alfred berkelana memikirkan suatu hal yang tidak akan pernah bisa dia ungkapkan kepada siapapun.Alfred menginginkan perubahan, dan sepertinya perubahan hanya akan terjadi jika setelah dia menjadi pewaris sutuhnya dan mengambil semua keputusan penting, termasuk mengakhiri hubungannya dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22
  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 138: Sore yang Panas

    Alfred tersenyum dengan kepuasan, tidak peduli apakah janji yang tidak tertulis itu akan dilanggar, selama Floryn selalu berada disisinya, Alfred akan terus mendorongnya untuk menjadi perempuan yang kuat.Floryn kembali meneguk anggur yang tersisa di gelas menyisakan pahit bercampur manis ditenggorokan.Sore telah tiba, cahayanya yang kekuningan semakin terang diupuk barat memantulkan warna yang menghangatkan diantara hamparan bunga-bunga yang bergoyang.Sekilas Floryn melirik Alfred melalui sudut matanya, memastikan jika suasana hati lelaki itu sedang baik. “Apa aku juga bisa bertanya sesuatu padamu?” tanya Floryn berhati-hati.“Katakan saja. Kau ingin tahu apa tentangku?” jawab Alfred berantusias.Floryn tidak langsung berbicara, dia mengambil botol anggur dan mengisi gelasnya yang sudah kosong. Beberapa hari terakhir ini dia mulai terbiasa dengan rasa pekat alcohol yang memiliki sensasi aneh yang membuatnya menjadi lebih relaks.Gerak-gerik Floryn tidak terlepas dari perhatian Alfr

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 139: Tidak tahu Malu

    Dengan mata setengah terpejam, bulu mata Floryn bergerak dengan berat melihat jendela kamar yang sudah gelap gulita. Dia tidak ingat sudah berapa lama tertidur setelah bercinta dengan Alfred. Seluruh tenaganya telah terkuras habis hingga membuatnya tidak memiliki kekuatan untuk bangun bergerak dan bersuara.Floryn tidak tahu apakah dia telah menyesal dengan keputusannya, atau justru mulai terlena menjadi pendosa. Bisikan lembut Alfred dan kata-kata manisnya saat bercinta masih terngiang diingatan.Floryn sudah tidak ingat apapun lagi pada saat itu, hasrat telah membakar akal sehat dan segala ketakutannya, dia terjebak dalam kesenangan yang baru dan asing.Jemari Alfred bertaut dengan jari-jarinya, dekapan yang lembut membawa kehangatan diantara suara angin malam yang berembus.Floryn kembali memejamkan matanya, tertidur lelap mengumpulkan tenaga karena besok dia harus kembali bekerja seperti biasa.Dikesunyian malam dan lelapnya tidur, Floryn tidak ingat ketika Alfred membasuh kedua

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 140: Pagi yang Cerah

    “Apa dia masih sakit?” pikir Piper meneliti cara berjalan Floryn yang terlihat aneh, sama persis seperti wanita renta yang sedang sakit pinggang. “Flo!” panggil Piper.Floryn tersenyum menghampirinya. “Selamat pagi Piper. Apa saya datang terlambat?” sapa Floryn.“Selamat pagi,” jawab Piper menggantung, matanya masih bergerak meneliti wajah Floryn yang terlihat sedikit pucat, lalu turun ke punggung tangannya yang kini sudah tidak terbalut perban menyisakan luka yang sudah mengering. “kau masih sakit Flo?”“Saya baik-baik saja.”“Apa kau yakin?” tanya Piper lagi memastikannya, dengan cepat Floryn mengangguk meyakinkan. “Pergilah sarapan, nanti datang ke ruanganku,” titah Piper.“Saya sudah sarapan.”Alis Piper sedikit bergerak terangkat, tidak seperti biasanya Floryn menolak sarapan padahal para pelayan menyukai kehadirannya yang selalu makan dengan lahap dan memakan apapun yang disuguhkan.Piper berdeham pelan, menutupi rasa penasarannya yang tidak berarti. “Hari ini nona Nara akan ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 141: Terima Kasih

