Aidan sedang tersenyum mendengar reaksi Malikha dari balik telepon. Ia sudah bisa membayangkan seperti apa Malikha akan semakin berbunga-bunga dan luluh padanya. “Apa kamu menyukai kejutannya?” tanya Aidan begitu suara Malikha terdengar tercekat seakan ia ingin menangis. Malikha tak menjawab, ia sepertinya begitu syok. Aidan masih dengan ekspresi bahagianya karena berhasil membuat Malikha tercekat dan terdengar begitu bahagia. Seandainya saja Aidan bisa melakukannya 12 tahun lebih awal daripada hari ini, ia pasti akan jadi remaja paling bahagia saat ini. Tapi Aidan yang penuh dendam, nyatanya tetap menikmati rona di pipinya sendiri, saat gadis yang disukainya ternyata begitu menyukai kejutan yang ia berikan. Sementara di seberang sana, Malikha masih tertegun sambil mengigit bibir bawahnya. Ia harus menyaksikan sendiri seperti apa Aidan memberikan perhatiannya. Rasanya jantungnya sudah mau copot saat mendengar suara Aidan di sebuah ponsel. Sambil melihat ke se
"Oh ya, kamu datang kemari untuk konferensi apa?" tanya Aidan kemudian mengaduk kopi yang sudah diberi kreamer sebelumnya. "Kesehatan mental, depresi dan social anxiety (kecemasan sosial) pada korban bullying terutama anak sekolah." Aidan menaikkan pandangannya pada Raphael sekarang. Ia sempat terdiam beberapa saat dan sedikit menelan ludahnya. "Apa kalian membahas hal-hal seperti itu di konferensi?" Raphael pun mengangguk dan sedikit tersenyum. Ia terus memperhatikan Aidan yang tiba-tiba tertarik dengan konferensi yang sedang diikutinya. "Kenapa? Apa kamu tertarik?" Aidan menarik napas dan mendenguskannya dengan kuat. "Harusnya masalah seperti itu dibahas sewaktu aku masih SMA. Itu akan sangat membantuku," sindir Aidan dan disambut gelak kecil oleh Raphael. “Apa kamu ikut mengalaminya juga?” Aidan mengangguk pelan dan menundukkan kepalanya. Raphael ikut mengangguk tak lama kemudian lalu membenarnya. “Pembullyan sudah sangat umum dan s
Aidan benar-benar melesat dari perkiraan dan rencananya. Ia mungkin tak akan menyangka jika membawakan ijazah yang dibutuhkan Malikha bisa membuat hatinya luluh seketika. Sehingga kini Aidan tak perlu capek-capek untuk menjerat Malikha lebih dalam dengan pesonanya. Langkahnya menjadi pahlawan kesiangan adalah hal yang sangat tepat.Fiona yang sesungguhnya telah dikenali Aidan, makin tersenyum saat Malikha membawa seorang teman pria untuk dikenalkan padanya. Firasat hatinya berpendar positif saat melihat Aidan, seolah ia bisa melihat jika Aidan adalah pria yang spesial untuk Malikha. Kebahagiaan di mata Malikha tak bisa ditepis begitu saja."Siapa dia?” tanya Fiona lembut begitu Malikha mendekat dan menarik Aidan bersamanya."Mom ... perkenalkan ini namanya Aidan Orlando," ujar Malikha semringah memperkenalkan Aidan pada Ibunya. Aidan ikut mendekat sama seperti Malikha.Aidan tersenyum tipis dan mendekat. Ia lalu menjulurkan tangan dengan sikap sedikit membungkuk yang sopan."Namaku Ai
"Jadilah kekasihku, Malikha," bisik Aidan kemudian. Aidan perlahan mendekat dan mulai perlahan memegang pipi Malikha. Bibirnya semakin dekat untuk mengecup lembut bibir cantik Malikha perlahan.Aidan tak menahan perasaannya. Ia mengulum dengan lembut dan penuh perasaan bibir Malikha seperti es krim sorbet yang lembut. Aidan tak ingin memperlakukan kasar sama sekali. Setidaknya untuk sekali, ia bisa menikmati rasa yang muncul dari dalam hatinya begitu saja.Ciuman itu adalah yang pertama kali diberikan Aidan pada Malikha selama mereka saling mengenal. Baik ketika dulu maupun ketika sekarang saat hanya Aidan yang mengenali Malikha. Aidan sebenarnya tak berencana sejauh itu ingin mencium bibir Malikha, tapi ia tak bisa menahan perasaannya.Lebih dari itu, hati kecilnya sebenarnya masih menyimpan rasa suka yang sama seperti dulu. Rasa suka itu telah dikubur paksa oleh Aidan akibat kejadian 12 tahun lalu tapi ia sekarang mencoba keluar dari lubang gelap ke permukaan
Dendam dan cinta yang sedang berperang dalam hatinya, membuat Aidan kini berada di gym pribadinya. Ia berlatih Aikido untuk menenangkan diri. Ilmu bela diri asal Jepang itu sudah dikuasai oleh Aidan selama beberapa tahun. Ia bahkan ikut memakai pakaian Aikido dan sebuah senjata berupa tongkat bambu khusus. Aidan juga sudah mendapatkan sabuk hitam Taekwondo-nya cukup lama.Berlatih bela diri membuatnya merasa lebih tenang dan aman. Biasanya ia memiliki seorang pelatih yang menjadi partnernya, tapi hari ini ia memilih berlatih sendiri. Setelah berdiri kembali usai melakukan gerakan terakhir, Aidan menarik nafas dengan peluh yang menetes. Ia masih berdiri dan tak bergerak sampai dihampiri oleh Glenn Matthews."Sebaiknya Tuan beristirahat. Ini sudah tengah malam," Glenn mengingatkan. Aidan lalu berbalik dan menunduk. Ia kemudian berjalan ke arah Glenn dan memberikan tongkatnya berlatih sebelumnya.Aidan berjalan keluar gym dan masuk ke kamarnya. Entah ia bisa berist
Usai kejadian di hotel tersebut, Aidan masih tak menghubungi Malikha sama sekali. Malikha pun tak berusaha menghubungi Aidan. Ia menyibukkan diri di restoran dan klub Estrela untuk melupakan sejenak bayangan Aidan yang tak mau pergi dari benaknya.Setidaknya untuk saat ini Malikha sudah tahu kebenarannya dan ingin melakukan sesuatu untuk Ibunya. Ia tak ingin menjadi penghalang dengan menerima Aidan sebagai kekasihnya.Sampai suatu malam, saat Malikha yang sedang duduk membuat surat lamaran pekerjaan untuk sebuah perusahaan, kemudian berhenti menulis setelah ada bunyi ketukan di pintu depan apartemennya. Malikha memang berencana keluar dari Estrela agar tak lagi dekat dengan Aidan. Mungkin ini saatnya menghindari Aidan Orlando Caesar.Malikha sempat membiarkan beberapa saat ketukan di pintu tapi karena tak berhenti, ia pun memutuskan untuk melihat siapa yang sudah datang.Malikha lalu berdiri dari kursinya dan berjalan membuka pintu. Ia begitu terkejut saat melihat Aidan berdiri di dep
Brandon Caesar keluar dari sebuah Rolls Royce Wraith putih tepat setelah supirnya memarkirkan mobil itu di depan bangunan apartemen Malikha. Ia berjalan masuk ke dalam bangunan apartemen itu seperti sebelumnya saat mengunjungi Malikha beberapa hari yang lalu. Brandon sebenarnya datang untuk melihat keadaan Malikha sekaligus bicara dengannya.Ia sempat berhenti dan tertegun beberapa saat sebelum akhirnya naik juga ke tangga atas ke lantai Malikha tinggal. Begitu tiba di depan pintu apartemen Malikha, Brandon menarik napasnya dan hendak mengetuk pintu dengan menaikkan tangannya. Namun tangannya berhenti saat sayup-sayup ia mendengar suara seorang pria di dalam apartemen itu tengah tergelak bersama suara Malikha. Brandon jadi mengernyitkan keningnya dan memutuskan untuk mengintip.Beruntung bagi Brandon bahwa Malikha tidak mengunci pintu apartemennya jadi ia bisa membuka perlahan pegangan pintu apartemen tersebut. Dari pintu depan, sofa di tengah ruangan langsung terlihat