    Selepas sarapan bersama, Steve pergi membawa Nara terlebih dahulu, dengan mobil terpisah seperti biasa Nathalia pergi bersama dengan Floryn. “Sebaiknya kita berangkat sekarang sebelum tamu datang,” ucap Carissa memberitahu.“Tunggu sebentar,” jawab Alfred berdiri diambang pintu, dari kejauhan dia melihat Floryn kembali keluar dari mobil ibunya, gadis itu berlari menuju pintu belakang yang mengarah pada tangga. “Aku harus mengambil sesuatu yang tertinggal di kamar.” “Semua keperluan Anda sudah ada disini, Tuan Muda,” sahut Ali menunjukan tas kerja Alfred.“Memangnya kau tahu apa yang ingin aku ambil?” jawab Alfred ketus“Apa yang Anda butuhkan Tuan Muda, biar saya yang mengambilkannya untuk Anda,” tawar Piper dengan sopan dan niat yang baik.“Tidak perlu, aku bisa mengambilnya sendiri,” tolak Alfred segera pergi meninggalkan ketiga orang itu yang kini berdiri keheranan melihat Alfred berjalan menuju tangga, bukan lift.“Ada apa dengan tuan muda sebenarnya?” bisik Piper menatap khawat

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 142: Pertemuan yang tidak Disadari

    Nara berdiri diantara anak-anak yang berlarian terlihat bersemangat berkenalan satu sama lainnya. Antusiasme tidak bisa Nara rasakan begitu dia menyadari bahwa didalam ruangan itu, hanya dirinya anak yang paling besar ari anak-anak lainnya.Bibir Nara terkatup rapat melengkung kebawah dengan mata berkaca-kaca menahan tangisan melihat Nathalia dan Steve kini melambaikan tangan didepan pintu, berpamitan pergi meninggalkannya di tempat asing sendirian.Nara tidak suka, dia tidak nyaman dengan tatapan bingung beberapa anak yang melihat kearahnya karena bergabung di taman kanak-kanak.Nara beranjak meninggalkan bangkunya, anak itu berlari mendekati jendela dan melihat Floryn tengah berdiri menunggu sambil berbicara dengan beberapa orang perawat lainnya yang tengah menunggu.Menyadari Nara tengah memperhatikannya, Floryn langsung mendekati jendela dengan senyuman lebar enggan menunjukan rasa iba yang hanya akan membuat Nara seperti sedang dikasihani karena kelemahannya yang kesulitan beri

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26

Bab terbaru

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   END

    Samantha menghisap cerutunya dalam-dalam, wanita itu segera duduk dikursinya menghadap Roan yang telah cukup lama menunggu diruangannya.“Ada apa? Tidak seperti biasanya kau datang ke rumah bordilku,” tanya Samantha dengan suara serak.“Bagaimana kabarmu Samantha?”“Seperti yang kau lihat, selalu berjalan biasa seperti ini.”Seperti apa yang Roan lakukan sebelumnya, dia mengeluarkan sebuah amplop dari jaketnya dan meletakannya di meja kerja Samantha. “Aku ingin menyampaikan titipan dari Flo.”Samantha sempat terdiam melihat amplop diatas mejanya, sampai akhirnya dia bertanya. “Titipan apa?”“Bukalah.”Samantha meninggalkan cerutunya di asbak dan mengambil amplop itu, mengeluarkan selembar cek berisi dua juta dollar.Samantha terperangah kaget sampai tangannya gemetar memegang uang sangat banyak. “Apa maksudnya ini? Jangan bermain-main denganku jika ini tentang uang,” bisik Samantha dengan suara bergetar.Tubuh Roan menegak. “Itu adalah uang hasil dari tuntutan Flo pada kepolisian. Fl

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 256: Hukuman Rachel

    Kabar kematian Floryn tersebar luas kepada banyak orang, kasus pembunuhan dan scenario pembohongan besar yang telah dilakukan Rachel memantik banyak berhatian public untuk ikut turun tangan menuntut keadilan untuknya. Public menuntut untuk hukuman berat kepada Rachel karena dia bertanggung jawab penuh atas kematian Abra dan juga penyebab kematian Floryn. Kabar kematian Floryn akhirnya sampai ditelinga Rachel, alih-alih merasa senang orang yang paling dibencinya telah tiada, justru Rachel mulai dibayangi oleh ketakutan akan hukuman yang semakin berat harus dia jalani didepan mata. Selama dua bulan di dalam penjara, keadaan Rachel terlihat semakin mengkhawatirkan karena dia dikurung dalam ruang isolasi sendirian, dia mengalami delusi parah hingga harus mendapatkan obat penenang. Beberapa kali dia kedapatan hendak melakukan percobaan bunuh diri karena tidak kuat menghadapi tekanan yang begitu menyiksanya. Kenekatan Rachel yang mulai parah membuat kedua tangannya dan kakinya perlu