Brandon memberikan Aidan delikan tajam usai Malikha malah meminta maaf. Hubungan Brandon dan Fiona tak jadi diresmikan agar Aidan dan Malikha bisa bersama. Tapi Aidan membalasnya dengan balik mengangkat dagunya dengan angkuh."Kamu tidak usah khawatir. Bagiku Malikha adalah yang terpenting," balas Aidan sambil tersenyum manis. Senyuman yang bagi Brandon menyimpan banyak pertanyaan dan misteri. Aidan adalah orang yang paling sulit dibaca. Ia terbiasa menyembunyikan perasaan dan tak ada satupun orang yang mengetahui apa yang ia rencanakan sebenarnya.Brandon hanya bisa berharap jika Aidan tidak mempermainkan Malikha nantinya. Jika saja Malikha tidak memiliki perasaan untuk Aidan mungkin akan lain ceritanya."Aku tidak ingin kalian tinggal bersama sebelum hubungan kalian resmi. Dan Aidan... semua orang harus tau siapa Malikha," ujar Brandon mengatakan permintaannya."Baik. Aku tidak masalah dengan itu," jawab Aidan santai. Brandon kemudian berdiri lalu berba
BEBERAPA TAHUN KEMUDIANPanggung yang cukup besar karena berada di tengah aula SMA Jersey Rey New York. Sorak-sorai seluruh siswa yang berdiri ikut mengangkat tangan dan bertepuk di atas kepala mereka saat gebukan drum Aldrich menggema memulai sebuah lagu. Dan suara Aldrich memulai lagu tersebut setelah gitar Ares dan piano milik Andrew mengiringinya."I don't even know how I can talk to you now, It's not you the you who talks to me anymore, And sure I know that sometimes it gets hard, But even with all my love, what we had you just gave it up!"Usai Aldrich, lalu Andrew adalah giliran kedua menyanyikan liriknya,"Thought we were meant to be, I thought that you belonged to me, I'll play the fool instead, Oh but then I know that this is the end!" mata Aldrich tak sengaja melirik pada satu orang gadis yang menjadi musuh abadinya, Chloe Harristian. Tak biasanya ia datang melihat pertunjukan bandnya The Skylar.Aldrich masih terus menggebuk drumnya dan
HUTAN TIJUANABryan, Mars, Aidan, Juan, Arya, Blake, Shawn, Erikkson, Han, Glenn, Earth, serta beberapa anggota Golden Dragon membentuh empat kelompok untuk melakukan pencarian terhadap pesawat James yang belum ditemukan. Bryan menerbangkan beberapa drone untuk mengawasi dari udara dan menentukan letak titik jatuh pesawat tersebut. Ia juga telah berkoordinasi dengan tim keamanan untuk saling memberi berita saat menemukan jejak apapun.Cukup lama mereka harus berputar-putar untuk bisa mencari jejak. Sampai salah satu drone milik Bryan kemudian mendeteksi ekor pesawat."Sebelah timur, 3 km lagi dari sini. Kita sudah agak dekat!" ujar Bryan memperlihatkan alatnya pada Aidan. Aidan mengangguk lalu memanggil kelompok yang lain agar mengikuti mereka.Bryan memimpin kelompok pencarian dan mulai memanggil nama James tak lama kemudian."JAMES ... DELILAH! JAMES! J!" tapi tak ada jawaban sama sekali sampai akhirnya Bryan melihat ekor pesawat yang tersangkut
BEBERAPA TAHUN KEMUDIANAidan tak berhenti tersengal saat ia keluar dari apartemen Arjoona. Ia harus menenangkan diri dengan bersandar dan memejamkan matanya. Ludahnya ia telan berkali-kali tapi masalahnya tenggorokannya begitu kering. Ia nyaris tak bisa bernapas.Di dalam, Aidan menahan mati-matian air matanya saat tahu jika pesawat James Belgenza mengalami kecelakaan di hutan Mexico. Ia hilang dan kabarnya tak ada yang selamat.“Aku harus tenang, aku harus tenang!” gumam Aidan pada dirinya sambil bersandar. Aidan memandang ke arah lobi apartemen mewah tersebut dan berjalan kembali separuh berlari ke arah mobilnya. Mobilnya datang diberikan oleh petugas parkir valet dan ia segera masuk ke dalamnya.Aidan harus cepat ke apartemen James untuk menjemput anak-anaknya. Selama perjalanan, ia kemudian menghubungi Glenn.“Di mana kamu?”“Aku sedang terjebak macet akan kembali ke Orcanza, Tuan!” jawab Gle
"Bersediakah kamu menikah denganku lagi, Malikha Swan?" tanya Aidan bergumam lembut. Malikha terus memandanginya dan Aidan pun tak melepaskannya sama sekali. Semua cinta rasanya berpendar di mata Aidan untuk Malikha. Cinta yang tak mungkin ditutupinya lagi. Malikha pun tersenyum dengan mata berkaca-kaca."Ya ... aku bersedia jadi istrimu, Aidan Caesar," jawab Malikha bergumam lembut pula. Malikha mendekat lebih dulu dan mencumbu Aidan dengan lembut. Aidan ikut membalas dan memperdalam pagutan bibirnya sambil memeluk Malikha lebih dekat dan erat. Pemandangan tengah kota dan taman New York dari atas menjadi saksi bersatunya cinta Aidan dan Malikha kembali."I do love you ... too much," bisik Aidan di sela bibirnya yang masih menempel pada Malikha. Malikha hanya melingkarkan kedua tangannya memeluk leher dan pundak Aidan."I love you too.""Benarkah? Kali ini kamu tidak berbohong kan!" goda Aidan tak melepaskan dirinya sama sekali. Malikha tergelak kecil dan
Malikha menaikkan pandangannya sambil berbaring menyamping pada Aidan yang baru saja menghubungi Glenn, asistennya. Ia tersenyum dan masih belum bicara. Malikha tampak tenang padahal ia baru saja disatroni perampok. Sementara Aidan sudah cemas setengah mati gara-gara kejadian itu. Ia bahkan belum membuka jasnya sama sekali dan terus berada di dekat Malikha yang tengah menjaga AldrichSetelah berpikir beberapa saat, Aidan akhirnya memutuskan untuk menelepon Arjoona melaporkan yang baru saja terjadi. Arjoona harus tahu setidaknya untuk mengantisipasi yang terjadi."Halo, Aidan.""Joona, rumah Malikha baru saja mengalami perampokan," ujar Aidan tanpa basa basi."APA! apa yang terjadi!" Arjoona sampai berteriak karena berita tersebut."Aku pergi keluar sebentar mengurus pekerjaan. Dua pria masuk lewat pintu depan dan membongkar semua laci. Mereka tidak mengambil apa pun, aku rasa ini bukan perampokan. Tapi apa yang mereka cari?" dengu
Malikha yang mendengar bunyi pintu berdecit mengira pelayan di rumahnya sudah tiba. Sambil tersenyum, ia kemudian berjalan hendak melihat dan menyapa. Dengan langkah agak cepat ia akan turun sampai akhirnya matanya membesar. Ia melihat dua orang pria bertopeng masuk lewat pintu depan.Mereka membawa senjata tajam dan sedang mengendap masuk lewat ruang tamu. Malikha yang hampir saja menuju tangga kemudian berbalik dan bersembunyi pada dinding di dekat tangga. Malikha benar-benar terkejut dan jantungnya berdegup kencang."Oh, tidak. Mereka bukan pelayan!" gumam Malikha pada dirinya sendiri. Malikha langsung mundur dan mencari tempat bersembunyi sambil bisa melihat apa yang sebenarnya tengah terjadi. Ia mengintip lagi dan melihat dua orang itu tengah membongkar laci dan lemari di lantai bawah. Malikha langsung berbalik dan mengendap separuh berlari masuk ke kamarnya. Satu orang pasti akan naik ke atas dan memeriksa.Dengan panik Malikha ingat jika ia meletakkan pon