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 255: Perpisahan

    Semua orang berjalan di hamparan rumput yang hijau dan subur, melangkah di bawah sinar matahari sore yang mulai kekuningan, suara hembusan angin terdengar dikesunyian yang mencekam, daun-daun yang berguguran ketanah seperti tengah bercerita tentang apa yang kini tengah terjadi pada segerombolan kecil orang yang membawa jenazah Floryn menuju tempat peristirahatan terakhirnya.Orang-orang berpakaian putih membawa bunga mawar merah tidak menunjukan tanda-tanda sedang berduka meski pada kenyataannya, ada hujan air mata yang tidak bisa dihentikan seiring dengan langkah yang kian dekat pada tempat dimana Floryn akan dimakamkan.Emier membekap mulutnya dengan kuat, melangkah tertatih kehilangan banyak tenaganya. Dia sudah tidak mampu lagi menampung kesedihannya hari ini, jauh lebih baik jika Emier sakit karena sekarat dibandingkan harus sakit karena penyesalan atas kepergian putrinya.Bahu Emier gemetar, lelaki paruh baya itu membungkuk tidak mampu melanjutkan perjalananya yang tinggal sedik

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 254: Terlambat

    Roan duduk sendirian di kamar tempat terakhir Floryn terbaring tadi malam, pria itu tengah menangis mengenakan pakaian putih yang beberapa jam lalu baru dibelinya. Suara rintihan pria itu terdengar, Roan tahu jika pada akhirnya ini semua akan terjadi, namun dia tidak pernah membayangkan jika rasa sakitnya sangat begitu menyiksa sampai membuatnya ingin berteriak sekencang mungkin.Roan tidak pernah menyangka jika perayaan kesembuhan yang telah Floryn ucapkan kepadanya beberapa jam lalu adalah sebuah perpisahan.Roan mengusap wajahnya yang sudah basah oleh air mata, dengan langka gontainya pria itu berjalan melewati pintu, melihat Floryn yang terbaring dalam keadaan cantik dan tenang.Roan mendekat dengan putus asa, sebanyak apapun dia menangis, hal itu tidak mampu meradakan kesedihan dan sakit yang tengah bersarang didalam dadanya.Roan tahu, ini adalah jalan terbaik untuk Floryn. Tapi tidak untuk orang-orang disekitarnya yang kini harus belajar mengkihlaskan kepergiannya.Tangan Roan

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 253: Cincin

    Air mata Julliet terus berjatuhan membasahi punggung tangannya yang bersarung tangan. Dia dan Samantha tengah membantu mengenakan baju Floryn, memengakan sebuah gaun cantik yang telah Floryn beli dari toko satu jam sebelum kematiannya. “Aku tidak bisa melakukan ini Bibi,” isak Julliet mengusap wajahnya dengan kasar, dia sudah bertahan sekuat tenaga, namun setiap kali dia melihat wajah Floryn, tangisannya selalu terpecah.Julliet masih tidak menyangka jika Floryn akan berakhir seperti ini.Baru beberapa jam yang lalu mereka berbicara sambil menunggu pagi datang, Julliet masih bisa melihat senyumannya yang cantik, suara tawanya yang lembut, bahkan Julliet sempat menggoda Floryn bahwa dia akan mempersiapkan gaun pernikahan sederhananya dengan Alfred.Julliet sama sekali tidak pernah berbikir bahwa gaun yang dibeli Floryn akan digunakan untuk hari terakhirnya.Apakah ini alasan Floryn meminta Julliet untuk tinggal dirumah neneknya? Apakah ini maksud dari Floryn yang telah mengatakan bah