Beberapa hari kemudian, keadaan Malikha tak juga kunjung membaik. Ia sudah diperbolehkan pulang karena luka operasinya semakin membaik tapi ia tak ingin berada di dekat bayinya sama sekali. Aidan otomatis harus pindah ke rumah Malikha karena ia tak mungkin bolak balik dari rumahnya meskipun jaraknya dekat.Aidan berubah menjadi seperti Ayah single yang merawat Aldrich sendirian. Ia otodidak belajar mengganti popok dan mengambil donor ASI dari istri Mars King, Vanylla King. Tak hanya Vanylla yang mendonorkan ASI-nya, Kiran Miller juga ikut memberikan ASI-nya.Saat malam hari, Aidan menggendong Aldrich memberinya botol ASI sampai ia tertidur sembari membacakan puisi atau mengumamkan sebuah lagu. Aldrich yang mengerti bahwa ia sementara hanya bisa bersama sang Ayah, tak banyak rewel. Ia bayi yang manis dan penurut."Cobalah untuk menggendongnya, Sayang," bujuk Aidan lembut sambil mencoba mendekatkan Aldrich pada Malikha. Malikha yang awalnya tersenyum jadi defensif
Sampai hari yang ditunggu-tunggu tiba adalah saat Malikha akan menyusui bayinya untuk yang pertama kali. Keadaan bayinya sudah semakin baik dan kembali sehat."Kamu sudah mendapatkan nama yang pas?" tanya Bryan pada Aidan saat menunggu bayi tersebut di bawa ke kamar Malikha. Aidan mengangguk tersenyum"Aldrich Tristan Caesar," jawab Aidan sambil tersenyum pada Bryan yang mengangguk ikut tersenyum.Saat mereka selesai bicara, kereta bayi kemudian terlihat sedang didorong menuju kamar Malikha dan Aidan pun mengikutinya. Di kamar Malikha, seluruh keluarga besar The Seven Wolves dan anak-anak mereka sudah menunggu."Mila kemari, Sayang. Coba lihat itu ... ada bayi!" ujar Bryan menggendong balitanya Mila yang terkekeh menggemaskan saat melihat salah satu "adiknya" yang baru lahir beberapa hari lalu. Kembarannya Izzy digendong oleh Nisa ikut mendekat melihat bayi Aldrich yang menyihir banyak orang dengan ketampanannya. Setelah bayi itu diletakkan di dekat tempa
Tak ada yang dirasakan Aidan saat ini kecuali rasa bahagia. Ia telah resmi menjadi seorang Ayah. Segala perjuangan dan rasa sakit akibat dendam dan perceraian yang terjadi pada pernikahannya, terbayar sudah. Aidan tak berhenti mengecup Malikha yang terlihat semakin mengantuk pasca bayi mereka lahir. Namun usai dibersihkan, bayi itu harus dipantau karena ia mulai membiru."Apa yang terjadi?" tanya Aidan setelah ia dikeluarkan dari ruang operasi."Bayinya sudah melewati waktunya lahir, dia harus masuk ruang ruang intensif untuk dimasukkan dalam inkubator. Aku tidak berharap dia sudah keracunan air ketuban, tapi aku benar-benar harus memantau keadaan putramu. Untuk saat ini, temani istrimu. Bayimu akan baik-baik saja," ujar salah satu Dokter Anak yang ikut dalam operasi tersebut."Lakukan apa pun untuk putraku, aku tidak mau terjadi sesuatu padanya!""Aku yakin kondisi ini hanya sementara, setelah dia pulih, aku sendiri yang akan memberikannya pada kalian."