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 252: Hari Berkabut

    Langit yang cerah berkabut terhalang oleh air mata. “Roan cepatlah!” teriak Alfred memeluk erat Floryn dengan gemetar, memaksa Roan untuk berkendara lebih cepat meninggalkan toko Luwis.Pikiran Alfred berubah kacau, jantuntungnya berdegup begitu kencang merenggut sebagian kekuatannya karena ketakutannya akan keadaan Floryn semakin tidak baik.“Kita harus membawanya ke rumah sakit sekarang juga, aku mohon cepatlah!” pinta Alfred penuh permohonan.“Aku sudah berusaha secepat mungkin! Flo bertahanlah, kau akan baik-baik saja,” ucap Roan terdengar getir.Bulu mata Floryn bergerak pelan, kesadarannya yang terenggut telah kembali. Samar-samar Floryn melihat wajah Alfred yang kini tengah menangis, memeluk dalam pangkuan.Ada sakit yang cukup kuat disetiap denyut urat nadinya, kepala Floryn diletupi oleh sesuatu yang tidak dia mengerti. Jika ditanya apakah sakit? Sangat sakit, ini adalah sesuatu yang paling sakit diterima tubuhnya, namun Floryn tidak ingin meringis ataaupun menangis, dia ha

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 251: Membeli Gaun

    Pagi ini matahari cukup cerah dan hangat, mengurangi cuaca dingin dari musim gugur yang masih berlangsung.Floryn duduk disisi ranjang tengah diperiksa oleh dokter untuk memastikan keadaannya sebelum pergi keluar rumah.Ditengah ketenangannya, Floryn diam-diam memperhatikan Alfred yang tengah bersiap-siap. Pagi ini Floryn bisa mendengar suara rengekan Alfred kepada Ali karena tidak terbiasa menggunakan kamar mandi kecil, mendengar rengekannya karena tidak memiliki sarapan yang bergizi.Suara rengekan itu cukup menghibur Floryn yang berada di kamar, pasalnya Alfred tidak mengeluhkan apapun saat berada dihadapan Floryn, dia bersikap sebagai lelaki gantleman. Lucunya saat bersama Ali, Alfred akan mengeong seperti kucing rumahan.“Bagaimana keadaannya?” tanya Roan.“Keadaannya membaik, beliau bisa pergi,” jawab Edith tersenyum lembut menyembunyikan ada kegetiran dimatanya. “jangan lupa membawa kursi roda untuk berjaga-jaga.”Roan tersenyum penuh kelegaan, pria itu sempat mendekati Floryn

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 250: Pikiran Alfred

    Malam yang dingin begitu sunyi, jam sudah menunjukan pukul dua malam dan semua orang tengah tertidur lelah mengistirahatkan diri ditenda-tenda yang sudah dibangun, tungku perapian dari arang dan kayu masih menyala menyebarkan kehangatan.Di dalam rumah, Floryn bergerak gelisah, seluruh tubuhnya kembali sakit dan sesak meski alat bantu pernapasan terpasang dihidungnya. Floryn diserang oleh mimpi aneh yang tidak jelas, sekuat tenaga dia berusaha untuk bangun dan sadar.Floryn tersentak membuka matanya seketika, bibirnya terbuka bernapas dengan kasar tidak beraturan, seluruh tubuhnya kembali tidak dapat digerakan, sekuat apapun Floryn berusaha, dia tidak dapat melakukannya bahkan sekadar untuk menggerakan jarinya.Semakin sering penyakit itu datang, semakin banyak kemampuan tubuh Floryn yang terenggut.Butuh waktu yang cukup lama untuk Floryn mendapatkan ketenangan, melihat keberadaan Alfred yang tengah tertidur duduk di kursi rotan. Sejak kemarin Alfred tidak mendapatkan waktu beristi

  • Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris   BAB 249: Gaun

    Roan berdiri di ambang pintu, memperhatikan Alfred yang masih tidak beranjak meninggalkan Floryn, pria itu tengah memijat tangan Floryn yang masih kesulitan untuk digerakan. Sejak kembali sadar, bahkan Floryn belum berbicara sepatah katapun.Tampaknya setelah ditinggalkan Floryn dimalam itu, Alfred mulai takut untuk meninggalkan Floryn dari jangkauan matanya.Roan mengetuk daun pintu sepelan mungkin. “Izinkan aku berbicara dengan Flo. Hanya berdua,” pinta Roan.Dengan berat hati Alfred beranjak pergi memberi ruang.Roan mendekat dengan penuh kehati-hatian, matanya bertemu dengan sepasang mata Floryn yang memandanginya dengan lekat tanpa berbicara sepatah katapun. Dokter bilang jika penyakit Floryn sudah mengganggu ingatannya, karena itulah kini Floryn pikiran Floryn sedang melayang tersesat.Roan tersenyum dan duduk bersimpuh di lantai agar bisa mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Floryn.“Flo,” panggil Roan.Bola mata Floryn bergerak kesisi melihat Roan melalui sudut matanya.“Apa s

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status